Mohon tunggu...
Aafajar
Aafajar Mohon Tunggu... Guru - Guru PAUD

Pembelajar Yang Tidak Pernah Pintar (email : aafajaroke@gmail. com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mabuk Online

18 Agustus 2020   11:33 Diperbarui: 18 Agustus 2020   11:48 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Aa Fajar

Beberapa kawan bertanya kepada saya, mengapa sekarang saya tidak aktif di grup whatsapp yang mereka buat atau ikuti?.

Saya juga tidak tahu, kenapa saya bisa jadi kurang aktif di grup media sosial. Saya belum bisa memberikan jawaban pasti dan  memang tidak ada alasan pasti yang mengakibatkan saya tidak atau menjadi kurang aktif di dunia maya.

Dibilang sibuk, juga tidak. Ada masalah dengan kuota internet, juga tidak. Alhamdulillah walaupun hp saya zadul, kuota selalu penuh dan wifi juga on.

Jadi faktor eksternal sangat mendukung saya untuk berselancar di dunia maya sebagaimana hari-hari sebelum corona hadir.

Adapun faktor internal, ini yang sedang saya telaah dan renungi. Saya masih mencoba mencari data, terutama dari dalam qolbu dan pikiran saya.

Data sementara yang saya temukan, kumpulkan dan simpulkan adalah adanya rasa keengganan dari dalam qalbu saya.

Rasa enggan ini yang dikirim ke pikiran saya sehingga tubuh menjadi tertahan ketika dari luar diri ada pesan yang berhubungan dengan "online".

Pesan yang berhubungan dengan "online" yang dimaksud seperti kata pelatihan via zoom, webinar,  training via grup medsos, atau alat pembawa pesan itu sendiri.

Rasa enggan ini, jika saya umpamakan seperti orang "mabok jengkol" atau makanan lainnya.

Mabok itu terjadi karena terlalu banyak makanan yang dikonsumsi, misal jika mabok jengkol berarti terlalu banyak makan jengkol.

Sehingga ketika melihat jengkol langsung pusing. Mencium aromanya saja langsung muntah. Bahkan mendengar kata jengkol atau yang berhubungan dengan nya pun menjadi enggan.

Maunya menyingkirkan jauh-jauh setiap hal yang berhubungan dengan jengkol sampai rasa maboknya hilang.

Jadi, tentang rasa enggan saya terhadap hal yang berhubungan dengan online, mungkin saya sedang mengalami "mabok online".

Karena saya mengikuti kegiatan online bukan dari saat wabah ini saja. Tahun 2017 saya sudah belajar online bersama Profesor Rhenald Kasali di Indonesia X tentang "Self Driving" selama tiga bulan.

Selesai "self driving" saya lanjut belajar kesehatan anak, kemudian lanjut belajar ekonomi syariah, dan beberapa materi lainnya hingga sekarang.

Saya belajar menulis, termasuk menulis jurnal ilmiah, pun online. Belajar public speaking dan ilmu agama juga online.

Hanya saja saat itu saya hanya belajar, tidak mengajar. Berbeda dengan online saat dari awal wabah ini, belajar dan mengajar saya lakukan secara online.

Dan saat itu waktu belajarnya hanya 10-15 menit per video dan fleksibel, sementara pelatihan online sekarang waktunya 1-3 jam bahkan ada yang seharian. Terakhir saya mengikuti bimtek virtual dari kemdikbud 9 jam lebih, mulai online jam 08.00 baru bisa leave room jelang azan maghrib.

Dan sekarang saya juga mengajarnya online via zoom dan video call, serta mempersiapkan materi pelajaran dalam bentuk video yang kemudian dikirim secara online.

Perkerjaan sambilan yaitu berdagang, juga saya lakukan secara online. Dan saat wabah transaksi lebih banyak terjadi di dunia maya. Perkerjaan sambilan ini sulit saya tinggalkan. Maklum, guru PAUD harus ada sambilan samping kanan- kirinya, tanpa sampingan yang di belakang bisa tidak ngebul.

Di sekolah selain mengajar, saya juga bertugas sebagai operator dapodik (data pokok pendidikan) dan pengelola web sekolah. Yang keduanya berhubungan dengan online.

Jadi tubuh ini sudah terlalu banyak berinteraksi dengan online hingga -mungkin- menjadi mabok, sehingga enggan menyentuh yang berhubungan dengan online.

Tetapi hal ini perlu dikonfirmasikan ke ahlinya, betulkah atau bisakah seseorang mengalami mabok online?.

Maka, kepada teman-teman yang membuat grup sosial media mohon dimaklumi jika sekarang saya kurang aktif. Saran saya, tolong dibuatkan jadwal untuk kopdar. Biar bisa silaturahmi sekalian refresing.

Dan kepada rekan-rekan pendidik yang mengadakan webinar atau pelatihan online, maaf jika saya tidak ikut. Bukan berarti diri ini sudah pintar, tetapi diri ini mungkin lagi mabok online.

Kepada teman-teman yang inbox atau japri, saya juga mohon maaf jika kalian mengirim pesannya pagi hari baru menerima jawaban pada sore atau keesokan harinya.

Semoga wabah ini segera berakhir, ditemukan vaksin dan obatnya, dan keadaan negeri ini kembali normal, benar-benar normal tanpa new. Sehingga aktifitas terutama kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan tanpa online. Aamiin

Wallahu'alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun