Tak butuh waktu lama bagi saya untuk mendapatkan kepastian waktu untuk mendapat vaksin covid. Setelah mendaftarkan diri secara digital, saya mendapat info bahwa tanggal 7 April pukul 10.00 WIB, saya bisa langsung datang ke Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung untuk memperoleh Vaksin CoronaVac dari Sinovac Biotech Ltd.
Di Gymnasium, digunakan dua lantai penuh untuk seluruh proses pengecekan administrasi dan vaksinasi. Di ruang pertama, di lantai dasar, saya mengantri untuk menandatangani nama serta NIK, kemudian diberi sebuah kertas berwarna dan selembar kertas berisi data diri. Kertas berwarna itulah yang menentukan warna meja penanganan: meja hijau, merah, kuning, biru, dsb.
Saya, yang mendapat kertas merah mengantri untuk melakukan pengecekan identitas. Vaksinasi yang saya ikuti ditujukan untuk seniman dengan KTP Bandung Raya. Tahap ini memastikan agar nama terdaftar dan NIK-nya sesuai dengan orang yang datang.
Pengecekan kesehatan dasar sangat menentukan bagi pemberian vaksin covid. Seorang yang saya kenal sudah dua kali mengalami gagal melalui screening karena tekanan darahnya terlalu tinggi untuk mendapat vaksinasi. Seorang kawan saya yang berbeda kota pun mengalami gagal vaksin karena angka gula darahnya mencapai 300. Untungnya, di tahap ini, saya aman. Tekanan darah yang biasanya sangat rendah, ketika itu berada di batas aman.
"Rileks, ya." Ujar pemberi vaksin perempuan yang mengusap-usap lengan saya dengan alcohol swab. Tak berapa lama,
"Ya, tarik nafas panjang..." penyuntikkan pun dilakukan di waktu yang singkat. Informasi yang saya dapat, CoronaVac berisi virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif lagi. Penyuntikan vaksin akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga tidak terjadi infeksi Covid-19. (Sumber)
Setelah tahap penyuntikkan, saya keluar dari bilik dengan membawa kertas yang membuktikan bahwa saya sudah mendapat vaksin. Saya disambut seorang petugas pamong praja yang memberi saya sebuah air mineral botol.
Tahap berikutnya, saya harus mengantri untuk melaporkan diri dan mendapat pengarahan di meja observasi.
"Bagaimana, apa ada keluhan?" Tanya petugas di meja itu.
"Tidak ada." Jawab saya. Petugas tersebut mewajarkan.
"Setiap orang pasti berbeda." Katanya. Efek samping yang muncul pada orang kebanyakan adalah nafsu makan meningkat, mengantuk lebih sering, dan demam ringan.
"Kalau ada demam, boleh minum paracetamol, ya. Jangan antibiotik." Selain soal efek samping, saya mendapat info lain terutama tentang anjuran makan sehat dan perawatan tempat penyuntikan di lengan.
"Boleh mandi seperti biasa." Ujar sang petugas.
Kini, tiga hari setelah vaksinasi, saya tidak merasakan satu pun gejala efek samping yang disebutkan perawat di gymnasium. Mungkin karena sebelum vaksin pun, nafsu makan saya sudah tinggi dan ngantukan, ya... Makanya jika pun ada perubahan, tidak terlalu terasa.
Tanpa diprediksi sebelumnya, setelah vaksin, saya malah merasa lebih sering merasa haus. Konsumsi air putih menjadi sangat banyak. Inikah efek samping vaksin covid?
Terdapat kemungkinan bahwa rasa haus berlebih merupakan reaksi psikologis akibat vaksinasi. Ketua Komnas PP KIPI Profesor Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp. A(K), M. TropPaed menyatakan bahwa gejala semacam itu juga terjadi saat tengah menjalani ujian yang membuat berulang kali ke toilet, atau putus cinta yang menyebabkan tidak nafsu makan. (Sumber)
Lepas dari reaksi psikologis atau medis, paling tidak, "efek samping" ini tidak merugikan tubuh saya.
Sementara itu, nenek saya, yang mendapat vaksin CoronaVac untuk lansia sehari setelah saya, menahan diri agar tidak memakan tapai ketan favoritnya yang tersedia di kulkas. Beliau mendapat informasi bahwa orang yang baru saja disuntik vaksin covid tidak boleh mengkonsumi makanan atau minuman yang telah melalui proses fermentasi.
Awalnya saya percaya, tapi ketika menyusun tulisan tentang vaksin Covid ini, saya mencari kebenaran kabar tersebut. Disangkal oleh ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto melalui kompas.com, vaksin covid dengan konsumsi makanan fermentasi tidak ada kaitannya. (Sumber)
Di tengah gencarnya pemenuhan vaksinasi bagi seluruh masyarakat Republik Indonesia, kabar bohong seperti ini sering ditemukan. Supaya kita tidak beroleh kerugian, sebaiknya cek fakta sebelum percaya pada berita yang ada kaitannya dengan vaksin, ya. Biar bagaimanapun, perkara vaksin adalah perkara medis yang membutuhkan logika dan kompetensi tertentu.
Pengalaman saya untuk memperoleh vaksin covid dengan merk vaksin CoronaVac dari SinoVac Biotech Ltd di tahap pertama berlangsung mulus. Vaksin covid berikutnya akan saya peroleh pada awal Mei 2021 di tempat yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H