Mohon tunggu...
aang aja
aang aja Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa ekonomi syariah

hobi saya main sepeda dan traveling dan saya juga suka menulis serta menceritakan pengalaman pribadi saya yang unik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Putus dan Bangkit kembali setelah 5 tahun pacaran

28 Januari 2025   22:16 Diperbarui: 28 Januari 2025   22:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bulan November 2024, saya mengalami momen yang cukup berat dalam hidup. Setelah menjalin hubungan selama 5 tahun, pacaran pacar saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. Padahal, hubungan kami telah berlangsung lama sejak tahun 2019, ketika kami masih duduk di kelas 12 SMA. Bahkan, kedua keluarga kami sudah saling mengenal dengan baik.

Namun, lamanya sebuah hubungan tidak selalu menjamin akan berjodoh. Jodoh memang rahasia Allah, dan tidak ada yang tahu pasti bagaimana takdir akan berjalan. Dia memilih untuk bersama pria lain yang jauh lebih mapan secara finansial dibandingkan saya. Pria tersebut berusia 30 tahun, sementara saya baru 23 tahun dan baru saja lulus kuliah. Saat hubungan kami berakhir, saya sangat terpukul. Perasaan hampa dan gagal terus menghantui saya selama beberapa hari. Pikiran seperti, "Kenapa semua ini terjadi?", "Padahal saya sudah sangat sayang", dan "Apakah karena saya kurang mampu secara finansial?" sering muncul di benak saya.

Meskipun begitu, saya tetap berusaha bangkit karena hidup harus terus berjalan. Setelah lulus kuliah, saya mulai bekerja di sebuah usaha mikro yang bergerak di bidang pembuatan huruf timbul dari akrilik stainles dan galvanis. Meski hati saya masih terasa kosong, saya mencoba mengalihkan fokus pada pekerjaan dan membangun masa depan saya sedikit demi sedikit.

Meskipun begitu, terkadang rasa rindu, dendam, dan kecewa masih muncul di hati saya. Namun, saya berusaha menepis semua perasaan itu. Beruntung, saya memiliki keluarga dan teman-teman dekat yang selalu memberikan dukungan. Mereka membuat saya merasa tidak terlalu kesepian atau putus asa dalam menghadapi masa sulit ini.

Dari kejadian ini, saya justru mendapatkan hikmah yang luar biasa. Saya teringat sebuah pelajaran dari dosen saya yang pernah berkata, "Ketika ada sebuah kejadian atau musibah, kita harus bisa membaca ke luar dan ke dalam dari peristiwa tersebut. Kita harus bisa mengambil hikmah yang positif, karena setiap kejadian yang kita alami pasti membawa pembelajaran tersendiri. kan dalam Al-Qur'an juga ayat pertama yang diturunkan adalah 'Iqra' (Bacalah). "

Perkataan itu benar-benar menyadarkan saya. Saya akhirnya memahami dan mampu mengambil hikmah bahwa mungkin ini adalah teguran dari Allah SWT. Teguran bahwa saya seharusnya tidak menghabiskan waktu untuk pacaran, karena hal itu hanya membuang-buang waktu dan pada akhirnya sering kali menyisakan luka dan dendam saat berpisah. Bahkan, jika hubungan tersebut berlanjut ke jenjang pernikahan, ada risiko timbulnya rasa bosan atau masalah lain, karena hubungan itu dimulai dengan sesuatu yang tidak diridhai-Nya.

Dari segi moral dan ikhtiar, saya juga menyadari bahwa jika seorang laki-laki tidak mapan, maka sebaik atau setanggung jawab apa pun dirinya, dia tetap berisiko untuk ditinggalkan dan dipandang sebelah mata. Bukan berarti wanita itu materialistis, tetapi mungkin justru kitanya sebagai laki-laki yang terlalu malas atau kurang berusaha untuk memperbaiki diri dan membangun masa depan.

Kejadian ini menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus berkembang dan membangun masa depan yang lebih cerah. Jujur, sebelum lulus kuliah, saya terlalu sering bersantai dan gengsi untuk memulai sesuatu. Padahal, ada banyak peluang usaha yang sebenarnya bisa saya manfaatkan selama masa kuliah. Meskipun kampus saya bukan universitas terkenal, saya sadar ada banyak kesempatan berharga yang telah saya lewatkan. Namun, sekarang saya berusaha berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan belajar memanfaatkan setiap peluang yang ada.

Meskipun dia tidak akan kembali, dan hubunggan ini kandas karena dia akan tetapi jangan sampai  hati saya menjadi benci atau dendam kesumat yang berkepanjangan karena mau bagaimanapun dia pernah membersamai saya selama 5 tahun dan dia juga banyak pengorbanan untuk hubunggan kita dulu. Dan saya berkomitmen bahwa jika suatu saat ada wanita yang menjadi calon pendamping saya, saya akan berusaha menjaga dan menghargainya dengan sebaik-baiknya. Saya ingin menjadi seseorang yang lebih dewasa dan mapan, sehingga bisa menjadi pasangan yang dapat diandalkan.

Namun, saat ini saya sedang diuji. Tempat saya bekerja sedang sepi orderan, sehingga saya diliburkan dari pekerjaan. Bulan ini, penghasilan saya hanya Rp500 ribu. Meskipun saya bukan tulang punggung keluarga, saya merasa down dan tidak berguna. Di zaman sekarang, uang Rp100 ribu terasa seperti Rp10 ribu, yang bisa habis hanya dalam dua hari untuk makan sendiri. Saya merasa malu kepada orang tua, mengingat mereka telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk pendidikan saya di jurusan Ekonomi Syariah. Tapi sampai sekarang, saya belum mampu memberi apa-apa kepada mereka, bahkan penghasilan saya pun sangat sedikit.

Saat menulis ini, saya juga bingung bagaimana masa depan saya akan berjalan. Saya sudah mencoba melamar pekerjaan ke sana-sini, tetapi belum ada hasil. Skill saya masih minim, dan daya jual diri saya juga rendah. Jujur, saya merasa stres, tapi saya juga mulai menyadari bahwa mungkin inilah alasan Allah memisahkan saya dengan dia---agar saya bisa belajar dan berkembang menjadi lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun