Memahami distribusi pada konteks media massa komunikasi seperti telah dijelaskan sebelumnya, teknologi yang berkembang menjadi alasan semakin beragamnya cara dalam mendistribusikan konten. Keduanya menjadi saling berkaitan dan tidak terpisahkan karena media penyiaran memiliki ketergantungan pada media yang lebih dekat dan banyak digunakan oleh konsumen.
Perubahan yang terjadi pada ranah distribusi konten dapat dipahami melalui konsep konvergensi. Konvergensi dipahami dalam wujud kolaborasi antara berbagai newsroom media dimana sebelumnya bergerak pada ranahnya masing-masing, kini menjadi suatu bentuk kerjasama yang saling melengkapi (Deuze. M, 2004).Â
Menerapkan konsep kovergensi dalam media penyiaran, dapat dipahami secara mendasar sebagai suatu cara mengatasi keterbatasan newsroom pada media massa tertentu. media massa seperti televisi dalam menyampaikan informasi pada sebuah acara berita, sangat jarang menampilkan banyak foto-foto jurnalistik pada layar televisi. Akan tetapi, beberapa program berita seperti Liputan 6 misalnya, memiliki website yang dari segi konten tersedia lebih luas, serta kompleksitasnya mampu menampung seluruh bentuk pemberitaan baik audio maupun visual. Foto-foto jurnalistik yang sebelumnya memiliki ruang yang terbatas, dapat dioptimalkan keberadaannya pada website.
Secara mendasar dapat dipahami demikian alasan suatu media massa komunikasi menerapkan konsep konvergensi. Akan tetapi, dalam konteks distribusi konten, kembali lagi pada pemahaman awal bahwa, suatu media massa komunikasi melihat perkembangan teknologi yang mengubah perilaku audien. Sebagai penyalur berita dan informasi, media penyiaran haruslah mampu menjangkau audien dengan menempati ranah media yang lebih dekat dengan konsumen.
REVOLUSI DISTRIBUSI (Portal Berita vs Aplikasi)
      Praktek distribusi konten pada media massa memiliki indikasi untuk berevolusi kembali. Media massa komunikasi yang telah mempraktekkan konsep konvergensi dalam kemapanan infrastruktur internet diantara masyarakat saat ini, kembali mengalami perkembangan. Transformasi ini tentunya didorong oleh pergeseran medium distribusi yang mampu lebih efektif lagi mempertemukan produsen media massa komunikasi dengan khalayaknya.
      Pada bagian ini, konten bukanlah inti dari pembahasan, karena dalam konteks distribusi, medium yang dipilih serta digunakan sebagai ruang pertemuan antara produsen dan konsumen menjadi titik perhatiannya. McLuhan mengatakan bahwa sifat dan jenis isi yang disampaikan media tradisional dan media baru dapat saja sama (Masri, 2012). Demikian pula dalam mengidentifikasi perubahan yang mungkin terjadi pada masa mendatang, khususnya pada ranah distribusi konten.
Portal Berita
      Secara garis besar, wujud portal berita pada infrastruktur internet telah banyak dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Pemahaman penting mengenai portal berita ialah mengenai pendistribusian konten berita dalam situs berita pada masing-masing media. Sebagai contoh, Liputan 6 yang lebih dikenal dalam wujud media penyiaran berita di televisi, namun memiliki website resmi yang juga berfungsi sama, yakni mendistribusikan berita. Selain itu, media massa cetak seperti Tempo dan Kompas juga memiliki website resmi yang menjadi praktek konvergensi dan digitalisasi pada media massa komunikasi.
Bentuk distribusi berita seperti ini menjadi pilihan yang lebih efektif pada masa awal kemapanan internet di kalangan masyarakat. Kemudahan mengakses informasi melalui infastruktur internet menjadi lahan yang menggiurkan untuk disasar sejumlah media massa komunikasi agar semakin dekat dengan audiens. Bentuk distribusi konten berita jurnalistik melalui website sebelumnya memang telah mampu menjangkau khalayak dan menggiring mereka agar kembali mengkonsumsi berita pada media massa milik media-media tersebut.Â