Durhaka dikenal sebagai ungkapan untuk seorang anak yang berbuat tidak baik atau menentang perintah orang tuanya. Banyak cerita yang mendukung hal tersebut, di Indonesia terkenal cerita tentang malin kundang. Seorang anak yang durhaka kepada ibunya yang berubah menjadi batu. Dan sering, tanpa sadar, orang tua yang marah kepada anak nya karena tidak menuruti keinginannya mencap anak nya dengan sebuatan anak durhaka.
Padahal, kata durhaka bukan hanya untuk  anak saja. Orang tua pun berhak mendapat sebutan durhaka. Dan tidak sedikit orang tua yang termasuk kategori durhaka.
Kedurhakaan nya kepada  anak umumnya tidak disadari, karena ketidak tahuan nya. Karena umumnya para orang dewasa menjadi orang tua sekadar dipanggil ayah atau ibu, namun tidak tahu konsekwensi menjadi orang tua, tidak tahu bagaimana mendidik anak sesuai  arahan sang pemberi amanah.Â
Dengan kata lain orang dewasa seperti ini menjadi orang tuanya, orang tua jadi - jadian. Â Mereka tidak pernah berusaha mencari tahu bagaimana menjadi orang tua yang baik dalam mendidik anak - anak nya. (Baca : Tipe - tipe orang tua)
Sebagaimana kisah seorang ayah yang mengadukan anak nya kepada Amirul Mukminin, Umar  bin Khoththob radhiallahu anhu (ra). "Anakku ini benar - benar telah durhaka kepada ku". Kemudian Umar bin khoththob ra bertanya kepada anak tersebut, "apakah engkau tidak takut kepada Alloh dengan durhaka kepada ayah mu, nak ? karena itu adalah hak orang tua".
Kemudian sang anak menjawab dengan bertanya balik kepada Umar bin khoththob ra, "wahai Amirul Mukminin, bukankah anak juga punya hak atas orang tua nya ?".
"Benar, Â haknya adalah memilihkan ibu yang baik, member nama yang bagus dan mengajarkan Al - qur'an". Jawab Amirul Mukminin.
"Demi Alloh, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik. Ibuku adalah hamba sahaya yang buruk berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga 400 dirham. Ia tidak memberi nama yang baik untukku. Ia namaiku Ju'al (kumbang yang selalu bergumal pada kotoran hewan). Dan dia juga tidak mengajarkan kepada ku Al - qur'an".
Umar menoleh kepada sang ayah dan berkata, "engkau mengatakan anakmu telah durhaka kepadamu tetapi engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. Enyahlah dari hadapanku !".
Pada zaman now kedurhakaan orang tua pada anak nya bukan pada pemberian nama, kita tahu nama anak - anak zaman now bagus - bagus dan penuh makna sesuai harapan orang tua nya. Ibu nya pun seseorang yang berpendidikan, dan terpilih oleh ayah nya karena kecantikan dan kebaikannya. Untuk pengajaran Al - qur'an, meski sibuk mereka menyediakan sarana untuk anak nya belajar Al - qur'an, bahkan ada yang meluangkan waktu untuk mengajari anaknya membaca iqro.
Kedurhakaan orang tua zaman now umumnya terletak pada cara mendidik anak - anak nya. Â Karena kasih sayang nya kepada anak sehingga mereka tidak sadar jika mereka telah mendurhakai anak nya.
Karena alasan "kasihan" mereka tanpa sadar telah mengarahkan anak -- anak nya menuju lembah kedurhakaan. Â Semua keinginan sang anak dipenuhi nya. Bahkan sesuatu yang tidak dibutuhkan anak, diadakan untuk mereka. Â Jadilah mereka seorang anak yang tumbuh seperti seekor burung merpati yang sayapnya lama terikat, sehingga setelah ikatannya dilepas ia tidak dapat terbang jauh untuk mencari makananya sendiri.
Karena seringnya diberi, dilayani, dimudah kan segala kebutuhannya. Maka kelak, ketika mereka dewasa, sikap mereka masih seperti seorang anak. Memilih sekolah, tergantung orang tua. Memilih jurusan saat kuliah, sesuai permintaan orang tua. Memilih pasangan hidup pun, tergantung pilihan orang tua. Mempunyai anak, pun tergantung pada orang tua nya.
Semua itu terjadi, karena kedurhakaan orang tua berupa bentuk salah memberikan pendidikan kepada anak. Mereka menggunakan metode  "memanja"  dalam mendidik anak - anak mereka. Alasan kasihan dan sayang lah yang melatari peggunaan metode tersebut.
Jika hasil nya adalah anak seperti burung merpati, ini masih sedikit keparahan nya. Namun, jika hasilnya adalah perampok, penipu orang tua, ini yang berbahaya. Inilah orang tua yang dimaksud oleh Ibnu Qoyyim :
"Betapa banyak orang yang mencelakakan anaknya di dunia dan di akhirat karena tidak memberi perhatian dan tidak memberikan pendidikan adab kepada mereka. Orang tua justru membantu si anak menuruti semua keinginan syahwatnya. Ia menyangka bahwa  dengan berbuat demikian berarti dia telah memuliakan si anak, padahal sejatinya dia telah menghinakannya. Bahkan, dia berangg apan, ia telah memberikan kasih sayang kepada anak dengan berbuat demikian. Akhirnya, ia pun tidak bisa mengambil manfaat dari keberadaan anaknya. Si anak justru membuat orang tua terluput mendapat bagiannya di dunia dan di akhirat. Apabila engkau meneliti kerusakan yang terjadi pada anak, engkau akan dapati bahwa keumumannya bersumber dari orang tua". (Tuhfatul Maudud hal 351)
Beliau juga mengatakan :
"Mayoritas anak menjadi rusak dengan sebab yang bersumber dari orang tua dan tidak adanya perhatian mereka terhadap si anak, tidak adanya pendidikan tentang berbagai kewajiban agama dan sunnah - sunnah nya. Orang tua telah menyia - nyiakan anak selagi mereka masih kecil, sehingga anak tidak bisa memberi manfaat  untuk dirinya sendiri dan orang tua nya ketika sudah lanjut usia. Ketika sebagian orang tua mencela anak karena kedurhakaannya, si anak menjawab "wahai ayah, engkau dahulu telah durhaka kepadaku saatku kecil, maka sekarang aku mendurhakaimu ketika engkau telah lanjut usia. Engkau dahulu telah menyia - nyiakanku sebagai anak, maka aku pun sekarang menyia - nyiakanmu ketika engkau telah berusia lanjut". (Tuhfatul Maudud hal 337)
Ada kisah nyata yang viral  pada bulan Mei Tahun ini. Diberitakan pada Kompas.com (Sabtu, 19 Mei 2018) seorang anak remaja usia 16  Tahun di Ponorogo Jawa Timur membakar rumah orang tua nya gara - gara tidak segera dibelikan HP oleh ayahnya, Sebelum nya, Agung juga pernah berurusan dengan pihak kepolisian karena mengancam akan membunuh orang tuanya kalau tidak dibelikan sepeda motor.
Setelah selesai berurusan dengan polisi, ayah nya membelikan sepeda motor. Namun, untuk HP agung tidak bersabar hingga akhirnya membakar rumah orang tuanya.
Banyak peristiwa sejenis yang terjadi. Ada yang minta motor, ada yang minta uang, ada yang memperkarakan orang tua nya ke meja hijau karena harta. Ada yang seumur hidup orang tua nya bergantung hidup kepada orang tua nya meski sudah memiliki keluarga sendiri.
Benarlah perkataan ibnu qoyyim  tersebut. Anak durhaka karena kedurhakaan orang tua terlebih dahulu kepada anak nya, berupa pemberian metode memanjakan dalam mendidik anak. Memberi HP pada anak saat usia dini, memenuhi semua keinginannya, memanjakan nya,  bukanlah cara memuliakan anak, bukan cara tepat menyayangi anak.  Melainkan kedurhakaan kepada anak dan berpeluang menjadikan anak durhaka kepada orang tua nya.
Aa Fajar
Guru TK Islam PB Soedirman, Cijantung Jakarta Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H