Mohon tunggu...
Aan
Aan Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA AKHRI DI JURUSAN BAHASA DAN SENI

Menulis ilmiah, menulis prosa, menulis puisi, main teater, suka tidur dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kepribadian yang Melarikan Diri

15 Juli 2023   06:19 Diperbarui: 15 Juli 2023   06:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang atau bisa saja kamu, mungkin pengagum orang lain. Seperti artis dan aktor tertentu? Atau penyanyi? pemain bola? Pemain basket? Motivator? K-pop? Atau yang lainnya? Jawabannya kebanyakan pasti akan mengatakan dirinya hanya sebagai fans, itu tidak jadi masalah. Namun yang jadi kekeliruan pada kebanyakan orang adalah menjadikannya fanatik buta terhadap kepada siapa ia condong untuk menggemari atau mengidolakan seseorang. Misalkan, ada orang yang rela melakukan operasi wajah atau bagian tubuh tertentu supaya mirip dengan idolanya, rela untuk mungubah penampilannya agar terlihat serupa dengan idola, cuti sementara waktu dari pekerjaan demi untuk menonton konser di luar negeri, tidak mau berkawan baik terhadap orang yang tidak se-mazhab dengannya soal pengidolaan.

Fenomena semacam ini yang sangat disayangkan, sebab kebanyakan mereka yang mengalami hal ini hanya masuk pada pengilhaman bahwa untuk memenuhi rasa kepuasan atau kebahagian atau bahkan dengan dalih untuk mencintai diri, harus mengikuti dan berkiblat dengan gaya hidup sang idola. Biasanya supaya ada sebuah capaian pengakuan terhadap diri sendiri dan pengakuan sosial, tentu ini keliru. Tidak masalah sebenarnya mengidolakan seseorang atau menjadikannya panutan, teladan, bahkan fanatik "role model" sekalipun. Tetapi dengan catatan yang boleh ditiru untuk dijadikan pengambilan langkah awal agar membentuk ketokohon diri yang punya landasan pola pikir yang tepat, adalah bagaimana spirit dari kehidupan mereka, bagaimana mereka menjadi diri sendiri, bagaimana mereka percaya terhadap nilai yang mereka punya. Hal demikan saya rasa perlu kita praktikan, dengan tanpa mengurangi kecintaan terhadap diri sendiri.

Ketokohan Diri

Untuk mencapai manusia unggul dan yang bukan hanya manusia yang sekadar beken saja, sebagaimana telah ditulis dalam bentuk pertanyaan di awal tulisan. Menurut hemat saya, ada beberapa yang perlu kita amalkan atau bahkan kita jadikan sebagai latihan setiap harinya supaya kita bisa bermanfaat dan mencintai diri sendiri.

Pertama, hal awal mesti dipunyai dalam diri adalah kepribadian yang berdamai antara aku dan saya (keakuan). Bagaimana kita percaya terhadap pola pikir dan nilai diri sendiri. Memandang orang lain keren tak masalah, tapi bukan berarti kita tidak bisa sekeren dari mereka bahkan bisa lebih dari itu.

Kedua, kalau kamu sudah berhasil berdamai dengan diri sendiri yang perlu dilakukan adalah bagaimana mampu menakar kepribadian diri sendiri pun kepribadian orang lain (interpersonal). Maksudnya adalah kita bisa percaya terhadap kemampuan diri, kalau tahu di mana celah kekurangan dan batas kemampuan diri. Maka kita akan memilki kepekaan lebih terhadapa orang lain.

Ketiga, paham bahwa merdeka atas diri sendiri punya batasan (rasa sosial). Artinya jangan terlalu sibuk dengan diri sendiri dan bahkan sama sekali sudah tidak menghiraukan sekitar. Sila ambil andil dan kontribusi sesuai kadar kemampuan diri, sila menebar manfaat untuk sekitar.

Boleh insecure dan punya role model itu hal yang manusiawi. Tapi harus pada kadarnya, pada esensi dan nilai bukan sebatas gaya dan materialisasi. Apakah kamu sekarang sedang melarikan diri ke kepribadian yang lain?

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun