Sepertinya sudah lama sekali Pak Kumis,Slendem,Amar dan Aman tak terlihat ngumpul bareng.Keadaan yang membuat mereka susah untuk berkumpul,sibuk mengurusi pekerjaannya masing-masing.Pak Kumis kini sedang menggeluti bisnis martabaknya,Amar dan Aman sibuk mengurusi skripsinya masing-masing dan yang paling bebas adalah Slendem.Slendem adalah petani muda yang kita pun tahu bahwa pekerjaan petani ada masa dimana nganggur itu serasa lama.
Di Kampung mereka kedatangan orang baru namanya adalah Pak Dulah.Pak Dulah merupakan warga yang mengikuti program transmigrasi dan Pak Dulah akhirnya menetap juga di kampung mereka.
Kedatangan Pak Dulah membuat Slendem,Pak Kumis,Amar dan Aman penasaran saja.Katanya Pak Dulah itu dulunya atlit bulutangkis yang sering memenangi kejuaraan tingkat nasional dan menurut isu yang beredar dia bahkan pernah juara dunia.Namun karena masa mudanya diisi dengan foya-foya dan bermegah-megahan,ia bangkrut.Karirnya semakin buruk semenjak dia ketahuan memakai narkoba dan sering minum minuman keras.
Namun itu cerita masa lalu,sekarang Pak Dulah sudah tua dan cerita itupun diharapkan bisa membuat para kawula muda khususnya Amar dan Aman untuk selektif dan hati-hati dalam bergaul.Boleh bergaul dengan siapa saja asalkan kita punya tameng atau perisai yang bisa mencegah perbuatan-perbuatan buruk bisa menulari kita.Didalam salah satu lirik “tombo ati”berbunyi wong kang soleh kumpulono ( orang yang soleh maka bersahabatlah dengannya).Memang bergaul dengan orang yang baik-baik maka bisa membuat kita menjadi pribadi yang baik.
Pak Kumis yang sedang menonton televisi disuguhi berita yang berat-berat.Megakorupsi e-ktp,Vonis Ahok,Vonis Habib Rizieq,Pembubaran HTI,Gosip perselingkuhan artis,semifinal liga champions dan cara siswa SMA atau sederajat merayakan kelulusannya.Pak Kumis tertarik sekali mengundang mereka untuk berkumpul lagi di pos ronda.Pak Kumis seperti hari-hari sebelumnya,dialah yang membawa kopi bajingan dan gorengan.Weeenak tenannn…
Dihubungi satu-satu dari Amar,Aman,Slendem dan tak ketinggalan Pak Dulah.Semuanya menyetujui kecuali Amar yang ternyata tidak lagi di kampung itu.Amar sedang menyelasaikantahap-tahap skripsi dan persiapan sidang,dia berada di Kota.
Malam hari pun tiba,malam ini terasa syahdu.Tak ada mendung tak ada hujan.Bintang-bintang dan rembulan menemani rembugan malam ini.Tak ketinggalan kopi dan gorengan sebagai syarat keberadaannya rembugan tersebut.Bagi mereka kopi telah menyatukan mereka.Kopi hitam memang terasa pahit dan bisa dibilang rasanya bajingan tetapi berangkat dari hal tersebut mereka menemukan romantikanya sendiri.
Pak Kumis memulai diskusi dengan paparannya.
“Ahok telah divonis untuk dipenjara.Rakyat menjadi pro dan kontra.Yang kontra dimana disana ada barisan FPI organisasi yang terkenal suka main pukul itu,langsung berucap takbir.Takbir bagi mereka ucapan semangat untuk berjuang membela islam versinya FPI.Sedangkan masa yang pro dengan segala kesedihannya pasti akan mati-matian mendukung Ahok.Dan terlepas dari hal tersebut,Pihak penjual bunga sangat diuntungkan.Banyak pesanan bunga.Pertanyaannya,pantaskah Ahok dihukum? Tepatkah?”
Slendem langsung membalas ucapan tersebut,
“Nasi sudah menjadi bubur.Ini bisa jadi pembelajaran buat kita untuk menjaga lisan kita berkata yang tidak-tidak.Apalagi sampai mengejek,menghina dan menista agama.Dari kasus Ahok kita belajar banyak.Bahwa sebuah ucapan bisa menggerakan berjuta-juta masyarakat.Ini mebelajaran baik untuk kita menjaga lisan kita.Baik di dunia nyata maupun di dunia maya.Kita harus berhati-hati dalam berucap.”