Salam cinta yang hangat untuk kalian, Anak dan cucuku
Di Tahun 2112
Saat- saat sebelum kutuliskan surat ini, ingin rasanya aku pergi menggunakan mesin waktu dari zamanku menuju zaman kalian, untuk sekedar bertemu dan minum secangkir kopi bersama di halaman rumah kita sambil menikmati keindahan alam di zaman kalian.
Apakah kalian senang dengan keindahan alam sekitar kalian sekarang nak , walaupun luasnya tidak seluas daratan yang pernah ada dalam peta ?.
Maafkan aku dan zamanku yang tidak bisa memberikan sesuatu yang maksimal kepada kalian. Aku di zamanku ini sempat putus asa untuk menjaga alam ini, karena pada saat itu banyak sekali kerusakan alam yang disebabkan orang- orang di zamanku. Bangunan- bangunan megah yang berdiri kokoh di atas ladang- ladang sawah dan hutan- hutan kami, perairan yang semakin keruh pada jamanku karena aneka polusi yang di produksi di jamanku, hingga sempat kami berpuasa lama sekali untuk tidak mengkonsumsi hasil laut dikarenakan polusi yang tinggi di lautan.
Banyak hal lain yang aku dan kawan- kawanku coba kerjakan untuk melakukan perbaikkan keseimbangan alam ini, namun memang cukup sulit selain kami harus melakukan usaha keras untuk menjaga hartu karun kalian ini, kami juga harus bertahan dengan kondisi alam saat itu, kami merasakan banjir yang terus menerus terjadi saat musim hujan, kekeringan yang panjang saat musim kemarau tiba, dan bagaimana sesaknya nafas dan panas yang tinggi saat itu. Sekali lagi ku katakan kami sempat putus asa, tapi kami yakin usaha kami tidak akan sia- sia, walaupun kecil. Aku yakin itu.
Beruntung, saat itu aku menemukan kawan- kawan yang memiliki visi yang sama di zamanku untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Aku berusaha merubah kebiasaan buruk ku mulai dari hal kecil, aku mencoba membiasakan diri membawa botol minum sendiri untuk mengurangi konsumsi sampah plastik kemasan, dan luar biasa kawan- kawan ku bersama- sama mengkampanyekannya dan akhirnya seluruh orang di zamanku mengurangi sampah kemasan, dan sekarang kau mungkin bisa kembali merasakan jernihnya mata air nak, tanpa sampah plastik berhamburan menutup permukaan tanah.
Dari hal- hal kecil yang kami lakukan saat itu, kami kemudian berusaha melakukan gerakan bersama untuk menyelamatkan oksigen di bumi ini sekaligus menjaga laut dengan bersama- sama menanam beribu- ribu pohon mangrove, dan setelah berpuasa lama untuk tidak makan hasil laut, akhirnya sumberdaya ikan kembali hidup. Walaupun memang kami tidak sempat merasakan hasilnya, tapi kami yakin kalian di zaman kalian bisa memetik hasilnya. Iya kan ?. Kalian bisa melihat berbagai jenis magrove di pesisir kan ?, kalian juga bisa membedakan beraneka macam jenis terumbu karang dan biota yang hidup di dalamnya kan ?. Indah bukan laut kita ?. Aku jadi ingin sama-sama menyelam jadinya.
Nak, Aku sungguh sangat bahagia, karena aku yakin apa yang aku dan kawanku lakukan akan kalian nikmati hasilnya. Walaupun memang tidak banyak yang bisa kami selamatkan karena kondisi yang menekan saat itu, tapi lagi- lagi aku yakin kalian akan bisa meneruskan perjuangan untuk menjaga alam ini, jangan sampai kalian terlena seperti orang- orang di zamanku yang akhirnya harus berjuang mati- matian untuk perbaikan alam ini karena harus membayar perbuatan sewenang- wenang yang kami kerjakan. Ingin rasanya diri ini berjuang bersama kalian.
"Alam ini bukan milik kita tapi pinjaman anak- cucuku" itulah ungkapan yang selalu jadi penyemangat dalam hidupku untuk menjaga alam ini.
Dan Sekarang, aku kembalikan lagi pinjamanku atas harta karun kalian. Terimakasih banyak