Malam hari ini purnama memanjakan para pejalan malam. Sinar terangnya menerangi sampai ke hati paling dalam. Sebuah rasa yang muncul begitu megah dan mempesona : Hati serasa nyaman dan tentram. Kesunyian malam yang kadang sesekali tersaut bunyi angin berhembus. Hawa dingin menerjang badan, menggigil. Azmi dan Nafiza bertemu di persimpangan tempat wudlu. Mereka hendak memperjalankan rohaninya menuju tahta tahajud.
Azmi adalah santri putra juga vokalis grup sholawatan. Suaranya yang merdu dan parasnya yang tampan seakan membuat para santri putri begitu mengidolakannya. Sering ia dijadikan bahan diskusi obrolan para santri putri. Namun semuanya seakan gagal sebab Azmi begitu sangat pemalu dan pendiam. Lain hal dengan Nafiza yang terkesan ceplas ceplos apa adanya. Santri putri satu ini bukan hanya aktif dalam banyak kegiatan namun ia punya kebiasaan aneh bin misterius yakni sehabis tahajud ia akan keluar kobong dan pergi menuju menara masjid. Lalu berdiam diri dengan tatapan tajam dan senyuman tipis yang menawan hati sampai jeda subuh seakan-akan ia sedang melihat bintang timur di langit.
Kegiatan aneh ini memancing rasa penasaran dari Azmi. Gerangan apa Nafiza memandang bintang di langit saat menjelang subuh. Adakah sesuatu yang indah yang bisa dilihat dari sana.
Barangkali ada sesuatu yang menyenangkan.
Ternyata diam-diam Azmi mengintip dari jendela kobongnya. Sesekali melihat tatapan Nafiza yang tajam sambil senyuman manis hadir kemudian.
Anehnya kemudian matanya mengeluarkan air mata. Ada apa? Gerangan Apa?
Karena Azmi tahu batas dan tahu adab tentu ia tidak mendatangi Nafiza. Dalam benaknya ia bergumam " Ya Alloh... Selama ini aku banyak mengenal santri putri namun banyak yang berlindung dalam topengnya. Mereka membanggakan pakaiannya, cap santrinya ataupun jumlah hafalannya. Namun Nafiza lain, Ia apa adanya. Ia ceplas ceplos. Ia bahkan sering bolos mondok dan balik ke pondok dengan wajah lusuh dan terkesan kecapean. Apa yang dilakukannya di luar pondok. Abahpun juga anehnya mengizinkan ia keluar pondok"
Siang harinya, perasaan Azmi semakin menjadi-jadi. Ia nekat saja menaiki tangga menara menuju ruangan atas menara. Barangkali ia akan menemukan pemandangan yang sama dengan apa yang dilihat Nafiza sehingga perasaan misteriusnya dapat terjawab.
Sesampai di atas, Azmi tidak bisa menyimpulkan apa-apa. Ia hanya melihat atap-atap rumah warga. Dan ada ruangan semacam tempat nongkrong dan gardu pos ronda. Sungguh pemandangan yang biasa . Fikir Azmi.
"Apanya yang indah ya.. Apa yang membuat Nafiza dapat tersenyum dengan tatapannya yang tajam. Lalu sejurus kemudian menangis sendu"
"Ah barangkali kalau malam hari aku bisa menemukan jawabannya."