Mohon tunggu...
Aang Arwani Aminuloh
Aang Arwani Aminuloh Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @aangar

Twitter: @aangar | Email: aangar@jagatarsy.sch.id | https://www.youtube.com/c/1billiondollars

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masalah Seputar Kajian Puisi

17 Desember 2010   14:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salah satu mata kuliah wajib jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta adalah "kajian puisi". Mata kuliah yang diambil di semester lima ini cukup menyenangkan, tapi juga momok bagi sebagian mahasiswa. Sebelum mata kuliah ini, ada mata kuliah lain yang sudah dijajaki di semester-semester awal, seperti teori sastra, sejarah sastra Indonesia, sastra bandingan, apresiasi dan ekspresi sastra. Semua berurut dari semester satu hingga semester empat.

Permasalahannya sekarang adalah, semua mata kuliah berkaitan dengan sastra telah dipelajari, tapi kemudian, mengapa ketika mengkaji puisi, yang merupakan bagian dari sastra, banyak mahasiswa yang kelimpungan. Dengan pelbagai alasan, mulai dari kurangnya referensi sampai dengan sulitnya mencerna "bahasa" puisi. Sebagian percaya, bahwa puisi adalah "bahasa sulit" atau "tak sembarang orang dapat mencipta puisi". Ini tentu saja membuat sebagian mahasiswa yang lain menyernyitkan keningnya, "Benarkah bahasa puisi itu sulit?"

Pernyataan bahwa bahasa puisi itu sulit ada benarnya tapi juga tak sepenuhnya benar. Mungkin yang dimaksud adalah, bahwa dalam puisi, kebanyakan kata adalah konotatif, sehingga dapat menimbulkan multiinterpretasi, atau bahkan tidak ada tafsirannya sama sekali saking susahnya bahasa puisi tersebut dicerna. Untuk contoh yang bahasa konotatif, mari kita perhatikan puisi karya Acep Zamzam Noor yang "meditasi", diambil dari Jurnal Nasional, Minggu, 27 Januari 2008.

MEDITASI

Angin itu masih duduk-duduk
Di halaman. Merenungi bunga-bunga
Musik hanya lewat
Juga waktu. Angin itu
Seperti abadi. Ketika sunyi
Ketika dingin menggetarkan daun-daun
Membakar ngungun. Gerimis pagi

1983

Sedangkan bahasa yang "sulit" dalam puisi, (mungkin) contohnya adalah puisi Sutardji Calzoum Bachri yang "Luka". Berikut puisinya.

LUKA

ha ha
Dua puisi di atas, memiliki bobot-bobotnya tersendiri. Dan siapapun, ketika membaca kedua puisi tersebut, akan merasakan suasana yang berbeda. Hal tersebut, tentu saja adalah efek dari masing-masing puisi tersebut. Dan menjadi hak sepenuhnya pembaca untuk mengatakan, apakah puisi pertama termasuk yang sulit, atau justru yang kedua yang amat sulit. Cara pandang kitalah, yang kemudian menghasilkan suatu simpulan, bahwa puisi ini, ini, dan puisi ini, itu.

Masalah seputar kajian puisi tidak hanya berhenti di situ, permasalahan lain yang sering muncul adalah, apakah kita sebagai mahasiswa laik untuk melakukan suatu kajian terhadap puisi, padahal berkemungkinan besar analisinya sangat berbeda jauh dengan apa yang dimaksudkan oleh si empu puisi tersebut? Di sinilah, sesungguhnya mahasiswa ditantang untuk dapat "berbicara" mengenai makna puisi. Namun sayang, masih sangat sedikit mahasiswa yang menyadari betapa pentingnya "belajar" mengkritisi pelbagai puisi sastrawan besar itu. Yang paling sering muncul, justru, bagaimana format mengkaji puisi? Mungkin inilah permasalahan paling mendasar. Mengapa? Karena ketika berhadapan dengan mahasiswa, ada sebagian besarnya mengatakan, "Bagaimana mengkaji puisi itu? Apakah harus ... " Namun pada akhirnya, apa yang mereka usahakan adalah apa yang mereka pahami, namun kebanyakannya mereka tak yakin. Dan ternyata, mendayung itu harus dengan kesabaran yang penuh.

Pisangan, 171210
@aangar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun