Jepris beranak, begitulah saya menyebutnya. Jepris adalah istilah keren pemantik api di kampung Saya tepatnya di Kampung Gajrug. Â Jepris ini milik seorang tetangga, Dobleng namanya. Seperti biasa, dia selalu mengisi pulsa ke toko saya. Sedikit lucu kisah si jepris ini. Saya pun mulai kepo dan mencari tahu asal usulnya.
Alkisah, Dableng adalah seorang perokok. Usut punya usut, setiap dia membeli jepris, selalu hilang atau ketinggalan. Dia akhirnya mencari cara untuk menempelkan jepris yang dibelinya dengan di lem besi (power glue). Ada 7 buah jepris yang dia tempel dan ke tujuhnya ada isinya dan menyala  jika pemantiknya di tekan.Â
Si Dableng bercerita, sejak jeprisnya ditempek begini, akhirnya jeprisnya awet dan tak pernah hilang apalagi raib diambil teman. Cara ini katanya efektif bisa kuat berbulan-bulan. Jika isi jeprisnya sudah habis, si Dableng kembali menempel jeprisnya, sampai keluarlah istilah jepris beranak.Â
Dari Cerita jepris ini, hal positif yang dapat saya ambil adalah kreativitas si Dableng patut diacungi jempol. Dia telah menemukan solusi akan jeprisnya yang selalu hilang diambil orang.Â
Nah, begitu pun sama halnya dengan menulis. Pada dasarnya, semua orang memiliki kemampuan dan keterampilan dalam hal menulis. Namun karena kurangnya kemauan dan berbagai kesibukan, selalu dijadikan hambatan.
Jangam jadikan tulisanmu adalah sebuah beban. Tapi, jadikan tulisan sebagai kebutuhan. Tulislah apa yang kamu sukai dan yanh kamu kuasai. Percayalah, kamu akan menemukan solusi dan gaya passion tulisanmu sendiri. Semoga bermanfaat ya.Â
Salam blogger inspiratif
Aam Nurhasanah, S.Pd.Â
#Day20NovAISEIWritingChallange
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H