Mohon tunggu...
Ali Ahmad Nawawi
Ali Ahmad Nawawi Mohon Tunggu... Penulis - Kreator Digital

Stimulate your passion! anawawy.com

Selanjutnya

Tutup

Love

Jenis Hubungan Eksploitatif Perempuan dan Laki-laki

15 Juni 2023   07:54 Diperbarui: 15 Juni 2023   08:22 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: istockphoto.com

Ada jenis perempuan yang suka minta-minta sama pasangannya. Minta ini, minta itu. Diberi satu, minta lagi. Kalau tak dipenuhi dia ngambek. Kalau dikritik soal itu, ia berdalih,"Itu bukti cinta."

Tentu tidak hanya perempuan yang begitu. Laki-laki juga ada yang seenaknya. Melakukan apa saja sesuka dia. Menuntut banyak hal. Perempuan pasangannya menuruti. Alasannya, karena cinta.

Cinta sering jadi sebab untuk tidak logis. Pada dasarnya cinta memang tidak logis. Tapi itu cinta palsu. Dalam konteks sebuah hubungan, cinta memerlukan adanya komitmen. Komitmen ini harus logis, tidak bisa seenaknya.

Ada perempuan yang menuntut, berharap semua keinginannya dipenuhi. Ia tak peduli apakah pasangannya sanggup atau tidak. Ia tak peduli bahwa untuk memenuhi keinginannya itu pasangannya harus bekerja melebihi kepatutan.

Di sisi lain laki-laki juga ada yang begitu. Misalnya, ia dan pasangannya sama-sama bekerja, tapi di rumah ia tetap menuntut dilayani. Bahkan ketika penghasilan pasangannya lebih tinggi pun ia tetap minta dilayani. Yang lebih parah, ia menghabiskan pendapatan yang diperoleh pasangannya.

Hubungan eksploitatif terjadi karena ketiadaan keadilan. Keadilan tidak tegak karena satu pihak memang tidak ada komitmen, sedangkan pihak lain tidak punya keberanian untuk memintanya. Ini hubungan tanpa nalar. Cinta diekspresikan tanpa nalar, tanpa etika. Yang terjadi adalah perbudakan. Bucin.

Agar tidak terjebak dalam hubungan eksploitatif, jadikan nalar sebagai panglima dalam benak Anda. Boleh menghidupkan rasa, tapi biarkan nalar yang memutuskan. Anda bertemu dengan orang yang pesonanya demikian kuat. Tapi coba perhatikan, apakah dia memperlakukan Anda dengan adil?

Hubungan tidak bisa hanya searah. Kalau Anda terpesona pada seseorang, itu belum cukup untuk jadi hubungan. Harus ada pesona timbal balik. Di luar soal keterpesonaan itu harus ada sikap saling menghargai. Jadi, jangan karena terpesona Anda mau melakukan apa saja melampaui kepatutan. Terpesona itu soal rasa, menilai kepatutan itu soal nalar. Jangan sampai nalar mati karena terpesona. Anda akan dieksploitasi.

Hidupkan cinta yang harmonis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun