Mohon tunggu...
Assaoralhaq Arsyad
Assaoralhaq Arsyad Mohon Tunggu... -

MANAGEMENT EVOLUTIONS\r\n\r\nhttp://assaoralhaqarsyad.\r\nwordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Wisata Kemiskinan dalam Paradigma

19 Mei 2010   08:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_144725" align="alignleft" width="155" caption="image from http://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan"][/caption] Menarik melihat wawacara bung Roni sebagai penggagas wisata kemiskinan dengan TVone pada hari selasa tanggal 18 Mei 2010. Terlepas bahwa  ini diduga sebagai eksploitasi sosial seperti yang diungkapkan oleh Maudy Koesnaedi sebagai mantan duta pariwisata Indonesia, inilah suatu bukti dimana kemiskinan yang dianggap sebagai MASALAH, malah menjadi suatu potensi bagi bung Roni dan yayasan yang didirikannya. Suatu konsep gaya berpikir dalam khasanah konsep productivity dalam mencapai optimalisasi adalah "WHAT WE CAN DO IN OUR/YOUR SITUATION" bukan WHAT WE CAN DO IF.... or WE CAN DO IF..... Dan Bung Roni mengimplementasikan opportunity ini dalam mengelola sesuatu yang justru dianggap MASALAH BESAR bagi bangsa kita menjadi suatu yang produktif. Perubahan Paradigma mengenai kemiskinan menjadi suatu BEBAN MASALAH menjadi suatu potensi tentu akan membuat Negara ini akan lebih baik dalam meningkatkan productivity sumber daya manusia yang ada didalamnya, sehingga pasal 34 ayat 1 yang mengatakan fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara bukan menjadi suatu kata-kata indah dalam suatu rangkaian yang membahagiakan. Pemecahan yang terjadi mengenai kemiskinan dengan target yang tidak spesifik untuk membawa rakyat miskin ini arah mana serta terbatas pada konsep pemberian bantuan seperti yang dilakukan  oleh orang eropa pada abad pertengahan malah akan membuat tingkat konsumtif mereka menjadi lebih tinggi dan menciptakan suatu pola ketergantungan. Ini adalah konsep yang memandang masalah sebagai beban berat. Namun jika konsepnya adalah potensi yang akan dihasilkan dari yang dianggap masalah tersebut adalah suatu kesempatan dalam peningkatan produktivitas bangsa. wow.. saya pribadi pun akan terpana, karena bayangkan, menurut BPS di http://www.bps.go.id/?news=697 (kalau data ini benar adanya) jumlah Penduduk Miskin ( saya sebut opportunity) Pada Bulan Maret 2009 Sebesar 32,53 Juta (14,15 Persen) dan bandingkan dengan orang yang bergelut dengan dunia properti yang hanya butuh 2-3% opportunity dan mereka sudah sangat..sangat bahagia dan bahkan kaya raya, apalagi jika melihat suatu potensi sebesar 14,15 persen... mmmh amaze... karena saya yakin setiap manusia yang lahir di bumi pertiwi ini mempunyai potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan negara . Jika pemimpin dan pengambil keputusan dengan kapasitas mereka yang sangat mengaggumkan ini mampu mengubah paradigma mereka mengenai kemiskinan seperti Bung Rony, secara pribadi saya yakin implementasi yang akan dihasilkan pun berbeda,jauh lebih bermartabat dan akan memutar cerita berbeda tentang Indonesia, dan bukan hanya menjadi suatu pola eksploitasi sosial dalam mencapai suatu tujuan. Namun jika kita warga negara, pengambil keputusan dan perencana di negara tercinta ini masih berkata "Kemiskinan masih menjadi  MASALAH BESAR dan butuh biaya yang tidak sedikit" maka saya pikir semua harus merenung dan memahami konsep "WHAT WE CAN DO IN OUR/YOUR SITUATION" sebelum melemparkan suatu teori2 yang mengagumkan atau cerita-cerita hebat mengenai keberhasilan bangsa lain. Make it Happen Indonesiaku!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun