Saya yakin ini bukan Salah klub tetapi murni personalitas yang kalap itulah biangnya. Jadi berhentilah menarungkan klub vs klub. Buih tidak bisa menjelaskan lautan tetapi buih bisa membuat cara pandang. Mari bersihkan fikiran dan damaikan sepakbola.
Kita mengutuk kejadian pengroyokan itu tetapi maukah kita membuat tindakan pencegahan dini misalnya mengajak teman supaya jangan rasis, memberi pencerahan bahwa tawuran aslinya malah mencoreng nama klub kalau pun kita tawuran atas dasar demi klub justru sebenarnya kita malah akan membuat klub tercoreng. Jernihkan fikiran, sudah tidak zaman gagah-gagahan dengan tawuran, kini zamannya menunjukan kreativitas menjadi suporter bisa lewat : membikin merchendise, yel-yel, kopdar silaturahmi yang tentunya mengedukasi menjadi suporter yang keren juga baik.
Ingat juga provokasi dan rasis juga ada di jalanan dan di dinding-dinding yang tanpa sadar mengubah mindset suporter lawan menjadi musuh. Padahal sepakbola mengajarkan menjadi musuh di lapangan namun berkawan di luar lapangan. Mari hapus itu kita bangun image bahwa suporter yang keren itu yang suportif, kreatif dan punya kontribusi nyata kepada klub. Jangan sampai kita menjadi durhaka kepada klub gara-gara kelakuan tawuran dan rasis kita. Malulah!
Semoga Korlap-korlap dari Viking, The Jak, Bonek, Aremania dll mau berusaha membersihkan dinding-dinding rasis yang cenderung hate spech. Masih banyak dinding yang dikotori oleh kaum akar rumput yang masih goblog. Mari kita hapus tulisan-tulisan itu. Mari kita ajarkan jadi suporter yang keren, kreatif dan baik
Tawuran adalah akibat provokasi ejek-ejekan. Kalau kita jernih dan waras sebenarnya orang yang sedang ngejek-ejek dan provokasi sedang sakit jiwa. Ingat! Tim kita dihina takkan jatuh, dipuja pun tak akan tinggi sebab prestasi di lapangan adalah pembuktian nyata.
Kalau ada orang yang suka menghina dan mengejek jangan dibalas sebab aslinya mereka sedang sakit rohani. Kalau kita balas berarti kita sama-sama sakit rohani. Senyumin aja toh Klub kita takan hina kalau dihinakan pun takan tinggi kalau dipuja. Nilainya ada di pertandingan loh!
Permasalahannya yg suka tawuran itu tontonannya sinetron dan mungkin jarang mau ngaji dan berfikir jernih. Mereka terasing. Apakah suara ini akan sampai kalau kita hanya memberi asupan pada yang suci saja ?
Mari tingkatkan musyawarah dengan kopdar sesering mungkin dan mengedukasi suporter masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H