Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Romantika Kopi Bajingan 3

10 Mei 2017   17:09 Diperbarui: 10 Mei 2017   17:17 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Dulah yang baru ikut untuk pertama kalinya,kini ikut berembug,

“Ini sebagai ujian kebhinekaan bangsa kita.Bangsa kita yang berisi banyak suku,adat,ras,agama,kebudayaan sedang diuji.Dan kaum mayoritas adalah orang muslim.Di Islam dinyatakan bahwa memilih pemimpin haruslah Islam,di Pancasila sebagai dasar negara penguat kebhinekaan lebih toleransi lagi yakni pemimpin apa saja boleh asalkan orang Indonesia.Disini letak perbedaannya dan penafsiran pemimpinpun kini bergeser ke presiden.Sehingga umat Islam yang mayoritas menyatakan pemimpin itu setara dengan presiden.Kita harus ingat bahwa kerajaan islam demak pernah dipimpin oleh orang Cina.namanya adalah Jin Bun alias raden Patah.Jika dilihat dari hal tersebut sangat jelas sekali toleransi dan keterbukannya bangsa kita.Penerimaan islam oleh masyarakat kerajaan Hindu-Budha juga tidak membuat kita sampai bertarung.Artinya daridulu bangsa ini sudah menyadari arti pentingnya kebhinekaan.Berbeda-beda tetapi mempunyai satu tujuan yakni Nusantara sejahtera.Pertanyaan baliknya,Apakah Ahok,Jokowi atau tokoh lain yang masih berlindung dengan partai itu punya niatan 100% mensejahterakan seluruh masyarakat.Apapun itu suku,agama,ras,adat dan kepercayaannya.

Pak Kumis menjawab balik,

“Dari pola itupun sudah terbaca jelas bahwa yang menikmati adalah yang mengikuti agenda tersebut.Dalam hal ini partai politik.Politikus sekarang mengganti kepentingan rakyat dengan kepentingan partainya,menggantikan aspirasi rakyat dengan keuntungan partainya.Apapun masalah yang terjadi,pro atau kontra yang dilihat adalah kemenangan partainya.Lalu apa yang bisa kita harapkan darihal ini? Kita malah seperti pion yang dipermainkan kesana kemari,disuruh saling bermusuhan,disuruh saling pro kontra,padahal tujuan terbesarnya adalah mengayakan partai itu sendiri.Ini yang harus kita baca.Jangan mau dibuat berkubu-kubu yang tujuannya hanyalah memecahbelah kita.Kita sibuk mengurusi pro dan kontra ahok sedangkan mereka sibuk mencuri kekayaan bangsa ini untuk partainya.Jika diteorikan begini,Atheis dimusuhi karena Tidak bertuhan.Bertuhan dimusuhi karena Tuhannya berbeda.Tuhannya sama dimusuhi karena Nabinya berbeda.Nabinya sama dimusuhi karena alirannya berbeda,Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya berbeda.Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya berbeda.Inilah ujian untuk kita bahwa sebagai masyarakat Indonesia kita harus belajar kebhinekaan tanpa harus mengikuti yang berbeda.Bukankah berbeda tidak apa-apa asalkan kita yakin dengan kebenaran masing-masing kita? Bukankah kita bisa jalan bareng-bareng jika mau menghargai pendapat masing-masing?”

Aman sibuk memperhatikan mereka sedangkan dirinya malahan belum mengeluarkan argumennya.Kini gilirannya ngomong.

“Kita juga harus pintar-pintar menakar mana kasus yang skala besar,skala agama,skala kemasyarakatan.Masalah Ahok hanyalah masalah perbedaan agama.Dan sebagai Umat Islam yang katanya dinistakan,kita masih tetap bisa sholat dengan aman,rumah-rumahpun masih aman-aman saja.Seperti nama saya,semua masih aman saja.Umat Islam masih bebas beribadah tanpa tekanan.Jadi menurut saya,omongan Ahok yang katanya menistakan itu belumlah berimbas ke aktifitas masyarakat Islam.Masyarakat Islam masih merdeka ibadahnya sehingga Ucapan Ahok pun nampaknya tak terlalu berarti.Tetapi risiko menjadi mayoritas adalah bersikap sewenang-wenang terhadap minoritas.Tak hanya di Indonesia dengan FPInya,Di Myanmar kaum budha radikal yang mayoritas juga bersikap sewenang-wenang.Di Palestina lebih mengerikan lagi,Disini Nampak jelas bahwa mayoritas haruslah sebagai pengayom dan pelindung.Jika ada yang bertengkar maka didamaikan.Jika ada yang diserang maka dilindungi martabat dan harga dirinya.Itulah fungsinya yang tepat sebagai kaum mayoritas.”

