Mohon tunggu...
aan anshori
aan anshori Mohon Tunggu... Buruh - Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD)

Humanitarian worker and researcher

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konstruksi Gelap Pemurtadan Rosnida*

10 Desember 2015   10:30 Diperbarui: 10 Desember 2015   11:22 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam ajaran ini, kekristenan telah mendeklarasikan teologinya; Tuhan itu Esa dengan 3 kepribadian. Yesus dianggap pribadi otonom yang sehakikat dengan Allah Bapa maupun Roh Kudus. Meskipun demikian, bagi yang terbiasa berlogika biner, konsep trinitas tersebut mungkin terasa agak membingungkan. Mereka yang sejak awal tidak hendak membuka pikirannya akan serta-merta mendapati kesan ada tiga tuhan. Lebih jauh, kesan ini telah dianggap cukup mengkonfirmasi status kekafiran agama Kristen. Saat Nabi ditanya para sahabat perihal jalan lurus (shirat al mustaqim)[16], Nabi mengkonfirmasi bahwa ketidaklurusan itu merujuk pada Yahudi dan Nasrani.[17]

Tidak berhenti sampai di situ, kelompok kafir juga tercitrakan miring, setidaknya jika kita membaca literal beberapa ayat lain dalam al-Quran. Kelompok ini dianggap mempunyai penyakit kronis dalam hati menyangkut keimanan.[18] Status fasik (perverted transgressor) juga akan disematkan bagi siapapun yang mengingkari ajaran Islam.[19] Kafir juga diumpamakan sebagaimana ternak yang tidak menggubris gembalanya disebabkan ketulian, kebisuan dan kebutaan mereka.[20] Selain dianggap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya[21], mereka digambarkan laksana makhluk terburuk (dawaab) di sisi Allah, karena kekafirannya.[22] Kebaikan apapun, sepanjang dilakukan oleh seorang kafir dianggap tidak akan berarti apapun. Sebagaimana debu yang ringkih saat angin merenggutnya.[23] Stereotyping terhadap kelompok kafir, terutama Kristen juga dilanggengkan dengan cara menanamkan sejak dini bahwa melihat orang yang disalib (yandzuru al mashlub) menyebabkan muslim mudah lupa dalam belajar[24].

Dua Ujung Tombak
Berbagai deskripsi minor atas non-muslim tersebut masih dipertegas melalui seruan agar muslim tidak mencintai orang-orang yang menentang Alloh dan Rasulnya, meski sekalipun penentang tersebut merupakan bapak, ibu atau keluarganya.[25] Dalam al-Quran juga ditemukan dua hal penting menyangkut bagaimana 'seharusnya' muslim bersikap terhadap non-muslim. Pertama, tidak menjadikan non-muslim sebagai teman, apalagi memposisikan mereka sebagai pemimpin umat Islam.[26] Orang beriman diperingatkan keras untuk tidak sekali-kali mengambil teman kepercayaan dari kalangan luar islam (kafir). Pasalnya, mereka dipersepsi lebih senang melihat muslim menderita. Meskipun non-muslim terlihat baik namun kebencian dan apa yang tersembunyi di hati mereka jauh lebih besar.[27] Orang-orang kafir dianggap musuh nyata[28], dan penolong setan untuk melawan tuhannya.[29] Kebencian serta permusuhan diantara orang beriman dan kafir akan tetap abadi selamanya sampai orang kafir masuk Islam.[30]

Kedua, muslim “diperintahkan” untuk memerangi dan berbuat keras terhadap orang kafir yang ada di sekitar muslim.[31] Tuntunan bersikap keras (asyidda’) terhadap orang kafir dan berkasih sayang kepada sesama muslim juga termaktub dalam al-Quran.[32] Bagi para pembenci Rosnida, upaya terakhir 'melindungi kesucian' identitas umat Islam dari anasir-anasir non muslim diwujudkan dalam bentuk pemberlakuan sanksi tegas. Mereka yang melanggar garis demarkasi dianggap sama dengan musuh. Menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin atau teman kepercayaan membuat muslim sama seperti mereka.[33] Status kemuslimannya terenggut karena dianggap telah keluar dari Islam (riddah). Kemurtadan merupakan pidana serius dalam islam, selain pembunuhan dan pemberontakan. Pelakunya bisa dikenai hukuman mati.
--*--

Ayat-ayat di atas jelas akan memantik silang pendapat di kalangan umat Islam sendiri. Yang tidak setuju cara baca-literal akan berupaya keras 'menyelaraskan', atau bahkan menutupinya sembari menuding pengecam Rosnida sebagai pihak yang justru mempermalukan Islam. Bagi yang sependapat, mereka akan memilih terus mewariskan makna-literal teks-teks tersebut sembari meyakini Islam tidak hanya merupakan al-din (agama) namun juga al-daulah (negara).

Teks-teks problematis-konfrontatatif tersebut bisa kita anggap semacam pecahan berlian. Jika kita gagal memperlakukannya secara bijak, akan menorehkan luka bagi banyak orang. Saya sendiri lebih memilih membingkai dan menjadikannya sebagai bahan renungan; benarkah Tuhan sungguh memerintahkan kita berbuat buruk terhadap sesama hanya karena perbedaan keyakinan? Saya tidak percaya Tuhan akan sepicik itu. Wallohu a’lam(*)

__________________________________________________________________________

[*] Pernah dimuat di situs resmi Pesantren Tebuireng – dan dibaca lebih dari 2.000 kali- sebelum akhirnya dibredel tanpa pemberitahuan kepada saya, cek http://tebuireng.org/konstruksi-gelap-pemurtadan-rosnida/?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter

[2] Kordinator Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur, GUSDURian, peneliti di Pusat Kajian Pesantren & Demokrasi (PKPD) Tebuireng Jombang. Kontak 08155045039 | aan.anshori@tebuireng.org – aan.anshori@gmail.com | @aananshori

[3] Oasis 2013 Inspiring Hospitality and Well Being, Flinders University, hal 14.

[4] QS.3:110

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun