"Mengapa yang menabuh gamelan kok anak kecil lusuh, dimana orang dewasanya yang katanya maju itu."
Aku celingukan ke arah rumah samping panggung. Ada temanku yang sekolah diluar negeri, tatapannya hanya melihat tetua kampung. Selama pertunjukan tak satupun ia menoleh pertunjukan musik gamelan.
Aku menikmati bunyi lantunan gamelan disamping mobil putih tua yang rusak. Pemilik mobil tidak mampu merawatnya sebab biaya mobil lebih mahal daripada biaya untuk hidup sehari-hari. Pemiliknya memang sinting yang hanya terpaku bujuk rayu iklan-iklan.
Suara keras memanggilku, suara temanku yang lain.
"Bagaimana kau bisa sampai disini. Ini dunia tahun 2050. Kau ini hidup baru di tahun 2019. Cepat pulang ke duniamu!"