Kini Pak Dulah berucap lagi,

“Tetapi Islam yang sebagai rahmatanlill’alamin.Haruslah bersikap semacam itu.Kita ini mayoritas walaupun secara kualitas mungkin minoritas.Tergantung dari ukuran duniawi atau akherat.rahmat bagi seluruh alam Nampak sangat jauh.Kita harus memulai dari rahmat seluruh manusia.Artinya umat islam haruslah sebagai pengayom ditengah masyarakat minoritas.Yang tertindas sebagai islam yang rahmatanlil’alamin maka kita berkewajiban menolongnya,Jika ada yang salah baik itu tafsiran Islamnya maka kita luruskan dan ajari kebenaran Islam.FPI jelas bukan mengindikasikan islam semacam ini.Sikap radikalismenya sangat jauh berbenturan dari tujuan murni islam itu.FPI hanya mengejar semnagat jihadis tanpa diimbangi sikap santun dan lembut.Lho kita malah ngomong FPI? Hahaha Mengenai kasus-kasus itu yang paling besar adalah mega korupsi e-ktp.Kasus ini seluruh rakyat dirugikan.Dicuri uangnya,rakyat disuruh membayar pajak namun uangnya malah dikorupsi,benar sekali kata Pak Kumis,kita ini bak pion yang sedang dipermainkan orang-orang besar di negeri ini.

“Karena itu harusnya Masyarak Indonesia konsentrasi terbesarnya adalah dimasalah ini yakni skandal megakorupsi e-ktp.Orang-orang besar masuk daftarnya.Ketua DPR yakni lembaga yang katanya mewakili rakyat justru diisi dengan orang-orang yang sering tersandung masalah korupsi.Apa kita juga salah karena mereka terpilih juga sebab coblosan dari rakyat.Secara teori jelas,rakyat diimingi duit kecil untuk memilih calon pemimpin kemudian pemimpin itu jadi dan mencuri dan berusaha balik modal lalu rakyat kecewa dan marah menyalahkan tetapi sudah tak bisa berbuat apa-apa.Dari sini Nampak jelas bahwa gerbang calon korupsi adalah pemilihan-pemilihan calon pemimpin.dari Lurah,camat,bupati,gubernur dan presiden dan anggota-anggota dewan.Suap dari mereka telah mengantarkan mereka berbuat korupsi lebih besar.Dari kejadian ini,salah satu syarat termudah adalah jangan mau menerima suap sekecilapaun sebab konsekuensinya bisa merugikan seluruh masyarakat bahkan seluruh rakyat Indonesia.Dari kejadian ini,kita juga dituntut untuk memilih calon-calon yang baik dan soleh.Untuk itu lembaga dakwah haruslah mengirim beberapa orangnya untuk berani ikut politik.Melawan politikharus dengan politik.Melawan politikus brengsek ya dengan politikus yang baik.Pertanyannya,adakah dari kita yang tergerak hatinya untuk mau memasuk gerbang curam itu.Siap berkorban untuk bangsa,negara dan agamanya?”

Slendem malah menyodori komentarnya dengan pembubaran HTI.Pasti ada pro dan kontra.

“Mengenai pembubaran HTI saya mengira ini langkah yang tepat tetapi kurang kuat langkahnya.Membubarkan HTI memang mudah tetapi membubarkan pandangan tentang khilafahnya yang tidak mudah,bukan? Ini yang bisa jadi simalakama,semakin HTI ditekan malahan bisajadi pandangan tentang Indonesia bisa tambah buruk.Menurut saya.Sebagai Pemerintah semestinya memfasilitasi masyarakat untuk berembug dengan orang-orang HTI bahwa ini lho pandangan kami tentang Indonesia.Ini lho cara kami berislam di Indonesia? Semakin sering bermusyawarah maka akan tumbuh semacam sikap toleransi.Pada dasarnya HTI sama saja seperti kita.Sholat subuh masih sama-sama dua rekaat kan? Jadi nyata benar bahwa banyak samanya daripada bedanya.Bedanya paling-paling Cuma tentang masalah khalifah.Darisini peran intelek-intelek Muslim yang moderat bisa masuk untuk bermusyawarah mencari titik temu kesamaan.Jangan mencari titik temu perbedaan karena malah ditakutkan hanya membenturkan saja bukan.Kita sebagai masyarakat juga jangan mau ikut-ikutan saling serang.Misalnya Banser menyerang HTI,Banser melawan FPI atau semacamnya.Jika kita ikut mengompori perdebatan itu sama saja kita menggiring Islam ke jurang perpecahan.Yang diperlukan sekarang itu sikap menghargai pendapat dan sikap sopansantun dalam ucapan dan perbuatan sesama muslim yang berbeda aliran.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun