Mohon tunggu...
Bonifasius Aan
Bonifasius Aan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Eksistensi Portal Berita? (Portal Berita vs Aplikasi)

3 Oktober 2017   05:03 Diperbarui: 3 Oktober 2017   05:35 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa media massa yang mendistribusikan konten melalui aplikasi / https://play.google.com/store/search?q=detiknews

PENGANTAR

Memahami distribusi konten dalam konteks jurnalisme, tidak dapat dipisahkan dari keluasan media massa yang mengalami pembaharuan terus-menerus oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Hal ini disebabkan proses menyalurkan konten oleh produser atau media penyiaran memiliki ketergantungan pada media yang lebih dekat dan banyak digunakan oleh audiens. Dalam lingkup distribusi, produsen kembali berhadapan dengan khalayak media yang dikatakan telah menjadi aktif dalam memilih dan menentukan media mana yang akan mereka gunakan (West & Turner, 2008). Keadaan seperti ini tentunya memiliki pengaruh terhadap media dalam mengkategorikan media lama dan media baru. 

Wujud perkembangan distribusi media dewasa ini yang telah diakui sebagai cara distribusi media baru, belum bisa dipastikan posisinya tidak akan tergantikan oleh bentuk perkembangan distribusi media di masa yang akan datang. Roger Fidler, menggagas "mediamorphosis" sebagai sebuah pernyataan yang menandai suatu fenomena dalam perkembangan media. Secara kompleks Roger menganalisis media untuk memahami setiap kemungkinan yang menjadi alasan terjadinya revolusi dalam media. Demikian pula kemungkinan yang muncul dari konsep mediamorphosis terhadap revolusi dalam mendistribusikan suatu konten media jurnalistik.

Dalam pembahasan lebih lanjut, tulisan ini secara khusus akan berbicara mengenai eksistensi portal berita pada setiap media massa yang telah mempraktekkan konsep konvergensi dalam mengorganisasikan kantor beritanya. Keberadaan aplikasi seperti Lineyang memiliki fitur seperti line today,atau aplikasi seperti BaBe (Baca Berita), tampil sebagai bentuk perpanjangan tangan dari setiap portal berita yang ada. Akan tetapi, eksistensi beberapa portal berita yang secara independen mendistribusikan konten-konten tersebut dipertanyakan ketika aplikasi tersebut justru hanya merujuk pada media atau berita tertentu. bentuk aplikasi seperti ini menjadi bentuk distribusi media jurnalistik baru. 

Beberapa media penyiaran seperti Liputan 6, CNN Indonesia, dan Kompas telah menerapkan cara distribusi berita menggunakan aplikasi khusus yang dapat dimiliki audiens secara pribadi pada gadget yang mereka miliki. Berpedoman pada pengalaman sebelumnya, perkembangan teknologi komunikasi juga semakin memungkinkan kedekatan antara produsen konten berita dan audiens. Inilah salah satu potensi yang mendorong terjadinya perubahan cara distribusi konten berita dalam jurnalisme multimedia.

Menyadari beragam inovasi sosial dan teknologi yang berlangsung secara terus-menerus, menuntut baik produsen maupun konsumen media massa komunikasi untuk selalu bergerak mengikuti arah perubahan tersebut. Transformasi media komunikasi, biasanya disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, dan inovasi sosial serta teknologi (Fidler. R, 1997). Dengan demikian, upaya yang dilakukan baik oleh produsen maupun konsumen dalam menyesuaikan diri terhadap beragam perkembangan tersebut, menjadi alasan yang kuat terjadinya revolusi pada tahap distribusi konten media.  

REVOLUSI DISTRIBUSI (Offline - Online)

Mendistribusikan konten digital saat ini dapat dilakukan dengan  metode yang lebih efisien, menghemat biaya untuk dialokasikan pada persiapan serta pengiriman konten seperti pengemasan ulang sebuah serial TV dari program-program siaran ke DVD tunggal, dan bentuk lain sebagainya. Oleh karena itu, bentuk perkembangan ini menunjukkan adanya hubungan sebab dan akibat dari pergeseran yang terjadi pada konteks distribusi. Dampak dari distribusi digital telah memaksa manajer media massa komunikasi saat ini untuk mengetahui banyak tentang teknologi khususnya dalam mendistribusikan konten.

Masa Offline dan Online

Dewasa ini adalah penting membedakan antara  saluran media massa komunikasi offline dan online. Memahami revolusi yang terjadi pada ranah distribusi konten, media massa komunikasi mengalami perkembangan secara teknis. Distribusi konten yang secara teknis bersifat offline memiliki arti linear dengan proses kerja yang analog, sementara online dengan yang digital.

Sebelum infrastruktur internet mencapai kemapanan dalam menjangkau audiens seperti sekarang, konten multimedia didistribusikan secara offline dengan mereproduksi media penyimpanan (CD, DVD, kaset, catridge, dsb), sedangkan saluran multimedia communication disampaikan secara broadcasting (siaran tivi, radio, satelit). Sedangkan saluran online diartikan secara teknis sebagai konten atau informasi disalurkan dari sebuah penyimpanan (server) kepada komputer-komputer atau unit-unit penerima melalui jaringan komunikasi.

Teknologi

Memahami distribusi pada konteks media massa komunikasi seperti telah dijelaskan sebelumnya, teknologi yang berkembang menjadi alasan semakin beragamnya cara dalam mendistribusikan konten. Keduanya menjadi saling berkaitan dan tidak terpisahkan karena media penyiaran memiliki ketergantungan pada media yang lebih dekat dan banyak digunakan oleh konsumen.

Perubahan yang terjadi pada ranah distribusi konten dapat dipahami melalui konsep konvergensi. Konvergensi dipahami dalam wujud kolaborasi antara berbagai newsroom media dimana sebelumnya bergerak pada ranahnya masing-masing, kini menjadi suatu bentuk kerjasama yang saling melengkapi (Deuze. M, 2004). 

Menerapkan konsep kovergensi dalam media penyiaran, dapat dipahami secara mendasar sebagai suatu cara mengatasi keterbatasan newsroom pada media massa tertentu. media massa seperti televisi dalam menyampaikan informasi pada sebuah acara berita, sangat jarang menampilkan banyak foto-foto jurnalistik pada layar televisi. Akan tetapi, beberapa program berita seperti Liputan 6 misalnya, memiliki website yang dari segi konten tersedia lebih luas, serta kompleksitasnya mampu menampung seluruh bentuk pemberitaan baik audio maupun visual. Foto-foto jurnalistik yang sebelumnya memiliki ruang yang terbatas, dapat dioptimalkan keberadaannya pada website.

Secara mendasar dapat dipahami demikian alasan suatu media massa komunikasi menerapkan konsep konvergensi. Akan tetapi, dalam konteks distribusi konten, kembali lagi pada pemahaman awal bahwa, suatu media massa komunikasi melihat perkembangan teknologi yang mengubah perilaku audien. Sebagai penyalur berita dan informasi, media penyiaran haruslah mampu menjangkau audien dengan menempati ranah media yang lebih dekat dengan konsumen.

REVOLUSI DISTRIBUSI (Portal Berita vs Aplikasi)

            Praktek distribusi konten pada media massa memiliki indikasi untuk berevolusi kembali. Media massa komunikasi yang telah mempraktekkan konsep konvergensi dalam kemapanan infrastruktur internet diantara masyarakat saat ini, kembali mengalami perkembangan. Transformasi ini tentunya didorong oleh pergeseran medium distribusi yang mampu lebih efektif lagi mempertemukan produsen media massa komunikasi dengan khalayaknya.

            Pada bagian ini, konten bukanlah inti dari pembahasan, karena dalam konteks distribusi, medium yang dipilih serta digunakan sebagai ruang pertemuan antara produsen dan konsumen menjadi titik perhatiannya. McLuhan mengatakan bahwa sifat dan jenis isi yang disampaikan media tradisional dan media baru dapat saja sama (Masri, 2012). Demikian pula dalam mengidentifikasi perubahan yang mungkin terjadi pada masa mendatang, khususnya pada ranah distribusi konten.

Portal Berita

            Secara garis besar, wujud portal berita pada infrastruktur internet telah banyak dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Pemahaman penting mengenai portal berita ialah mengenai pendistribusian konten berita dalam situs berita pada masing-masing media. Sebagai contoh, Liputan 6 yang lebih dikenal dalam wujud media penyiaran berita di televisi, namun memiliki website resmi yang juga berfungsi sama, yakni mendistribusikan berita. Selain itu, media massa cetak seperti Tempo dan Kompas juga memiliki website resmi yang menjadi praktek konvergensi dan digitalisasi pada media massa komunikasi.

Bentuk distribusi berita seperti ini menjadi pilihan yang lebih efektif pada masa awal kemapanan internet di kalangan masyarakat. Kemudahan mengakses informasi melalui infastruktur internet menjadi lahan yang menggiurkan untuk disasar sejumlah media massa komunikasi agar semakin dekat dengan audiens. Bentuk distribusi konten berita jurnalistik melalui website sebelumnya memang telah mampu menjangkau khalayak dan menggiring mereka agar kembali mengkonsumsi berita pada media massa milik media-media tersebut. 

Akan tetapi, kemampuan teknologi yang menyediakan aplikasi berisikan konten berita dari media massa tertentu, menjadi praktek distribusi yang secara jarak menjadi lebih dekat dengan khalayak karena dapat dimiliki langsung dalam gadget khalayak. Walau pun masih dalam ranah internet, akan tetapi eksistensi portal berita patut dipertanyakan ketika beragam media massa komunikasi mulai beralih pada bentuk distribusi melalui aplikasi.

Aplikasi

            Kehadiran smartphone dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi dengan manfaat serta fungsi yang semakin kompleks bagi kehidupan manusia, memberi beragam dampak. Hampir seluruh smartphone saat ini memiliki aplikasi Play Store yang justru di dalamnya menyediakan beragam aplikasi lain, baik yang dapat diunduh secara gratis maupun secara berbayar. Beberapa aplikasi yang terdapat di dalamnya ialah suatu aplikasi yang mendistribusikan berita dari media massa komunikasi tertentu. Beberapa media tersebut diantaranya seperti Kompas, Liputan 6, Detik.com, dan CNN Indonesia. 

Keempat media massa yang telah memiliki portal berita tersebut tentunya menyadari potensi mendistribusikan konten berita melalui aplikasi akan lebih efektif. Dengan memiliki aplikasi tersebut dalam smartphone yang dimiliki oleh masing-masing khalayak, produsen berita dapat lebih mudah menjangkau konsumennya. Setiap berita dapat didistribusikan dengan mudah dan keaktifan khalayak dapat terpantau karena telah melakukan registrasi data diri ketika pertama kali menggunakan aplikasi tersebut. Inilah salah satu indikasi terjadinya revolusi kembali pada cara-cara yang digunakkan untuk mendistribusikan konten media. 

Dari keempat media yang memiliki portal berita tersebut, memang masih aktif mengoperasikan portal beritanya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan perkembangan teknologi pada masa yang akan datang akan semakin menyempurnakan aplikasi yang memuat konten berita ini dan memberikan semakin banyak kemungkinan pula bagi produsen media massa komunikasi dalam mendistribusikan berita.

            Salah satu pendiri portal berita Detik.com yaitu Budiono Darsono, mengatakan dengan melihat jumlah pengguna jejaring sosial yang terus bertambah, maka tidak ada pilihan lain bagi media untuk memanfaatkannya sebagai bagian dari praktik jurnalisme (Anggoro, 2013). Dari pernyataan tersebut, produsen berita tidak akan menutup diri pada perkembangan teknologi yang ada. Setiap perkembangan yang justru semakin menunjang perusahaan media yang mereka miliki dalam hal operasional, justru menjadi suatu keharusan.

KESIMPULAN

            Teknologi akan terus diperbaharui dan terus-menerus berinovasi dalam menciptakan kemudahan untuk manusia. Beragam sisi dan bidang kehidupan yang terlihat terpisah pun akan menjadi saling berkaitan dengan kemunculan suatu inovasi baru pada bidang teknologi khususnya. 

Demikian pula halnya yang terjadi pada praktek distribusi konten oleh kebanyakan media massa komunikasi. Memanfaatkan setiap kemungkinan yang telah disediakan oleh perkembangan teknologi merupakan pilihan yang tepat dalam penggunaan yang tepat pula. Maka, bukanlah suatu hal yang mustahil akan terjadinya perubahan kembali pada cara media massa komunikasi mendistribusikan konten berita yang mereka produksi. Dari perkembangan yang ada, terdapat indikasi terjadinya perubahan dimana media massa komunikasi harus kembali melakukan pertimbangan.

Sumber:

West, T & Turner, L. H. (2008). Pengantar teori komunikasi: Analisis dan aplikasi.Setyaningsih, N (Ed). Jakarta: Salemba Humanika, hlm. 101

Fidler, R. (1997). Mediamorphosis: Understanding New Media. California: Sage Publications Company, hlm. 22-33

Deuze, Mark. (2004). "What is Multimedia Journalism?," Journalism Studies, Volume 5, Number 2, hlm. 139-152.

Masri, R. (2012). Print-book vs E-book Bukan Sekedar Persaingan Desain dan Tata Letak. Ilmu seni dan desain, 5(1), hlm. 2

Anggoro, A. Sapto. (2013). Detik.com: Legenda Media Online. Yogyakarta: Moco Media

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun