Dikejauhan, tampak sepeda motor beat warna merah lewat depan motor. Aku segera memanggil memastikan bahwa orang tersebut adalah laki-laki yang ingin bertemu dengan diriku.
Lelaki itu turun dari motor setelah membuka jaket kulit warna hitam, tampak kemeja putih bersih dengan bawahan levis warna biru. Mukanya sangat lelah dan keringatan. Ternyata, sudah satu jam Aa bolak balik mencari alamat karena baru pertama kali mengunjungi daerah ini. Jadi, sempat nyasar ke arah ciminyak dulu sebelum sampai ke rumahku.
Kedatangan Aa Agus disambut dua keponakanku yang lucu. Neng Lusi dan Neng Mina. Keduanya lalu dibelikan buah semangka yang kebetulan mangkal di depan rumah. Â Baru bertemu, terlihat sekali bahwa lelaki itu sangat dekat dengan anak-anak. Ternyata, ia memang punya 3 adik jadi lebih mudah akrab terhadap anak kecil.
Saat mengobrol, terdengar bunyi perut keroncong. Aku lalu membelikan bakso sebagai pengganjal perut yang memang lokasinya ada di seberang rumahku. Â Usai memakan bakso, perbincangan pun dilanjutkan kembali.
"A, bagaimana pertemuan kita hari ini? Apa Aa benar serius tidak menyesal bertemu dengan neng?" Ucapku penuh cemas.
"Pertemuan hari ini sangat berkesan neng. Meskipun sebelumnya nyasar, itu tidak mengapa. Yang penting, Aa bisa ketemu sama neng."
Mendengar jawabannya, hati terasa damai. Namun, hati bergejolak untuk langsung bertanya tentang ke seriusan mencari pendamping hidup. Karena, kalau mau main-main dan cuma pacaran, lebih baik tidak usah dilanjutkan.
Mendengar pertanyaanku yang begitu serius, Aa Agus ingin mengajakku menemui Ibunya terlebih dahulu dan mengetahui kondisi seperti apa rumahnya. Aku pun mengiyakan permintaan Aa Agus dan bertemu dengan ibunya minggu depannya.
Usai dikenalkan dengan ibunya, selang 2 minggu, akhirnya keluarga Aa datang ke rumah untuk lamaran dan menentukan tanggal pernikahan. Akhirnya diputuskan bahwa pernikahan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 18 Oktober 2014.
Awalnya, aku meminta pada ibuku bahwa pernikahanku diadakan secara sederhana saja. Tidak usah diramaikan seperti orang lain. Namun, ibu dan ayah berpikir bahwa tinggal aku saja yang belum menikah. Jadi, keluarga memutuskan untuk menggelar pesta pernikahan dengan mengundang para tetangga beserta kerabat dekat.