Virus Covid-19 merebak menyasar manusia -- manusia, responnya pun beragam. Ada yang santai, ada yang waspada dan ada juga yang sembrono sombong tak membuat manusia menghikmahi untuk apa Allah menghadirkan virus ini. Nasihat yang terbaik adalah kesadaran akan kematian. Dan Virus Covid-19 ini seakan membawa kesadaran itu. Satu sisi seharusnya semakin membuat kita berintrospeksi diri dan semakin menambahkan keimanan dan ibadah ke Allah, sisi lainnya membuat kecemasan manusia yang seolah seperti setan yang membuat manusia selalu ragu -- ragu dan cemas.
Sisi kecemasan itulah yang seharusnya kita perangi. Ibnu Sina mengatakan : "kecemasan / kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan". Gus Yusuf ( Pengasuh API Tegalrejo ) menceritakan bahwa dulu ada wali yang diberi kasyaf oleh Allah bisa berbicara dengan wabah yang akan menjangkiti Negeri Damaskus yang katanya akan datang dua tahun dengan seribu korban meninggal.
Setelah dua tahun berlalu, ternyata yang meninggal berjumlah 50 ribu orang. Wabah itu mengatakan pada sang wali bahwa kami memang diperintahkan Allah untuk merenggut seribu orang. Empat puluh Sembilan ribu korban lainnya meninggal dikarenakan panik" Lebih lanjut Gus Yusuf dawuh supaya kita semua tetap TENANG dan SABAR serta JANGAN PANIK.
Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa Agama Islam itu membawa Keselamatan. Agama Islam sebagai kabar gembira bagi siapapun saja yang mau mempercayai Allah dan mau mengamalkan perintah Allah serta mau menjauhi larangan Allah. Untuk itu apakah virus covid19 ini adalah bala bencana dari Allah ? Bagi Orang Beriman semua yang datang dari Allah pasti akan bernilai baik. Jika mendapat nikmat bersyukur dan jika mendapat cobaan ia bersabar. Dalam esai terbaru yang berjudul "Jangan Jual Nyawamu Allah yang beli" Mbah Nun ( Emha Ainun Nadjib ) ingin menyampaikan sabda Nabi tentang kabar gembira bagi orang yang meninggal dunia karena terkena wabah dicap langsung oleh Allah sebagai orang yang mati syahid.
Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda :Â "Orang yang mati syahid ada lima yaitu orang yang mati karena ath-ta'un ( wabah ), orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah"Â H.R Bukhori
Jika demikian adanya alangkah beruntungnya orang beriman karena dalam kondisi apapun pasti akan bermakna kebaikan baginya. Tapi hal ini tentu bukan berarti lantas kita menantang maut dengan sembrono mengklaim 'takdir di tangan Allah, jika mati syahid berarti aku harus terkena saja.' Lalu nggaya luntang luntung di zona merah. Tentu ini pandangan yang salah kaprah dan gegabah bin dungu. Gus Baha pernah dawuh bahwa orang yang niat mati syahid itu tidak boleh karena hakikat kematian itu ada di Allah. Seharusnya niatkan saja berjihad di jalan Allah sebab perkara kematian itu urusan Allah.
Wabah ini mengajarkan kita banyak hal diantaranya : kita disuruh menjaga kebersihan ( bahkan misalnya ada anjuran untuk mencuci tangan tetap saja lebih afdhol wudlu sebab Allah mencintai orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Jika Allah sudah mencintai kita, bukankah itu sudah cukup menentramkan hati kita ), mengajarkan tata cara bagaimana adab ketika batuk dan bersin, mengajarkan pada kita bahwa secanggih-canggihnya kekuatan militer entah itu tank bahkan bom nuklir sekalipun ternyata manusia kalah hanya dengan sesuatu wabah yang ukurannya mikro hal ini menunjukan agar kita tidak jumawa dan tidak sombong, serta wabah ini mengajarkan pada kita khususnya Rakyat Indonesia ternyata Rakyat Indonesia punya solidaritas tinggi pada kemanusiaan ( itu terbukti semakin banyaknya influencer yang mau berbagi pada sesama dengan menggalang dana ).
Kemanakah orang -- orang super kaya ( daftar orang terkaya di Indonesia ) mbokyo mereka juga ikut memberikan bantuan toh harta sebanyak itu tidak bisa dibawa mati dan juga mereka juga tidak akan tambah miskin karena itu. Sekarang kita bisa melihat, Apakah mereka Qorun ataukah Usman ? Kenapa Pemerintah tidak mampu Lockdown ? Bukankah anggaran kita trilyunan masa membiyayai rakyat 14 hari tidak mampu ? Bukankah lockdown adalah sarana efektif sebab setelah 14 hari semua akan normal ? Hhmmm.
Harapan saya pupus sebab kenyataannya ekonomi lebih ditakutkan daripada kematian seakan nyawa begitu murah di Indonesia. Tiba -- tiba saya teringat ucapan teman : Dalam kondisi normal saja mereka korupsi apalagi dalam kondisi wabah semacam ini makin gila saja langkah mereka. Seakan dalam kondisi perang kita disuruh maju duluan sementara mereka sedang asyik rokokan di rumah.
Hati saya hanya memandang harap dan optimis serta pasrah. Cobalah baca dan renungkan Ayat Kursi ( Al Baqarah : 255 ) dan At- Taubah 128 -- 129. Temukan presisinya dan tadabburilah maknanya. Semoga Allah melindungi kita semua. Tetaplah ikhtiar dan bertawaqal kepada Allah.
Laa tahzan, Jangan bersedih.. Allah bersama orang -- orang yang sabar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H