Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Data Privasi Tidak Aman, Media Sosial Kita Terancam

22 Maret 2018   12:19 Diperbarui: 22 Maret 2018   12:46 732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Skandal Cambridge Analytica (CA) Yang menggegerkan Negeri Paman Sam dimana Sebuah Platform Terbesar yakni Facebook dituduh menjual data menggunanya. Bahkan tagar #deletefacebook menggema di udara Negeri itu. Menjadi pelajaran buat kita bahwa tidak ada yang benar-benar privasi di dunia maya, sebab nyatanya jebol dan justru bisa disalahgunakan.

Tetapi apakah facebook benar-benar menjual? Jika ditelisik lebih dalam padahal hakikatnya kitalah yang menyetujui data kita diberikan ke pihak terkait. Mayoritas kita mungkin tidak akan mau membaca dan memahami saat awal-awal membuka/membuat persetujuan, yang penting asal centang/ allow saja pada "term and condition"Sehingga pihak terkait diberi ruang mengakses data-data kita. Tidak tanggung-tanggung data kita akan terbaca semuanya sehingga apa yang kita post, saudara yang kita tambahkan, selancar kita, minat kita di medsos bisa dilacak dan dikumpulkan datanya.

Untuk apa Penjahat kelamin Cyber ini mencari data-data kita. Jelas nanti ujung-ujungnya adalah money. Mirip-mirip seperti Saracen. Namun ini menyangkut data privasi sehingga bukan lagi berita hoax yang disebarkan melainkan data-data kita akan menjadi lautan data sehingga bisa diperjualbelikan.

Bukan data kita tidak penting sehingga kita acuh saja menanggapi hal ini. Kebayang tidak, jika seluruh pengguna facebook di Indonesia bisa dikumpulkan datanya menyangkut asal usul, minat, keluarga dan kebiasaan untuk nantinya data-data kita dijualbelikan ke pihak-pihak yang ingin membeli Indonesia. 

Ini bisa jadi ancang-ancang kewaspadaan kita menyambut tahun politik 2019. Bagaimanapun nanti isu hoax, propaganda dan penyalahgunaan data sangat mungkin untuk bisa dijualbelikan. Kita mah apa atuh, hanya pengguna facebook yang suka stalking mantan saja namun sangat jujur hatinya sehingga semua nama keluarga kita isi dengan benar. Bahkan alamat rumah dan nomor KTP kita berikan secara ikhlas dan gratis kepada media sosial. Baik banget kan kita, ya? Uhuhuhuu. Vekok emang kita neeehh...

Sebab data-data sudah terkumpulkan maka pemetaan strategi dan propaganda akan lebih efisien dan efektif sehingga goalnya akan lebih mengena dan kemungkinan berhasil akan lebih besar. Kita mungkin akan memahami mengapa facebook menginginkan nama asli kita. 

Demikian juga saat pendaftaran kartu seluler yang katanya habis bulan februari kemarin. Nyatanya kartu-kartu baru masih bermunculan dan kartu yang tidak didaftarkan pun tidak berangsur-angsur mati. Sabar.. Sabar.. Akhirnya data kita juga ketahuan juga kok di media sosial. Uhuhuhuu.. Tidak ada yang benar-benar privasi kalau kepengin privasi gampang saja, hapus media sosial dan hidup tanpa media sosial. Silakan saja kalau bisa, saya sendiri tidak bisa. Uhuhuhuhuu...

Edward Snowden Sang Bapak Whistleblower dunia pernah mengatakan bahwa facebook adalah perusahaan penyadap. Uh.. Ngeriii euy..Menurutnya keberhasilan re-branding perusahaan penyadap seperti Facebook ini dengan membawa nama khas "media sosial" yang merupakan penipuan paling sukses dan besar sejak Ministry of Warberhasil menjelma dirinya menjadi Ministry of Defense. Sudah faham kini kan ternyata main Facebook itu ada bahayanya.

Padahal menurut saya bukan hanya Facebook saja sebab Media Sosial juga butuh uang. Itu ladang pekerjaan. Mereka menjual iklan. Menjual Barang. Menjual minat dan kesukaan kita. Tetapi harus diakui bahwa menjual data pengguna adalah sebuah kesalahan besar yang nantinya lambat laun akan membuat masyarakat tidak respect pada media sosial tersebut. Facebook sudah ketahuan, media sosial lain mungkin tinggal kita tunggu jadwal ketahuannya. Uhuhuhuu aku ingin kembali ke jaman batu. Ponsel dirubah menjadi wungkal. Uhuhuhuu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun