Dahulu kala, hiduplah seorang kudus yang sakti mandraguna, namanya Pak Kambing. Ia adalah kambing cerdas dan tampan namun tidak misoginis. Sosoknya diabadikan dengan baik oleh sejarah karena mukjizat yang dimilikinya, yang tak lain merupakan karunia dari Roh Langit yang maha esa. Kesaktian Pak Kambing pun sudah tersebar diseluruh pelosok negeri Bulan Sabit Margasatwa, sehingga banyak yang hendak berguru kepadanya.
Cerita kesaktiannya bermula ketika Pak Kambing berdemonstrasi melawan Raja Babi yang lalim. Lalu Raja Babi yang telah berkuasa selama tiga puluh dua tahun itu memutuskan untuk menyudahi hidup Pak Kambing. Supaya ada efek jera dan pelajaran bagi rakyat yang doyan membelot, Raja Babi pun menghukum Pak Kambing di alun-alun kerajaan, agar ditonton oleh khalayak ramai. Berbeda dengan hukum rajam di negeri Serambi Unta (yang terkenal juga sebagai wisata relijius dan hukumnya tetap berlaku bagi yang non-unta), raja yang hobi pakai jubah ini mencoba hukuman yang lebih ekstrim dari sekedar cambukan di muka umum.
Raja Babi membakar Pak Kambing hidup-hidup!
Namun, alangkah terkejutnya Raja Babi. Pak Kambing sama sekali tidak terbakar! Ini mukjizat! Hingga seluruh kayu disekeliling Pak Kambing sudah terbakar habis, hangus, jadi abu, Pak Kambing tetap sehat wal afiat dan mengembik dengan lantang, Maha suci Roh Langit! Sejak saat itu Raja Babi pun bertobat dan menjadikan Pak Kambing sebagai guru spiritualnya.
Sebagai alpha male, adalah hal yang lumrah apabila Pak Kambing digilai oleh kambing-kambing betina dari empat penjuru mata angin. Itulah sebabnya istri Pak Kambing berjumlah empat ekor. Dari Bu Kambing Timur, Pak Kambing dikaruniai anak yang tak kalah kudusnya, namanya Anak Kambing Satu. Suatu waktu ketika masih cempe, Anak Kambing kehausan. Dan lalu kakinya menjejak-jejakkan ke tanah yang tandus. Seketika muncul lah mata air dari tanah tandus itu. Puja Roh Langit! Selain itu, sang putra mahkota ini juga terkenal sangat berbakti kepada orangtuanya.
Pada suatu malam tak berbintang, enam hari sebelum tahun baru, Pak Kambing bermimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan Roh Langit, yang memerintahkannya untuk menyembelih putra mahkotanya sendiri, Anak Kambing Satu, sebagai korban sesembahan. Sewaktu bangun Pak Kambing bingung bukan kepalang. Mengapa Roh Langit yang maha pengasih lagi maha penyayang memerintahkannya untuk mengorbankan anaknya sendiri?
Pak Kambing kalut.
Pak Kambing adalah hewan kudus, maka ia harus menaati perintah Roh Langit, apapun bentuknya. Roh Langit pasti punya maksud mulia yang tersembunyi, begitu pikirnya. Pak Kambing pun lantas mengasah Golok Pembunuh Naga miliknya dengan air mata. Setelah dirasa sudah tajam, Pak Kambing menghampiri Anak Kambing. Sambil menangis Pak Kambing menjelaskan titah Roh Langit kepada anak kesayangannya itu. Bahwa ia diminta untuk menyembelihnya. Namun, alangkah terkejutnya Pak Kambing. Sang putra mahkota bersedia untuk dikorbankan! Jika itu memang sudah menjadi kehendak Roh Langit, maka sembelihlah aku, embiknya sambil tersenyum.
Anak Kambing lalu berbaring dan memejamkan mata sambil berdoa. Pak Kambing, masih dengan wajah bersimbah air mata, mengembik dengan lantang, Demi Roh Langit yang maha segalanya ku persembahkan anakku! Diangkatnya golok legendaris itu tinggi-tinggi, siap diayunkun ke leher anaknya.
Zap!
Secepat kilat Roh Langit turun tangan. Pak Kambing dan Anaknya terkejut karena ada guntur yang tiba-tiba turun dari langit. Benar adanya, Roh Langit hendak menguji keimanan Pak Kambing dan Anak Kambing semata. Anak Kambing Satu selamat, tak jadi disembelih, tak jadi dikorbankan. Sebab Roh Langit yang maha pengasih lagi maha penyayang telah menggantinya dengan seekor kibas.
(note: terinspirasi dari komik strip "God you must be joking" karya K. Jati.)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H