Mohon tunggu...
Aan Alamsyah Al Banjary
Aan Alamsyah Al Banjary Mohon Tunggu... Guru - guru/dosen

Saya adalah seorang guru di sebuah sekolah menengah kejuruan. Saya selain mengajar juga sering membuat tulisan,yang paling disukai menulis tentang kajian islam dan juga sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Memilih Pemimpin atau Penguasa?

10 Oktober 2024   05:35 Diperbarui: 10 Oktober 2024   07:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahapan Pemilu tahun 2024 telah berlangsung. Agenda rakyat Indonesia diatur dalam proses demokrasi ini. Aspek demokrasi dari pemilu ini sangat ditentukan oleh adil atau tidaknya mekanisme yang digunakan.

 Selain menetapkan beberapa agenda nasional, pemilu dipandang penting karena akan menentukan pemimpin  yang mampu mengangkat Indonesia dari jurang krisis multidimensi ini. Menurut berbagai pengalaman, pemilu selama ini hanya mampu melahirkan penguasa, yang tidak menghargai persoalan rakyatnya. Pemilu kita selama ini gagal melahirkan pemimpin yang kehadirannya sangat dibutuhkan rakyat.

Apa perbedaan pemimpin dan penguasa ?

Pemimpin adalah sosok bijak yang berusaha untuk selalu berpihak pada orang miskin dan bersikap adil terhadap permasalahan bangsa. Dan dia selalu berhati-hati untuk memutuskan kebijakan yang memiliki implikasi sosial yang penting di masyarakat.

 Penguasa adalah sosok yang menempatkan kekuasaan hanya pada tujuan politik yang telah dicapainya dan kurang atau tidak memiliki kepedulian terhadap masalah yang melingkupi rakyatnya. Oleh karena itu, penguasa identik dengan keberpihakan kepada yang mapan secara ekonomi, untuk mempertahankan kekuasaannya.

Sementara penguasa hanya bermaksud untuk memerintah, tujuan pemimpin adalah memimpin menuju tujuan bersama. Oleh karena itu, dalam idiom Jawa kita mengenal ungkapan yang diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara, yang menurutnya pemimpin adalah Ing ngarso sing tuladho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Perbedaan antara dua sifat leadership itu terungkap dalam proses panjang yang disebut Pemilu.

 Sayangnya, mentalitas partai politik peserta pemilu tampaknya hanya mentalitas kekuasaan. Mereka bersaing untuk menjadi satu-satunya penguasa. Tidak ada upaya untuk mengadopsi pemimpin yang baik yang diharapkan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pemilu 2024, rakyat membutuhkan bukti apakah akan muncul penguasa yang otoriter atau pemimpin yang bijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun