Saya memang belum menikah apalagi punya anak. Tapi saya sangat tertarik dengan disiplin ilmu parenting karena saya merasa kebanyakan orangtua kurangtahu atau belum tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar.
Parenting adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mengasuh anak. Ketika sudah memiliki anak atau bahkan sebelum anak lahir, setiap pasangan harus haus akan ilmu ini. Dan saya merasa banyak yang kurang faham akan hal ini.
Berangkat dari kegundahan saya itu, saya mencoba merangkum ilmu-ilmu parenting. Tentunya dari yang ahlinya dan ada sedikit tambahan dari saya. Jadi tulisan kali ini saya sedang mencoba memberikan kado buat pembaca sekalian yang memiliki anak atau sedang projek punya anak. Semoga ilmu ini bermanfaat ya.
20 Daftar Quote ilmu -- ilmu Parenting :
1. "Barangsiapa yang memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat" Hadits Nabi
Dari hadits ini diharapkan seorang ibu bisa dekat dengan anaknya. Baik sisi psikologis maupun perbuatan. Ibu menjadi tempat curhat, tempat bertanya dan tempat ngobrol sehingga ketika kedekatan itu tumbuh seorang anak seperti punya ruang yang menyenangkan dan menenangkan. Kedekatan ini pun bukan melulu secara fisik tetapi lebih ke emosionalnya. Seorang ibu pun dituntut aktif dengan perkembangan sang anak. Tegas tapi juga empati dan penyayang sehingga anak akan segan padanya.
2. "Bertaqwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu". Hadits Nabi
--- Setiap anak itu istimewa dan memiliki rezekinya masing-masing. Temani sang anak supaya dia mewujudkan cita-citanya. Jika memuji sang anak maka pujilah juga anakmu yang lain. Jangan membanding-bandingkan sang anak dengan anak yang lain.
3. "Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat Laailahailallah" Hadits Nabi. Ada riwayat lain bahwa anak usia 3 tahun harus dikenalkan dengan Allah kemudian menginjak usia 3 tahun 7 bulan dikenalkan dengan Rosululloh.
--Sebelum mengenalkan sang anak dengan hal lain, kenalkan dulu dengan Allah. Bahwa Allah itu Tuhan semesta alam. Tapi jangan hanya ucapan saja. Anak diajak melihat alam. Melihat gunung bahwa gunung itu ciptaan Allah kita harus menjaganya. Bahwa binatang-binatang seperti kucing, ayam, semut dll itu ciptaan Allah kita harus menyayanginya. Bisa dengan cara mengajari anak memberi makan pada kucing, ayam, dll Diajari juga merawat lingkungan dengan cara membuang sampah pada tempatnya karena bumi ini ciptaan Allah kita harus menjaganya.
4. "Perintahlah anak- anak kalian untuk sholat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukulah mereka jika enggan melakukannya pada usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka" ( Hadits Nabi
Setelah anak diajari tauhid, di usia 7 tahun anak diajari sholat. Diajari bahwa sholat itu tanda kita cinta sama Allah sehingga ketika melakukan sholat dasarnya bukan takut atas ancaman tapi lebih ke kebutuhan. Pukulah mereka jika enggan pada usia 10 tahun maksudnya orang tua harus tegas pada anak. Pukulan disini bukan pukulan kebencian tapi lebih ke tegas wujudnya tidak harus memukul tapi supaya anak mau melakukan sholat. Pisahkan tempat tidur mereka karena sang anak mulai tumbuh remaja rasa penasaran mereka lebih banyak sehingga tempat tidur pun harus dipisahkan tapi kedekatan secara emosional harus jalan. Orang tua harus memantau perkembangan sang anak tapi pun harus elegan bukan posesif.
5. Diriwayatkan Abu Hurairah RA bahwa Al Iqra ibn Habits At Tamimi sedang duduk bersamanya lalu ia berkata "Saya memiliki sepuluh anak dan tidak pernah mencium salah satu dari mereka. Kemudian Rosululloh SAW menatapnya dan bersabda :"Siapapun yang tidak berbelas kasihan pada orang lain tidak akan diperlakukan dengan penuh belas kasihan." ( H.R Al Bukhori )
Disini Rosululloh mengingatkan kita bahwa kebaikan orangtua pada anak pasti akan dikenang demikian juga keburukan orangtua pada anak maka menjadi kewajiban orangtua untuk menunjukan kasih sayang dan cintanya melalui tindakan. Misalnya mencium keningnya, mengelus kepalanya, memberikan hadiah, membelikan jajan, memeluknya atau wujud kasih sayang yang lain. Dan jika ada masalah dengan suami atau istri sebisa mungkin dirembug baik-baik. Jangan tampilkan kebencian atau kemarahan pada anak. Goalnya sang anak akan menganggap orangtuanya sebagai rumahnya sehingga saat diperintah untuk hal-hal baik pasti sang anak akan nurut. Bukan lewat paksakan tetapi karena sang anak merasa orangtuanya simpati, empati dan berwibawa.
6. "Hai anakku, sesungguhnya jika ada ( sesuatu perbuatan ) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkan ( membalasnya ). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui" Q.S Luqman : 16
--Setelah sang anak dikenalkan dengan tauhid dan juga sang anak memiliki kedekatan emosional dengan orangtua maka pelan-pelan sang anak diajari kebijaksanaan dan nilai-nilai baik. Misalnya diajari sedekah dengan cara anak dikasih uang nanti dimasukan ke kotak amal, diajari menghormati yang lebih tua dll.
7. "Pentingnya menjaga agar anak tidak kecewa kepada orangtuanya supaya anak tidak membanding-bandingkan orangtuanya dengan orangtua temannya. Orangtua jika anaknya nakal jangan langsung dimarahi, diingatkan sewajarnya saja dan sebaiknya introspeksi diri dulu kemudian berikan contoh keteladanan. Jangan sampai nanti saat dewasa anak tambah nakal sebab dari kecil tidak pernah mengidolakan orang tuanya" Gus Baha
8. "Dulu ada Kiai Kampung ( teman ayah saya ) cerita pada saya, selama ini anaknya dikekang dilarang naik motor dilarang menonton televisi dan ingin anaknya ngaji saja sama dia. Singkat cerita, anaknya tadi memiliki teman yang mau mengajarinya naik motor dan menemaninya menonton televisi. Akhirnya anaknya justru lebih mengikuti temannya daripada orangtuanya. Anaknya berfikir bahwa temannya telah memberikan kebaikan padanya sementara orangtua tidak. Sayangnya teman anaknya itu bukan orang baik sehingga anaknya pun ikutan dengannya. Maka menyangkut hal hiburan buat anak semestinya orangtua memberikan kelonggaran pada anak. Asal tidak melanggar syariat Islam. Biarkanlah anak-anak menikmati dunianya. Jangan terlalu dipaksa untuk melakukan ini itu." Gus Baha
9. "Untuk menciptakan anak yang tangguh adalah dengan memberikan kesempatan anak untuk belajar mengambil resiko. Orangtua seringkali tergoda mengambil peran anak karena mereka tidak mau anaknya sakit yang merupakan resiko dari apa yang dihadapinya. Anak jatuh tidak apa-apa. Jadi dia bisa merasakan sakit sehingga dia jadi tau resikonya. Nanti kalau lari-lari akan berhati-hati karena tau resikonya. Jadi kembalikan kesempatan kepada anak untuk mengambil resiko. Jangan hanya disuport saat melakukan hal positif tapi 'dibuang' saat melakukan hal negative" Ratih Zuhaqqi, psikolog anak
10. "Jika melarang anak maka jelaskanlah alasannya kenapa ia dilarang. Seringkali anak dilarang tapi anak tak dapat penjelasan apa-apa dari orangtuanya. Penjelasan kenapa ia dilarang itu adalah bagian dari proses belajar yang penting juga bagi anak" Bunda Aulia, Psikolog Anak
11. "Orangtua zaman dulu meski tak paham ilmu parenting namun dengan segala keterbatasan yang ada jika anaknya nangis, respon utamanya adalah menggendong, memeluk, timang-timang hingga bermain cilukba. Meski tangisan tidak serta merta terhenti, namun anak merasa nyaman. Beda dengan orangtua zaman now kebanyakan, yang biasanya mengandalkan gadget untuk mengalihkan tangisan serta kebosanan anak. Akhirnya lama-lama anak memahami bahwa ketika aku sedih ada handphone yang menemani, ketika aku sedih ada upin ipin yang menghiburku, ada gams di tab yang menghalau rasa bosanku." Bendi Jaisyurrohman, Konselor
12. "Kapan sebaiknya kita sampaikan larangan? Saat terbaik adalah ketika anak sedang akrab dengan orangtua. Dalam suasana yang netral, larangan kita berikan pada anak akan lebih efektif. Anak lebih mudah memahami. Mereka bisa menerimanya sebagai aturan. Bukan menganggapnya sebagai serangan kepada dirinya." M Fauzil Adhim, Pegiat Parenting
13. "Dalam mendidik anak, setiap orangtua harus menemukan formulanya sendiri. Mengenali karakter anak sampai sedetail-detailnya ini sangat penting. Observing. Kalau ternyata salah, minta maaf. Dibenerin sampai akhirnya kita menemukan formula yang tepat. Berusahalah menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Yang penting adalah bagaimana anda sebagai orangtua mau mendengarkan ucapan anak, bukan mendengarkan apa yang mau anda dengar." Ratih Ibrahim, Psikolog Anak
14. "Anak memiliki masa usia pertumbuhan emas ( golden age ), usia 0 -- 8 tahun. Ini adalah fase penting anak. Fase ini akan sangat berpengaruh pada masa depannya nanti. Hindari cubitan, bentakan karena akan merusak jiwa anak. Gunakanlah frekuensi yang rendah ketika berkomunikasi dengan anak tetapi tetap memperhatikan ketegasan." Elly Risman, Psikolog Anak
15. "Orangtua harus selalu memuliakan anak. Mengasuh bukan dengan cara kekerasan,, memaksa apalagi menyakiti. Sebab anak adalah harapan orangtua. Untuk sedekah jariyah kamu harus kaya. Ilmu yang bermanfaat kamu harus pintar. Sementara kebanyakan kamu bukan kedua-duanya, yang lebih mudah ya anak yang soleh. Kebanyakan dari kamu pasti punya anak." Gus Baha
16. "Buat para ayah lakukan 3 hal ini. Pertama, Be There. Sesibuk apapun, luangkan waktu untuk anak. Kedua, Be Happy. Pada saat bertemu dengan anak, bergembiralah dan ikhlas serta jadilah ayah yang empatis pada anak dan bukan ayah yang galak. Ketiga, Be Focus. Fokuslah pada keluarga sehingga seisi rumah menjadi tenang." Ratih Ibrahim, Psikolog Anak
17. "Daripada membelikan anak-anak anda semua hal yang tidak pernah anda miliki, anda harus mengajari mereka semua hal yang tidak pernah diajarkan kepada anda. Materi bisa habis tetapi pengetahuan tetap ada." Bruce Lee, Aktor
18. "Dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, iman orangtua tidak boleh lemah sehingga menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah. Pendidikan di rumah dan pendidikan di sekolah saling berkaitan, karena itu harus selaras. Karena keluarga adalah sekolah pertama dan utama seorang anak. Didikan dan pergaulan orangtua saat anak kecil sangat menentukan tingkah laku anak. Pelajaran karakter terbaik yakni melalui keteladanan." Buya Hamka
19. "Biarkan anak terus mencoba hal baru. Jangan batasi ruang geraknya dan selalu dukung yang dilakukannya. Biarkan anak anda merasa gagal atau salah sebab momen itu yang akan mengajarkannya untuk menjadi lebih baik untuk kedepannya. Sebaliknya bila anda cepat-cepat membantu anak saat ia sedang gagal, justru bisa mematikan rasa berjuang anak." Rosdiana Setyaningrum, Psikolog Anak
20. "3 waktu yang dijaga agar kita bisa mengikat hati anak yaitu Pertama, hadirlah saat anak sedang sedih. Siapa yang bisa hadir saat anak sedang sedih, dia bisa merebut jiwanya. Kedua hadirlah saat anak sedang sakit. Jangan cuek ketika anak sedang sakit. Ketiga, hadirlah saat anak unjuk prestasi. Ketika dilihat orangtua, naiklah harga dirinya." Bendri Jaisyurrohman, Konselor Keluarga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H