Idealnya memang, kecakapan yang dimiliki masyarakat berjalan seiring dengan etika penggunaan teknologi informasi. Namun jika ditilik lebih jauh lagi, kita tidak bisa menggolongkan kejahatan virtual sebagai sekadar persoalan etika saja.Â
Ada berbagai faktor lain yang mendorong orang untuk semakin giat belajar teknologi untuk berbuat kejahatan, salah satunya adalah problem kemiskinan struktural dan kesenjangan sosial.
Hal paling personal yang dapat dilakukan oleh masyarakat terkait kejahatan virtual adalah giat mempelajari segala macam kemungkinan kejahatan dan meningkatkan kewaspadaan. Orang lain bisa berbuat kejahatan, tetapi paling tidak, benteng pada diri kita sudah kuat untuk menghadapinya.
Dalam berbelanja online, ada beberapa tips yang bisa dipegang untuk membentengi diri dari penipuan dan kejahatan,
- Gunakan filter pada e-commerce, hanya sertakan toko terpercaya dan bernilai tinggi
- Tidak usah ragu untuk bertanya atau menanyakan kondisi asli barang dan kebiasaan packing penjual. Seringkali gambar yang disertakan bukan merupakan gambar promosi belaka, atau kalau barangnya bagus, packing yang tidak baik merusak barang dalam perjalanan. Memperoleh informasi tentang kondisi asli barang adalah hak konsumen.
- Jika berbelanja di Instagram, perhatikan paling tidak dua langkah berikut,
- Perhatikan jumlah followers dan likes pada setiap postingannya. Kalau jumlah followersnya jutaan tapi likes hanya 4-5 akun, itu sangat mencurigakan, bukan?
- Baca informasi pada bagian informasi akun yang tersedia. Biasanya, akun toko online palsu sangat sering berganti nama dan foto. Suatu hari mereka bisa jadi toko daster, besoknya jadi toko sepatu impor, besoknya bisa berganti lagi jadi toko tanaman hias. Begini caranya,
Pertama, klik titik tiga di pojok kanan atas akun yang dimaksud, kemudian klik pada bagian "about this account".
Pada menu tersebut, akan ditemukan riwayat akun, lengkap dengan penggantian nama akun Instagram (jika pernah). Pada bagian inilah dapat ditemukan kejanggalan-kejanggalan jika memang akun digarap secara tidak wajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H