Mohon tunggu...
A. Ali
A. Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - masih belajar

Arsitektur

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bung Karno dan Bulan Ramadhan

21 April 2023   07:15 Diperbarui: 21 April 2023   07:21 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

B.M. Diah sebagai bagian sejarah perumusan proklamasi dari pemuda yang terlibat di subuh menjelang sahur bersejarah itu. Menjelaskan bahwa tradisi perdebatan dengan tulisan pada waktu itu adalah ciri khas Bung Karno. Tulisan-tulisan beliau lahir dari respons situasi dan kondisi saat itu, baik dari aspek gagasan maupun tindakan yang dikritisi oleh Bung Karno. 

Misalnya dalam tulisannya dengan judul Me “Mudakan” pengertian Islam “ Bung Karno menuliskan Jangan kita ketinggalan, sebab seluruh dunia Islam di luar Indonesia sudahlah asyik kepada “rethinking of Islam’! Sedikit tentang fatsal-fatsal yang perlu kita her-orientatie, kita selidiki kembali, dan kita her-orientatie itu.
 “Siapa yang menggenggam hari-kemudian di dalam tangannya, dialah yang digemari pemuda pada hari sekarang. Janganlah kita tutup kita punya mata, tidak mau melihat, bahwa di luar Indonesia kini seluruh dunia Timur sedang asyik "rethinking of Islam" (perkataan Frances Woodsman), yakni memikirkan kembali maksud-maksud Islam sewajarnya, rethinking of Islam, di Mesir, di Turki, di Irak, di Siria, di Iran, di India, di negeri-negeri Islam lain.

Bung Karno adalah intelektual yang mengikuti dinamika berpengetahuan dengan melahap berbagai buku dan merefleksikan nya dengan kondisi saat itu. Beliau bahkan dengan terbuka terkait perubahan di Turki pada waktu itu …“Hanya dengan baca banyak-banyak kitab yang tersebut di atas inilah kita, yang tidak ada kesempatan datang sendiri di negeri Turki buat mengadakan penyelidikan yang dalam, dapat menyusun satu "gambar" yang adil tentang hal-hal yang mengenai agama dan negara di sana itu. Apa yang saya sajikan di sini kepada pembaca, oleh karenanya, tali lebihlah dariapada "sumbangan material", sumbangan bahan untuk difikirkan saja...”Dengan, rokh, akal dan pengetahuan yang merdeka kita bisa mengerjakan penyelidikan kembali, her orientatie, zelf-correctie..

Zaman ini, kita perlu dengan cermat membuka kembali sumber-sumber pengetahuan yg mengkaji Bung Karno. salah satu karya penting adalah buku "80 Tahun Bung Karno".  Sartono Kartodirjo Guru Utama sejarawan Indonesia, dalam kata pengantar menuliskan bahwa, fokus perhatian utamanya pada aspek idesional kebudayaan politik seperti yang di hayati Bung Karno. Penulisan nya mencakup tiga dimensi waktu, sehingga dipertanyakan relevansi ide Bung Karno kini (1980) dan masa depan.    

“Beraneka ragam visi dari para penulis dari pelbagai optik 1980-an Pelbagai optik 1980-an menunjukkan kemampuan distansiasi dari objek tinjauannya serta mengobyekvikasikan hubungan penulis dengan Bung Karno. 

Walaupun beliau menilai beraneka ragam visi atau titik pendirian partisan aliran politik, ideologi, status sosial, budayawan, profesi dan lain sebagainya, kesemuanya kecenderungan berpikir spekulatif dan diskursif, sedang kurang bercirikan empiris analitis nya. Akan tetapi, tidak mengurangi makna karangan-karangan itu, bahkan pandangan secara fenomenologis struktur pikiran dan kesadaran yang melatarbelakangi tidak hanya merefleksikan subjektivitasnya tetapi juga “jiwa zamannya” (Zeitgeist).

Dengan pendekatan kontekstual beliau menyatakan tiga fakta sebagai berikut pertama Sejarah intelektual tahun 1980-an menggambarakan sifat pluralistis masyarakat kita, juga dalam alam pikiran; kedua penggambaran tokoh Bung Karno akhirnya lebih mencerminkan keanekaragaman visi perspektif dan pelbagai subyektivitasnya lainnya. Suatu analisis lebih lanjut dapat menghasilkan tingkat obyektivitas atau intersubyektivitas lebih tinggi mengenai tokoh Bung Karno; dan ketiga Adanya beraneka ragam pandangan dan tafsiran yang berdampingan dalam buku ini membuktikan semangat keterbukaan yang memungkinkan dialog lebih lanjut.

Apresiasi yg dalam bagi kita saat ini, diwariskan tradisi intelektual yg sangat baik dari generasi-generasi sebelumnya. Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Kerja-kerja intelktual seperti ini, penting untuk dihidupkan kembali. Sebab memikirkan kembali Ajaran Bung Karno  ditengah tantangan zaman saat ini perlu dilakukan. seperti juga apa yg dicontohkan Bung Karno, tradisi baca, tulis, dan orasi sebagai penggemblengan ide, konsep pergerakan bersama massa rakyat untuk kemerdekaan yg sejati.

Jumat di ujung Ramadhan 1444 H 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun