Kita mengenal pemikir-pemikir Indonesia atau filsuf-filsuf Indonesia. Misalnya : Ronggowarsito, Sosrokartono, Hos Cokroaminoto, Soekarno, Tan Malaka, atau yang lainnya. Namun jika diukur secara akademis saja tidaklah fairsebab ternyata di Indonesia ada filsuf yang lahir dari arus bawah. Percaya gak percaya, jika filsuf biasanya terkesan serius maka kebanyakan rambutnya rapuh dan mudah botak tetapi filsuf arus bawah kebal dengan rambut rapuh bahkan hidupnya justru bisa dibilang ngelucu, baik di zaman old maupun zaman now.
Jika mendengar lagunya Koes Plus, Buat apa susah, Buat apa susah, Lebih baik kita bergembira. Saya yakin ini lagu mewakili keadaan orang Indonesia. Sesusah-susahnya Orang Indonesia pasti ada saja yang ngelucunya. Bahkan saking lucunya kadang-kadang bencana atau tragedi dibuat lelucon. Meskipun hal ini harus dikaji secara matang, terarah dan cermat, apakah hukum melucu saat bencana itu sah atau malah batal ngelucunya?
Bahwa penulis sudah mencari-cari siapa sih filsuf arus bawah? Gusdur, Soekarno atau siapa. Ternyata nama-nama beken dan besar itu bukan jawabannya. Dan jawabannya adalah para supir truk yang dengan cara ngelucu dan mengajari hidup lewat kata-kata di bokong truk. Bagi saya tulisan-tulisan di bokong truk adalah tulisan realitas yang apa adanya. Seberat apapun masalahnya ternyata juga jangan diseriusin bisa juga dilucuin tanpa kehilangan greget untuk menghadapi masalah tersebut.
Misalnya tulisan berikut ini, layak kita kaji dan cermati :
1.Dilarang mengangkut istri orang
Sebuah nada satir yang tinggi, simpel, dan real. Kita mengenal dan mengerti bahwa tugas sopir truk adalah mengangkut barang-barang namun apa jadinya jika yang diangkut istri orang? Silakan cari tahu jawabannya sendiri-sendiri
2. Panitia Hari Kiamat
Kalau orang serius, bisa-bisa nanti tulisan ini didemo FPI sebab memang ada panitia hari kiamat? Namun jika berfikir secara apa adanya sebenarnya para filsuf sopir truk sedang menyindir supaya yang membaca sadar bahwa nanti ada hari kiamat, jadi jangan lupakan akhirat. Ada panitia yang nanti mencatat amal, jadi jangan sembarangan dalam hidup ini.
3. Ya Allah.. Jauhkanlah aku dari Ibu-ibu pakai motor yang lampu sennya kekiri tapi beloknya ke kanan
Sehabis membaca tulisan ini, baru ngeh juga bahwa ratu jalanan adalah ibu-ibu yang lampu sennya ke kiri tapi beloknya ke kanan dan kalau diberitahu marah-marah dan menyalahkan yang memberitahu. Para filsuf sopir truk memberitahu kita bahwa ratu jalanan lebih mengerikan daripada raja jalanan sebab raja jalanan hanya bisa bacot knalpot doang.
4. Jangan lupa pulang, Kutunggu jandamu
5. Utamakan bayar hutang
Lagi-lagi ini sebenarnya tulisan yang bagus sekali. Kita mengerti berlalulintas adalah pasti mengutamakan keselamatan. Dan artinya jika orang itu sudah mengerti maka tidak diperlukan lagi bagi orang tersebut sebab sudah mengerti, justru hutang yang seringkali berbahaya. Copotlah hutangmu tapi jangan copot kutangmu. Para filsuf sopir truk mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bayar hutang.
6. Surga ditelapak kaki ibu
7. Hajar jahanam, Pacar isi ulang
Meskipun tulisan ini untuk dewasa sebab memang tidak ada hajar firdaus. Para filsuf supir truk mengingatkan kepada bapak-bapak supaya kuat di ranjang dan mengingatkan kepada kawula muda untuk jangan suka isi ulang kalau pacaran sebab hanya galon yang isi ulang.
8. Ngebut adalah Ibadah semakin ngebut semakin dekat dengan Tuhan
Para filsuf sopir truk yang sudah teruji tingkat kengebutannya memberi wejangan supaya jika ngebut ingat potensi kematiannya. Sebab semakin ngebut justru semakin dekat dengan Tuhan yakni meninggal dunia.
Demikian 8 wejangan super nyeleneh dari para filsuf supir truk, mereka layak mendapatkan hadiah Nobel kategori filsuf jalanan. Anda setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H