Mohon tunggu...
Bintang Nurrizki
Bintang Nurrizki Mohon Tunggu... Lainnya - Berbagi Sudut Pandang dan Informasi

S1 Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Chuck Feeney: Hidup Kaya untuk Mati Miskin

1 Oktober 2020   13:26 Diperbarui: 1 Oktober 2020   14:46 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan September 2020, sebuah lembaga filantropi telah menyelesaikan misinya, yaitu mendonasikan harta yang terkumpul untuk kebaikan masyarakat di dunia. Target atau bidang yang disasar oleh lembaga ini ialah kesehatan, pendidikan, kemanusiaan, dan teknologi. Lembaga filantropi tersebut dimulai sejak tahun 1982. Didirikan oleh seorang bilioner pada masa itu dan saat ini tidak hidup dengan keberlimangan harta kecuali sederhana. Lembaga tersebut bernama Atlantic Philantropies yang didirikan oleh Charles Feeney dengan 38,7% saham yang dimilikinya di DFS (Duty Free Shoppers). DFS merupakan perusahaan yang didirikan Feeney bersama rekannya, yaitu Robert Warren Miller pada tahun 1960.

Tidak banyak orang yang mengetahui sosok Charles Feeney. Namun, dua tokoh yang terkenal di dunia, Bill Gates dan Warren Buffet mengenal sosok tersebut dengan sangat baik. Bahkan Gates dan Buffet menjadikan Feeney sebagai sosok yang menginspirasi mereka dalam hal berbagai atau menyisihkan hartanya dengan jumlah yang sangat besar.

Feeneylah yang menginspirasi dua orang terkaya di dunia itu membuat The Giving Pledge, sebuah kampanye untuk mengajak orang-orang terkaya didunia untuk -setidaknya- menyisihkan setengah dari total hartanya untuk disumbangkan dan memberikan dampak yang besar bagi masyarakat yang membutuhkan. Feeney merupakan sosok yang 'kecil' nan sederhana jika berbaur dengan masyarakat, namun dampaknya begitu luas bagi masyarakat dunia, khususnya bagi negaranya sendiri.

Sosok Charles Feeney

Feeney lahir di New Jersey pada tahun 1931. Saat ini ia berumur 89 tahun. Tidak terlahir dari keluarga yang kaya raya. Ayahnya seorang pekerja biasa di perusahaan asuransi dan ibunya seorang perawat. Ia pernah menjadi angkatan udara Amerika Serikat saat Perang Korea dan mulai mengasah skill dagangnya saat ia menjual beer kepada angkatan laut du pelabuhan mediterania dengan harga bebas-pajak. Dan, pada tahun 1960, ia mendirikan Duty Free Shoppers bersama dengan Robert Warren Miller di bandara-bandara dan pelabuhan-pelabuhan internasional.

Seringkali, orang-orang yang memiliki kekayaan berlimpah akan masuk kedalam daftar 'orang-orang terkaya didunia' dengan nomor kesekian. Feeney bukanlah tipikal orang yang mengendapkan harta terlalu lama. Bahkan, bukan tipikal orang yang mengumbar segala kegiatan sosialnya di media cetak pada saat itu. Dua puluh tahun setelah ia mendirikan DFS, tahun 1982, ia menyumbangkan 7 juta dolar untuk pendidikan tinggi di Cornell University. Ditahun yang sama juga, ia mendirikan lembaga filantropinya sendiri yang bernama Atlantic Philantropies dengan uangnya sendiri dalam bentuk 38,7% kepemilkan sahamnya di DFS.

Semua berita tentang Feeney dan kegiatan sosialnya, 'tidak sengaja' tersebar ketika Feeney menjual kepemilikan sahamnya kepada LVMH atau kita kenal sebagai Louis Vuitton. Angka yang didapat oleh Feeney sebesar 1,6 miliar dolar. Dan, besaran angka tersebut dan dari mana sumber jumlah nya tidak bisa menghindari Feeney dari media.

Dalam sebuah cerita, yang diceritakan oleh Steven Bertoni, salah seorang editor Forbes, ia menggambarkan seorang Feeney saat berada di stasiun kereta Dublin Heuston, Irlandia. Feeney berpenampilan sangat sederhana. Turun dari kereta dan berperawakan sebagaimana seorang pria berumur 80an yang sangat renta. Berpegangan pada apapun yang bisa dijadikan sandaran saat berjalan dan memegang sebuah tas yang berisikan koran. Begitu sederhananya, sehingga sekitar tidak mengetahui sosok yang amat berjasa terhadap dunia dan negaranya sendiri melalui harta yang ia sumbangkan. Begitulah sosok Feeney. Tidak dikenal namun berdampak bagi sekitar.

CEO Atlantic Philantropies, Chris Oechsli juga pernah menceritakan bahwa pernah suatu kali Feeney berjalan melewati perumahan elit dan ia tidak menunjukan ketertarikannya terhadap hunian tersebut. Dan ia berkata, 'Saya tidak pernah mencoba untuk tinggal dalam hunian tersebut karena saya tau bahwa saya tidak akan suka tinggal disana'.

Kesederhanaannya tidak melalaikan tanggung jawabnya sebagai orang tua dari kelima anaknya. Mereka semua diberikan harta dan istrinya pun juga. Dan, saat ini ia tinggal bersama istri keduanya, meninggalkan istri pertamanya, disebuah apartemen yang ia sewa. Bahkan ia tidak memiliki mobil dan rumah untuk ditinggali. Ia bisa tinggal di sebuah rumah yang dimiliki atas nama lembaga filantropinya atau di apartemen anaknya di New York.

Keinginan Feeney untuk terus memberi, terinspirasi dari esai yang ditulis oleh Andrew Carniege yang berjudul The Gospel of Wealth. Diantara isi dari esai tersebut ialah 'mati kaya ialah mati dengan tidak terhormat'. Feeney pernah mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki harta banyak memiliki kewajiban atau tanggung jawab. Ia juga menambahkan, 'And the world is full of people who don't get enough to eat.'. Maka dari itu, ia berjuang untuk mendonasikan hampir seluruh hartanya untuk misi kemanusiaan dan melihat langsung bagaimana donasi tersebut dapat memberikan dampak yang besar. Atas dasar itulah, misi untuk berbaginya ia tuangkan dalam Atlantic Philantropies dengan slogan Giving While Living.

"I had one idea that never changed in my mind --- that you should use your wealth to help people. " (Chuck Feeney)

Atlantic Philantropies

Feeney mendirikan lembaga filantropi ini melalui tangannya sendiri. Ia mendirikan Atlantic Philantropies dari 37,5% kepemilikan sahamnya di DFS. Kemudian, pada tahun 1982, tahun yang sama dimana ia mendirikan Atlantic Philantropies, Feeney melakukan hibah atau donasi pertamanya ke Cornell University sejumlah 7 juta dolar dan total sudah mencapai 937 juta dolar. 

Ia tidak pernah mencantumkan namanya dalam kegiatan donasi kecuali nama Atlantic Philantropies sebagai lembaga yang melakukan kegiatan tersebut. Ia selalu meyakinkan orang-orang yang berada dilembaga tersebut untuk 'bersembunyi' dari media dalam setiap kegiatannya. Ia melakukan hal tersebut hanya karena ingin melakukannya, bukan karena sumber dana atau hal-hal negatif lainnya yang menyebabkan ia selalu menyembunyikan kegiatan Atlantic Philantropies dari media. 'Sulit dijelaskan', begitu ia sampaikan. Namun, saat ini ia mulai terbuka karena sebab yang tidak ia inginkan, namun karena sudah terlanjur terpublikasi apa yang sudah ia lakukan dengan hartanya. 

