Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menghidupkan Istighfar

5 Juni 2022   23:09 Diperbarui: 5 Juni 2022   23:12 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sayyid Muhammad bin Alawi bin 'Abbas al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya "Madza fi Sya'ban" memaparkan, dalam beberapa riwayat Nabi Muhammad Saw memberikan contoh lafadz istighfar. Di antaranya adalah riwayat yang dinukilkan al-Imam al-Hakim yang

artinya : "Suatu ketika, seseorang datang menemui Nabi Muhammad Saw dan berkata, "betapa besar dosaku, betapa besar dosaku." Perkataan ini diulang-ulang selama dua kali.

Nabi memintanya mengucapkan kalimat istighfar, "Allahumma maghfiratuka awsa'u min dzunubi wa rahmatuka arja 'indi min 'amali." (Ya Allah, ampunan-Mu lebih luas dari dosaku, rahmat-Mu lebih saya harapkan daripada amalku). Sahabat tadi menirukan bacaan Nabi. Kemudian Nabi meminta mengulanginya hingga tiga kali Lalu Nabi berkata,"berdirilah, Allah telah mengampuni dosamu."

Jika kita cermati kalimat istighfar itu yaitu "Allahumma maghfiratuka awsa'u min dzunubi" ( Ya Allah, AmpunanMu lebih luas daripada dosaku ). Kita akan menemukan bahwa yang pertama kali dilakukan adalah kita harus sadar akan dosa -- dosa kita. Mengakui kesalahan dan dosa- dosa kita. Setelah adanya pengakuan dosa kemudian kita sadar bahwa Allah itu Maha Pengampun yang sudah pasti ampunanNya lebih luas daripada dosa kita. Artinya kesadaran bahwa Ampunan Allah itu lebih luas daripada dosa kita itu amat sangat penting. Allah Al Ghofur ( Maha Pengampun ) dan At Tawwab ( Maha Penerima Taubat ).

Menyadari luasnya ampunan Allah sangat penting karena biasanya orang yang berbuat dosa akan frustasi seakan-akan sudah tidak ada harapan. Menyerah. Merasa kotor dan hina. Di momen frustasi inilah Setan membisiki kita agar terus melanggengkan dosa, padahal berputus asa dari Rahmat Allah itu jauh lebih berdosa.

Kalimat selanjutnya adalah "wa rahmatuka arja 'indi min 'amali." ( dan RahmatMu lebih aku harapkan daripada amalku ). Jadi, seharusnya kita tidak lagi mengandalkan amal kita tetapi kita mengandalkan Rahmat Allah yang tak terbatas. Kita tetap berusaha beramal soleh tapi dalam hati kita tidak mengandalkan amal, sebab kita bisa beramalpun itu karena Rahmat dan Anugerah Pertolongan dari Allah. Kalimat istighfar itu kemudian menjadikan kita lebih optimis dan semangat lagi dalam menjalani kehidupan.

Dan pengulangan untuk membaca tiga kali menandakan agar supaya semakin mantap sekaligus penegas didalam hati dan kesadaran kita akan luasNya Ampunan Allah dan kesadaran untuk mengandalkan Rahmat Allah yang tak terbatas. Semoga Allah mengampuni dosa -- dosa kita semua. Aamiiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun