Kenapa mengendap percuma? Padahal bisa juga digunakan sebagai agenda pengobatan gratis bagi masyarakat miskin, menangani orang jompo yang mestinya bisa ditangani, bisa juga dana itu untuk kemajuan pendidikan desa misalnya mengadakan taklim umum seminggu sekali untuk semua masyarakat dsb .Â
Artinya dana itu benar-benar terasa manfaatnya buat umat. Akhirnya  Sholat Jumat menjadi oase bagi masyarakat miskin dan menjadi solusi bersama kehidupan masyarakat.
Di desa saya, khotib berkhutbah memakai Bahasa Arab. Saya berpendapat bisajadi para leluhur desa saya pada ahli bahasa Arab sehingga dalam khotbah pun berbahasa Arab sampai sekarang. Namun bagi saya pribadi yang tidak ngerti Bahasa Arab menjadi persoalan sehingga saya tidak tahu menahu apa yang disampaikan. Saya tidak menyalahkan dan kurang ajar sekali andai saya menyalahkan karena Khotib di desa saya itu juga guru ngaji saya.Â
Beliau yang mengajarkan saya ngaji kitab kuning. Ini hanya semacam keinginan saja sebab saya melihat banyak jamaah apalagi yang di teras atau di luar masjid mereka tidak mendengarkan khotib.Â
Banyak yang ngobrol sendiri. Saya juga tidak menyalahkan bisajadi itu sudah menjadi kebiasaan. Andai memakai Bahasa daerah misalnya Bahasa Jawa saya jadi ngerti dan tahu arahan dan nasihat. Ini hanya pendapat saya saja yang pasti bisasaja salah.
Semoga saja Sholat Jamaah di Masjid menjadi sarana mendekatkan kita ke Allah dan juga sebagai sarana membangun hubungan yang harmonis antar masyarakat juga sebagai sarana kemajuan masyarakat serta menjadi oase bagi masyarakat miskin sehingga mereka benar-benar merasa memiliki Islam. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H