Perlu dicatat bahwa Flores, sebagai lokus spesifik proyek ini, menjadi salah satu kawasan yang cukup progresif dalam rentetan kejadian gempa dari skala sedang hingga yang paling besar tercatat pada Desember 1992.
Ama dan Rio berkarya dengan penuh kesadaran bahwa selama ini, data sains tentang catatan seismik pergerakan bumi seringkali dianggap hanya jadi milik segelintir kelompok, khususnya para peneliti.
"Padahal, data itu tumbuh dan hidup. Pergerakan tanah yang terus terjadi akibat generator gempa yang berada di Flores membuat data itu dianggap tidak bernyawa. Kami mencoba melihat kemungkinan baru atas pembacaan data kegempaan menjadi lebih ramah untuk diajak berkomunikasi." Ujar Ama.
"Bunyi Tanah" merupakan sebuah upaya baru yang baik untuk merawat ingatan tentang bencana alam. Ingatan-ingatan itu kemudian akan membangun relasi manusia dengan tanah tempatnya dipijak.Â
Setelah pameran R-IBB selesai, Ama dan Rio akan mulai fokus untuk pengerjaan microsite "Bunyi Tanah". Tentu hal itu akan menciptakan jejak yang signifikan bagi seni penciptaan sekaligus upaya mitigasi bencana di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H