Keinginan Feeney untuk terus memberi, terinspirasi dari esai yang ditulis oleh Andrew Carniege yang berjudul The Gospel of Wealth. Diantara isi dari esai tersebut ialah 'mati kaya ialah mati dengan tidak terhormat'. Feeney pernah mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki harta banyak memiliki kewajiban atau tanggung jawab. Ia juga menambahkan, 'And the world is full of people who don't get enough to eat.'. Maka dari itu, ia berjuang untuk mendonasikan hampir seluruh hartanya untuk misi kemanusiaan dan melihat langsung bagaimana donasi tersebut dapat memberikan dampak yang besar. Atas dasar itulah, misi untuk berbaginya ia tuangkan dalam Atlantic Philantropies dengan slogan Giving While Living.
"I had one idea that never changed in my mind --- that you should use your wealth to help people. " (Chuck Feeney)
Atlantic Philantropies
Feeney mendirikan lembaga filantropi ini melalui tangannya sendiri. Ia mendirikan Atlantic Philantropies dari 37,5% kepemilikan sahamnya di DFS. Kemudian, pada tahun 1982, tahun yang sama dimana ia mendirikan Atlantic Philantropies, Feeney melakukan hibah atau donasi pertamanya ke Cornell University sejumlah 7 juta dolar dan total sudah mencapai 937 juta dolar.Â
Ia tidak pernah mencantumkan namanya dalam kegiatan donasi kecuali nama Atlantic Philantropies sebagai lembaga yang melakukan kegiatan tersebut. Ia selalu meyakinkan orang-orang yang berada dilembaga tersebut untuk 'bersembunyi' dari media dalam setiap kegiatannya. Ia melakukan hal tersebut hanya karena ingin melakukannya, bukan karena sumber dana atau hal-hal negatif lainnya yang menyebabkan ia selalu menyembunyikan kegiatan Atlantic Philantropies dari media. 'Sulit dijelaskan', begitu ia sampaikan. Namun, saat ini ia mulai terbuka karena sebab yang tidak ia inginkan, namun karena sudah terlanjur terpublikasi apa yang sudah ia lakukan dengan hartanya.Â
Atlantic Philantropies telah mendonasikan total lebih dari 8 miliar dolar!Â
Feeney lebih senang mendonasikan ketika ia masih hidup dan bisa melihat langsung bagaimana dampaknya daripada ia menggunakan uang tersebut untuk hal yang tidak ia butuhkan. Feeney bukan tipikal orang yang senang menaiki kendaraan dengan kelas satu, rumah mewah, atau mobil mewah. Ia senang dengan kesederhanaannya menaiki kendaraan umum, bis umum, dan kelas ekonomi. Ia menikmati itu semua. Ia pun menyampaikan bahwa kebutuhan kita dalam menggunakan uang tidak sebanyak uang yang kita miliki.Â
Lembaga filantropi ini memiliki misi khusus dengan memfokuskan donasinya kepada bidang-bidang tertentu seperti kesehatan, pendidikan, kemanusiaan, dan teknologi. Dari total lebih dari 8 miliar dolat, Atlantic Philantropies telah berkontribusi kepada peningkatan fasilitas kesehatan publik di Vietnam, membantu biaya operasi anak-anak yang lahir dengan kondisi cacata seperti cleft palates, menebus pembebasan atas dakwaaan terhadap terdakwa yang dijatuhi hukuman mati, fasilitas dan infrastruktur pendidikan dasar dan perguruan tinggi baik di Irlandia maupun negara lain, dan masih banyak lagi.Â
Ia menghabiskan seluruh hartanya, diluar dari kelima anak dan istrinya, untuk kegiatan donasi melalui lembaga filantropi yang didirikannya dengan tidak mencantumkan namanya. Namun, besarnya angka dan waktu tidak bisa menutupi itu semua. Sehingga, publik mengetahui bagaimana Feeney memperlakukan kekayaannya. Atlantic Philantropies merencanakan untuk menyudahi misinya di tahun 2020 dan sampailah bulan September ini Feeney mengakhiri misinya di umur yang ke 89 tahun.Â
"Chuck created a path for other philanthropists to follow. I remember meeting him before starting the Giving Pledge. He told me we should encourage people not to give just 50%, but as much as possible during their lifetime. No one is a better example of that than Chuck. Many people talk to me about how he inspired them. It is truly amazing." (Bill Gates)
Feeney telah menjadi gambaran bagi kita bahwa hidup kaya tak berarti mati dengan bergelimang harta. Setiap orang didunia saat ini terhipnotis dengan Bill Gates, Jeff Bezos, Warren Buffet, dan deretan orang terkaya lainnya baik nasional maupun internasional. Namun, Feeney hadir dengan kontradiksi bagaimana kehidupan seorang bilioner yang selama ini kita lihat di media. Kehadirannya seperti orang biasa. Namun, dampak yang ia berikan dari hartanya begitu luar biasa. Tidak hanya untuk negaranya sendiri tapi seluruh dunia.Â
Begitulah sosok Feeney. Ternyata, menjadi kaya merupakan sebuah keharusan. Keharusan untuk menanggung tanggung jawab bahwa masih banyak yang membutuhkan uluran tangan. Menjadi kaya bukan berarti bermewah-mewahan.
Tidak salah hidup mewah dengan harta yang selama ini kita usahakan. Namun, jika anda melihat keteladanan dalam diri Feeney dan anda menjadikannya sebagai role model. Maka, cara terbaik dari melihat keteladanan adalah bertindak sesuai dengan apa yang kita teladani.