Atlantic Philantropies telah mendonasikan total lebih dari 8 miliar dolar! 

Feeney lebih senang mendonasikan ketika ia masih hidup dan bisa melihat langsung bagaimana dampaknya daripada ia menggunakan uang tersebut untuk hal yang tidak ia butuhkan. Feeney bukan tipikal orang yang senang menaiki kendaraan dengan kelas satu, rumah mewah, atau mobil mewah. Ia senang dengan kesederhanaannya menaiki kendaraan umum, bis umum, dan kelas ekonomi. Ia menikmati itu semua. Ia pun menyampaikan bahwa kebutuhan kita dalam menggunakan uang tidak sebanyak uang yang kita miliki. 

Lembaga filantropi ini memiliki misi khusus dengan memfokuskan donasinya kepada bidang-bidang tertentu seperti kesehatan, pendidikan, kemanusiaan, dan teknologi. Dari total lebih dari 8 miliar dolat, Atlantic Philantropies telah berkontribusi kepada peningkatan fasilitas kesehatan publik di Vietnam, membantu biaya operasi anak-anak yang lahir dengan kondisi cacata seperti cleft palates, menebus pembebasan atas dakwaaan terhadap terdakwa yang dijatuhi hukuman mati, fasilitas dan infrastruktur pendidikan dasar dan perguruan tinggi baik di Irlandia maupun negara lain, dan masih banyak lagi. 

Ia menghabiskan seluruh hartanya, diluar dari kelima anak dan istrinya, untuk kegiatan donasi melalui lembaga filantropi yang didirikannya dengan tidak mencantumkan namanya. Namun, besarnya angka dan waktu tidak bisa menutupi itu semua. Sehingga, publik mengetahui bagaimana Feeney memperlakukan kekayaannya. Atlantic Philantropies merencanakan untuk menyudahi misinya di tahun 2020 dan sampailah bulan September ini Feeney mengakhiri misinya di umur yang ke 89 tahun. 

"Chuck created a path for other philanthropists to follow. I remember meeting him before starting the Giving Pledge. He told me we should encourage people not to give just 50%, but as much as possible during their lifetime. No one is a better example of that than Chuck. Many people talk to me about how he inspired them. It is truly amazing." (Bill Gates)

Feeney telah menjadi gambaran bagi kita bahwa hidup kaya tak berarti mati dengan bergelimang harta. Setiap orang didunia saat ini terhipnotis dengan Bill Gates, Jeff Bezos, Warren Buffet, dan deretan orang terkaya lainnya baik nasional maupun internasional. Namun, Feeney hadir dengan kontradiksi bagaimana kehidupan seorang bilioner yang selama ini kita lihat di media. Kehadirannya seperti orang biasa. Namun, dampak yang ia berikan dari hartanya begitu luar biasa. Tidak hanya untuk negaranya sendiri tapi seluruh dunia. 

Begitulah sosok Feeney. Ternyata, menjadi kaya merupakan sebuah keharusan. Keharusan untuk menanggung tanggung jawab bahwa masih banyak yang membutuhkan uluran tangan. Menjadi kaya bukan berarti bermewah-mewahan.

Tidak salah hidup mewah dengan harta yang selama ini kita usahakan. Namun, jika anda melihat keteladanan dalam diri Feeney dan anda menjadikannya sebagai role model. Maka, cara terbaik dari melihat keteladanan adalah bertindak sesuai dengan apa yang kita teladani.

Sumber :

1. Forbes, Chuck Feeney: The Billionaire Who Is Trying To Go Broke

2. Forbes, The Billionaire Who Wanted To Die Broke . . . Is Now Officially Broke

3. Theguardian, Billionaire Chuck Feeney achieves goal of giving away his fortune

4. BBC, The billionaire who gave it all away

5. https://www.atlanticphilanthropies.org/

6. Wikipedia, Chuck Feeney

7. Wikipedia, Duty Free Shoppers

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun