Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sajak Tak Bertuan

16 Juli 2018   20:21 Diperbarui: 16 Juli 2018   20:40 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini serasa menyebalkan buatku. Hari Senin adalah hari yang menyebalkan. Begitu keluhku. I hate Monday! Hari Minggu ini seharusnya aku isi dengan traveling ke Raja Ampat atau Naik Gunung Rinjani bersama Grup Pecinta Alam. Cuti beberapa hari. Namun hal itu hanya impian belaka, toh akhirnya aku harus mengerjakan tugas yang menumpuk. Tugas itu sebenarnya terlihat mudah hanya membaca sajak-sajak milik Khalil Gibran atau Sajak Cintanya Rumi, namun semua berubah menjadi sulit tatkala Bosku membawakan secarik kertas Sajak Tak Bertuan. Dan aku harus menemukan pemiliknya.

Sajak Tak Bertuan itu tersimpan rapi di dalam amplop putih yang ditali menggunakan tali kain putih yang bentuknya mirip tali pocong. Agaknya Bos sangat menginginkan diriku menemukan misteri apa yang dikandung didalamnya. Atau ada sebuah klu supaya aku naik jabatan. Mungkin saja juga sebuah naskah kuno penuntun menuju harta karun yang terkubur selama berabad-abad.

Ah! Khayalku gila saja. Mana mungkin bos yang kapitalis dan liberalis macam dia percaya dengan tahayul atau cerita-cerita kuno. Kan selama ini difikiran bos hanya bagaimana supaya barang laris manis, bisnis lancar sampai bosku ini memakai jasa underground yakni menggunakan Jasa perdukunan. Ada lima dukun yang bekerja sebagai pemulus jasa pekerjaan. Itu yang baru aku ketahui. Selebihnya di otaknya hanya ada tiga hal : Kencan dengan wanita baru tiap pekan, kumpul-kumpul komunitas mobil sport dan liburan ke luar negeri.

Atas dasar pemikiran itulah aku berani bertaruh bahwa paling banter ini ulah dukun untuk mengakali bosku. Trik atau ritual ghaib supaya bisnis lancar jaya. Aku pun sebenarnya sudah pengin sekali resign semenjak tahu bahwa bosku ini sudah tidak beres secara rohaninya. Di otaknya seolah-olah hanya ada uang, uang, uang dan wanita saja. Aku sih hanya bisa berharap mudah-mudahan Tuhan memberikan hidayah kepadanya supaya taubat. Minimalnya ia tidak jadi orang yang pelit. Orang kaya atau bisnisman akut memang setali tiga uang dengan kata "Pelit". Jarang banget mendengar dari orang bahwa ada orang kaya yang dermawan. Dermawannya kalau ada maunya misalnya kalau ada hubungannya dengan bisnis. Mungkin ada yang dermawan tetapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Pikirku.

Aku belum resign dari pekerjaan ini karena sebenarnya pekerjaan ini adalah pekerjaan yang aku suka. Sebagai Jasa penjaga perpustakaan tentu aku sangat menyukainya. Meskipun aku digaji menggunakan uang yang mungkin saja haram. Bosku ini mewarisi Perpustakaan Swasta milik mendiang ayahnya. Koleksi buku-buku disini sudah mendekati tiga juta buku. Dari buku Sejarah, Agama, Bisnis, Novel, Puisi, Esai, Cerpen, Resep Makanan, Ekonomi dan lain-lain semua kayaknya ada disini. Aku pun senang membaca Novel. Kini Novel yang aku lahap adalah "Origin" miliknya Dan Brown, "Negeri Para bedebah"nya Tere Liye dan "Desire" milik Haruki Murakami. Membaca novel begitu mengasyikan. Ketika kita terhipnotis alur ceritanya maka bagaikan orang yang sedang bercinta dengan kekasihnya, klimaksnya benar-benar ditunggu dan mendebarkan.

Amplop misterius berisi Sajak tak Bertuan itu kini kubuka. Aku merapal do'a do'a supaya aman dan selamat karena tadi pikiranku membayangkan ini ulah dukun. Bahkan aku juga menggunakan sarung tangan takut-takut kalau kecipratan sial sebab ulah amplop sialan ini.

Tertulis sebuah Sajak Empat Larik

"Pada Malam Purnama, Anjing bercinta dengan Rubah"

"Anjing itu berwarna kuning, Rubah itu berwarna bening lautan"

"Pangeran kurcaci mati dikalungi sebongkah kotoran babi"

"Seribu mata buta arah dan Habis ditelan bumi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun