Mohon tunggu...
Farhan Aak
Farhan Aak Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa abal-abal

do your best, be yourself, orang bodoh yang tak kunjung pandai

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Judgment Masyarakat terhadap Gamers Selalu Negatif

4 September 2019   00:47 Diperbarui: 4 September 2019   00:51 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Game (permainan) elektronik merupakan sarana yang tersedia sejak bertahun-tahun yang lalu. Banyak dari orang-orang yang memainkannya, baik dari anak-anak hingga dewasa. Permainan yang disuguhkan-pun beragam dari game offline (permainan/game yang dilakukan melawan computer) hingga game online (permainan/game yang mempertemukan antara satu orang dengan orang lainnya melalui sarana internet).

Judgment masyarakat terhadap seorang gamer selalu bernada negatif. Jangankan mendapatkan penilaian positif, penilaian netral(tidak men-judgment baik maupun buruk)pun tidak pernah didapatkan oleh seorang gamer. Gamer dimata masyarakat selalu dinilai negatif, bahkan seorang gamer merupakan produk gagal dan dimasa mendatang diprediksi akan mendapatkan predikat MaDeSu (Masa Depan Suram), karena hal tersebut banyak orang tua yang memprotek anaknya untuk tidak bermain game.

Bisa dibilang gamer merupakan sampah masyarakat yang tidak memiliki kesibukan, sehingga sengaja mencari-cari kesibukan dengan menyalurkan kekosongan waktu yang dimiliki untuk memainkan game-game yang tersedia. Hal ini bisa dibuktikan dengan turunnya fatwa haram dari MUI terhadap salah satu game online yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat.

Namun seiring dengan berkembangnya waktu, game disetarakan dengan olahraga-olahraga yang banyak dilombakan dari tingkat desa hingga tingkat internasional. Hingga apabila seorang pemain olahraga profesional yang mengikuti turnamen kompetitif menyandang gelar atlit sport, maka begitu juga yang terjadi pada seorang gamer profesional juga menyandang gelar sebagai atlit e-sport.

Saat ini seorang gamer berbakat dapat menyalurkan bakatnya melalui kompetitif yang dilaksanakan oleh pihak-pihak tertentu sebagai ajang pembuktian, dan ajang persaingan yang diperebutkan layaknya kompetitif liga champions pada sepak bola eropa, piala dunia pada gelaran terbesar sedunia, bahkan SEA Games sebagai gelaran olahraga terbesar se asia tenggara.

Dengan bermain game, orang bisa membawa harum nama negaranya dan mengibarkan bendera kebangaannnya untuk dikibarkan dan dinyanyikan saat gamer meraih juara pertama, misalnya pada tahun 2018 Indonesia menyabet medali emas pada cabang e-sport clash royale. Hal ini merupakan prestasi membanggakan dan membawa harum negara Indonesia di kancah Asia.

Dalam waktu dekat, pada bulan Desember gelaran olahraga terbesar se-asia tenggara akan kembali dilaksanakan, tepatnya akan dilaksanakan di Manila, Filipina. Tentunya SEA Games akan menggelar berbagai perlombaan cabang olahraga, namun ada sedikit hal yang berbeda pada tahun ini. SEA Games dengan resmi menambah satu cabang yang akan dilombakan, yaitu cabang e-sport.

Pada cabang e-sport, SEA Games memperlombakan 5 cabang game, yaitu pada kategori PC 2 cabang: Dota 2 dan Starcraft 2; pada kategori console 1 cabang: Tekken 7, dan pada kategori mobile 2 cabang: AOV dan Mobile Legends. Sama pada cabang lainnya reward medali yang akan didapatkan atlit e-sport tersebut 3 macam pada setia cabang game; emas kepada juara 1, perak kepada juara 2, dan perunggu kepada juara 3.

Persiapan yang dilakukan Indonesia dalam cabang e-sport dinilai sudah maksimal, dan negara juga serius dalam memfasilitasi cabang ini. Harapan besar negara akan diemban oleh atlit yang mewakili Indonesia di setiap cabangnya. Jadi daripada terlalu banyak menilai dan men-judgment orang lain, maka lebih baik intropeksi kepada diri sendiri terlebih dahulu, kemudian apabila kita memiliki keresahan kepada seseorang, maka datangilah orang tersebut secara baik-baik, dan katakanlah dengan baik dan halus pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun