Di antara sifat yang melekat pada setiap diri manusia adalah keinginan untuk diakui keberadaannya. Dari sini, mereka berusaha melakukan apapun agar kemudian dikenang oleh orang yang bersamanya, orang setelahnya, hingga generasi yang akan datang selanjutnya.
Ada yang ingin abadikan dirinya dalam buku. Ia menulis karya ilmiah, novel, puisi, monolog, dan naskah-naskah lainnya.
Ada yang abadikan dirinya dalam sebuah gambar. Mereka memfoto setiap momen dalam hidupnya, baik saat makan, tidur, atau beraktivitas lainnya.
Ada yang ingin mencapai keabadian dengan mendirikan suatu institusi. Perusahaan, sekolah, pesantren, rumah sakit, rumah sehat, dan sebagainya.
Ada pula yang ingin mencapai keabadian melalui keturunan. Mereka mencari pasangan yang dianggap cocok.
Dan lain sebagainya.
Rasanya, kebahagiaan hanya berada di sana.
Tidak heran jika seseorang kemudian frustrasi saat naskahnya ditolak. Lalu ia melampiaskan kefrustrasiannya dengan merokok dan minum.
Tidak heran jika seseorang patah hati saat tidak berhasil berfoto dengan idolanya. Bahkan pernah ada yang putus dengan pacar atau istri karena tidak mau berfoto saat berciuman atau berhubungan badan.
Tidak heran jika seseorang merasa menderita saat usahanya bangkrut. Atau seorang guru yang merelakan siswanya pergi.