Tukiman Tarunasayoga (JC Tukiman Taruna)
Pengajar Pascasarjana MK Community Development
Apakah SDM Unggul itu berarti rankingnya di atas SDM berkualitas? Pertanyaan ini pasti saat ini sedang banyak dipertanyakan oleh masyarakat, maka perlu dijadikan bahan diskusi agar semakin jelaslah maknanya. Seseorang atau sesuatu disebut unggul apabila ia melebihi lainnya, menang dalam bersaing, Â bisa juga sebagai juara.Â
Apakah orang/barang disebut unggul dengan sendirinya juga berkualitas? Jawabannya tunggu dulu: Siapa pesaingnya, atau dengan orang/barang seperti apa ia diperbandingkan? Kalau berkaitan dengan persaingan antar Negara: Ia dipersaingkan dengan orang/barang dari Negara mana?
Ketika saat ini "SDM Unggul" Â sedang menjadi pembahasan di mana-mana, tentulah maksudnya SDM Indonesia harus menjadi lebih baik, bahkan menang atau pun juara dalam persaingan dengan SDM dari Negara mana pun, tanpa harus merinci nama Negara pesaing itu karena pada dasarnya wajar saja kalau SDM antarnegara itu berada dalam persaingan sehat. Â
Dalam hal tertentu, bisa jadi SDM Indonesia "kalah" bersaing dari SDM Negara-negara ASEAN, tetapi dalam sejumlah hal lain, kita berani mengklaim SDM Indonesia jauh lebih unggul. Dalam hal apa saja SDM kita sudah lebih unggul dari SDM Negara lain?
Pertanyaan ini rasanya akan lebih mudah menjawabnya apabila beberapa telaah dalam TQM (Total Quality Management) "dipinjam" sebagai kunci jawabannya.Â
Dalam TQM dibahas cukup luas terkait kualitas, seperti contohnya perspektif terhadap kualitas, dimensi kualitas, sejarah tentang kualitas, sumber kualitas, biaya kualitas, perilaku biaya kualitas, maupun pengukuran kualitas. Di antara telaah itu, mari kita pinjam dimensi kualitas untuk menjawab pertanyaan di atas tadi.Â
Ada 8 (delapan) dimensi kualitas, yakni (1) kinerja, (2) ciri-ciri penunjang, (3) kehandalan, (4) kesesuaian dengan spesifikasinya, (5) daya tahan-banting, (6) ketepatan pelayanan, (7) daya tarik, dan (8) citra atau  reputasi.
Kinerja atau sering disebut dengan performance utamanya terkait dengan karakteristik personal. Seseorang mungkin dapat unggul ketika segala sesuatunya lengkap mendukung, tetapi bila  pendukung itu tidak ada, maka dia tidak bisa bekerja apa pun, apalagi unggul.Â
Nah orang semacam ini dimensi kinerjanya sebenarnya tidak termasuk unggul, karena (lihat dimensi kedua) bisa unggul kalau ada sejumlah penunjang dengan ciri-ciri tertentu.Â
Berarti kinerja orang yang tidak unggul atau gagal  karena tidak ditopang sejumlah penunjang tadi bukan SDM handal. Kehandalan seseorang imanen dalam dirinya, bukan karena diperlengkapi dengan sejumlah penunjang. SDM handal itu terbukti kalau ia mampu mengurangi sebanyak mungkin kegagalan.Â
Kinerja yang handal itu sebentuk prasyarat bagi SDM unggul karena ia memenuhi apa yang disebut dalam dimensi empat, kesesuaian dengan spesifikasinya, atau sederhananya memenuhi standar.
SDM unggul pasti harus terbukti memiliki daya tahan-banting, yaitu sikap tidak menyerah atau bahkan mudah "balik kanan." Sementara itu, SDM unggul bukan hanya karena berjiwa "suka melayani daripada dilayani," melainkan pelayanannya itu selalu tepat karena sesuai dengan apa yang diperlukan oleh masyarakat.Â
Apabila pelayanan tepat telah menjadi ciri khas seseorang, maka orang itu terbilang sebagai SDM unggul karena pribadinya akan menjadi daya tarik bagi masyarakat dan dengan sendirinya citra diri atau reputasi sertamerta akan menyertainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H