Pulang sekolah, aku mampir ke toko alat tulis untuk membeli kertas asturo. Aku pun menyapa pemilik toko tersebut yang kebetulan adalah salah seorang temanku.Â
"Uni, ada kertas asturo warna cokelat tidak?"
Aku memanggilnya Uni karena ia orang Padang. Jadi, orang sini kalau manggil sebutan perempuan orang Padang biasanya dipanggil Uni. Sedangkan kalau orang Padang itu laki-laki, kami memanggilnya dengan sebutan Uda.Â
"Wah, Mamah Adel. Kertas asturo warna cokelatnya habis. Gimana? Mau pilih warna lain gak?"
Aku mulai mengerutkan dahi seraya memikirkan warna apa yang cocok untuk menggantikan warna batang pohon. Selintas terpikirkan warna hitam, jadi aku mengganti warna dari cokelat menjadi hitam.Â
"Hitam saja kalau begitu ya Uni. Aku ambil warna Hitam 5, hijau tua 3, hijau muda 2, kuning 1, dan merah 1. Jadi berapa ya Uni?"
"Harga satuannya Rp2.500 x 12 jadi Rp25.000 yah Mamah Adel."
"Oke, aku ambil ya. Terima kasih ya Uni."
"Kembali kasih, timpal Uni."
Sejurus kemudian, aku langsung mengambil kemudi langsung menghidupkan Si Merah yang dari tadi ku parkirkan depan toko Uni. Tak lama, aku sampai rumah dengan selamat dan langsung merangkul bayiku yang telah ku tinggalkan dari pagi hingga sore pada tetanggaku.Â
"Selamat sore bidadari Mamah."