Siapa aku. Semenjak bayi sampai sekarang kanak -- kanak, aku  tidak tau aku siapa.  Yang aku tau sekarang aku memiliki seorang adik yang lebih kecil dariku.Â
Dan adikku ini juga tidak tau siapa. Yang aku tau om -- om dan tante selalu memberi aku mainan kalau aku pulang malam. Dan kini aku punya teman bermain. Aku sangat senang.
Aku tidak tau hidupku ini untuk apa. Tapi yang aku tau om -- om sama tante sangat senang sekali kalau aku bawa uang banyak. Aku dikasih mainan lagi. Horee..
"Ini makan. Sekarang tidur. Besok kerja ya. " ucap Om padaku sambil membawakan padaku roti. Dia mengambil uang yang jumlahnya sepertinya banyak. Kebanyakan uang lima ribuan dan dua ribuan. Uang itu disimpan di kresek hitam.
Aku pun tidur bersama adikku. Kami berpelukan. Sementara om dan tante tidur di kasur empuknya. Aku dan adikku tidur di tikar kecil yang disana ada kipas angin dan banyak mainan berserakan.
Pagi hari menjelang. Fajar menyingsing. Aku dibangunkan om. Disuruh siap -- siap. Tapi hari ini tidak seperti hari yang biasanya, om membawa cet putih silver. Kemudian ia memberi pesan kepada kami.
"Biar nanti om kasih mainan banyak. Om mau cat silver dulu adek ya. Nanti kalau ada orang lewat atau orang melihat. Masih ingat harus bilang apa?" tanya Om
"Masih om" jawabku
"Apa?"
"Tolong kasihani kami pak. Beri kami uang."
"Bagusss..."
Kami pun bergegas berangkat. Kami menaiki mobil. Om dan tante di depan. Aku dan adik di belakang.
Kami diturunkan di sebelah samping parkiran Rumah Sakit  S di Kota P
. Parkiran rumah sakit oleh pemilik RS terpaksa harus dialihkan ke samping RS karena RS mengalami pemugaran besar-besaran semenjak merebaknya Virus Corona.Â
RS semakin besar dan ruangan bertambah banyak sehingga parkiran terpaksa dialihkan ke samping yang pas dekat jalan raya. RS ini juga terbilang sangat strategis. Di depannya ada Dua Perumahan. RKB dan PIB. di sebelahnya dulu ada Pabrik garmen tapi sekarang sudah tutup karena bangkrut.
Aku dan adikku diturunkan dari mobil. Kami diletakan pas di samping dekat parkiran RS. Orang -- orang banyak yang baik pada kami. Mereka memberi kami uang.Â
Padahal kami tidak tau uang itu buat apa. Yang kami tau om dan tante sangat senang kalau aku dan adik dapat uang banyak. Aku bakalan dikasih mainan banyak.
Tapi hari ini ada orang yang sangat baik pada kami. Ia memberikan kami roti merk Roti O yang baunya harum sekali. Rotinya enak.Â
Roti ini dibeli disamping depan RS. Jujur saja, aku lebih suka dikasih makanan daripada uang. Tapi kalau dapat uang dikit om dan tante akan marah. Jadi aku bingung.
Siang menyingsing. Terik melanda. Adikku mengerang kesakitan. Ia menahan sakit. Ia merasa panas. Ia merengek sedih. Aku hanya mencoba mengelus dan memeluknya.Â
Sambil menyemangatinya nanti kita dapat mainan. Ia terus merengek. Aku juga merasa kepanasan. Tapi sepertinya adikku belum terbiasa atau karena ia memang lebih kecil dariku. Melihat adikku menangis untuk pertama kalinya aku menangis. Untuk pertama kalinya aku meminta tolong.
"Siapapun itu. Apapun itu. Yang menciptakan langit dan bumi. Panas terik matahari. Tolong aku. Selamatkanlah aku. Kirimi aku dan adikku malaikat. Aku ingin tau siapa bapak ibuku.Â
Om dan tante itu bukan orangtuaku. Mana ada orangtua yang rela anaknya kepanasan. Mereka pasti bukan orangtuaku. Tolong. Selamatkan aku dan adikku. Tolong. Bantu kami. Bebaskan kami dari jerat palsu ini. Tolong"
Suaraku parau. Sesak. Matahari terik memanas. Namun hati dan perasaanku gelap gulita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H