Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jokojok Vs Kobowoko

13 September 2018   01:23 Diperbarui: 13 September 2018   01:49 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari pojok ruangan rokok yang pengap akibat puluhan orang yang menghisap dan pekatnya kopi di riuh gelas kecil yang dijadikan join . Sebuah pesan berantai dari W.A muncul secara tiba-tiba dari hape salah satu penghisap yang bernama Wak Kodir. Hape menjadi barang penghalang hubungan mulut dengan mulut sebab semua terdiam dan khusyu dengan hape-nya masing-masing. Tentu ini bukan hal yang menjadi masalah sebab memang kini sudah menjadi semi Tuhan ditangan para penjaja malam itu.

Informasi W.A memang cepat melebihi suara notifikasi sampai-sampai hal tersebut bisa memacu adrenalin jika saja menyangkut politik di Negeri ini. Isu politik kini memang layaknya makanan harian yang wajib disantap. Pilihannya cuman dua : Debat atau diam. Dan Wak Kodir memilih debat.

Siang hari sebelum malam tiba, Wak Kodir dihadapkan masalah yang cukup serius, anak keduanya sakit tifus dan harus dirawat di rumah sakit sementara biaya buat bayar kontrakan belum dilunasin. Setiap tanggal sepuluh kalau ia belum mendapatkan rezekinya, dua orang bertubuh kekar mendatangi kontrakannya dengan tujuan ; meminta uang secara paksa dan kasar.

Tetapi masalah keluarganya yang menjerat tak menjadi bagian dalam fikirannya, ia bebas berkeliaran malam hari. Sebagai Tukang Palak Pasar ia memang ditugaskan sift malam. Ngambil parkir dari para pembeli yang datang ke Toko Cak Durasim. Akibatnya istrinyalah yang harus menanggung beban rumah tangga sendiri.

"Ah! Kau tau Jokojok itu keturunan asing. Pokoknya apapun itu gue selalu benci sama dia. Apalagi kini dolar naik secara cepat tanpa tedeng aling-aling. Ini masalah serius. Kalau Toko Cak Durasim tutup, gue juga tutup nih." 

Suara sinis mengawali ocehan ruangan pengap di pojok samping toko Cak Durasim. Semua orang disana sudah paham betul bahwa Wak Kodir sangat mengidolakan Kobowoko melebihi apapun. Kalau urusan mengenai Kobowoko ia langsung cekatan tetapi kalau urusan Agamanya ia sudah tidak perduli. Ia bagaikan menabikan Kobowoko.

Pak Entong yang sebagai pendukung Jokojok tentu tidak terima begitu saja. Suasana yang tadinya sunyi senyap akibat kekhusyukan main hape kini mendadak memanas. Pak Entong tanpa pikir panjang langsung memegang kerah baju Wak Kodir ditentengnya tubuh Wak Kodir dan diajak duel.

"Loe pengin mampus, Wak!"

Seketika semua kaget dan langsung bereaksi untuk merelai mereka. Untung saja tidak semua ngurusin politik, dan Mbah Paijo salah satu yang berusaha mendamaikan.

Penjaga Toko Cak Durasim diam-diam memvidiokan kejadian itu. Diberi judul " Viral! Pendukung Kobowoko mau Dibogem Pendukung Jokojok, Sebarkan!"

Informasi itu pun menyebar dari hape ke hape menjadi pesan berantai. Dan sumbu api pun mulai dikobarkan hanya dengan seonggok hape murahan yang hanya digunakan untuk nonton bokep sama main game. Begitulah Keseharian Penjaga Toko Cak Durasim selain melayani pembeli.

Esoknya tensi semakin memanas. Padahal ternyata hal itu sudah rampung dan diselesaikan secara kekeluargaan.

Namun dasar media yang tidak ada masa kadaluwarsanya maka berita pun tidak dilihat tanggalnya atau kasusnya yang terpenting judul yang panas dan memikat. Perkara masyarakat resah bukan urusan kami. Kilah Penjaga Toko Cak Durasim yang merangkap jadi buzzer politik.

Sampai akhirnya api itu memakan korban. Lima orang tewas akibat informasi itu. Demo datang silih berganti, Ucapan Kosong dari Politikus menjejali saban hari. Dan dalang pembunuhan itu tak pernah terendus.

Padahal mereka sedang asyik dan masyuk mengirim jutaan berita sampah tiap hari. Berita yang tidak ada niat sedikitpun untuk mengedukasi dan mendamaikan sebab yang dikejar adalah citra dan kursi panas kepemimpinan. Gobloknya kita memakan berita sampah itu dengan amat lahap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun