Mohon tunggu...
Aura
Aura Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Menulis supaya tidak bingung. IG/Threads: aurayleigh

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kaesang-Felicia-Nadya Arifta: Gara-Gara "Ghosting", Banyak yang Lupa tentang "Body Shaming"

8 Maret 2021   11:25 Diperbarui: 20 Maret 2021   06:37 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa jam terakhir, tren isu ghosting yang merujuk pada relasi romantik Kaesang Pangarep dengan Felicia Tissue, serta membawa nama Nadya Arifta-- meningkat pesat.

Beberapa media online besar memberitakan isu tersebut secara berkala, didasarkan pemantauan jurnalis pada akun media sosial milik ibu dan teman sekolah Felicia. Hal tersebut membuat pengguna media sosial saling melempar opininya masing-masing tentang sosok Kaesang, Felicia, maupun Nadya secara pribadi maupun kecocokan antara Kaesang-Felicia atau Kaesang-Nadya.

Isu ghosting pada dasarnya merupakan isu di ranah etika dalam menjalin relasi. Mengutip kompas.com, ghosting terjadi ketika seseorang memutuskan semua komunikasi tanpa penjelasan. (Sumber) Maka, merujuk pada pemaknaan tersebut, ghosting erat kaitannya dengan perilaku.

Siapapun bisa melakukan ghosting atau jadi korbannya. Namun pada beberapa circle, tanpa disadari, isu Kaesang-Felicia-Nadya Arifta telah bergeser dari ranah etika atau perilaku ke ranah fisik.

Banyak pengguna sosial media yang membandingkan rupa fisik Nadya Arifta dengan Felicia Tissue -- mulai dari bentuk ungkapan terselubung, hingga ungkapan blak-blakan dan frontal.

Saya menyalin dua opini singkat dari status Facebook para pengguna sosial di friendlist saya. Nama para komentator ini sengaja saya samarkan.

Tante juga keturunan jawa sih, tapi seleranya ga bude2 juga (Akun Facebook DK (akun alter))

Padahal burik gitu anjir soksokan jd org ketika wkwkk pelet in the house yooo (Akun Facebook D (akun asli))

Tak hanya ditemukan sekarang, dalam beberapa kesempatan di beberapa isu lain, rupa fisik seringkali menjadi sasaran pengguna media sosial.

Apakah dalam isu ini, istilah "ghosting" telah melenyapkan istilah "body shaming" yang sempat menghangat beberapa waktu yang lampau? Mari kita mengingat kembali.

Body shaming adalah perilaku menjelek-jelekkan dan mengomentari penampilan fisik orang lain dengan tujuan untuk mencairkan suasana, mengundang gelak tawa, iseng, atau memang ingin menghina. (Sumber)

Di era internet ini, body shaming dilakukan di ruang-ruang publik yang global. Maka, perilaku tersebut tidak hanya akan berpengaruh bagi orang yang dituju, melainkan orang-orang yang membacanya juga.

Dalam isu Kaesang, sebagian besar komentar tertuju pada Nadya Arifta tentang rupa fisiknya yang dibanding-bandingkan dengan Felicia. Tentu hal ini buruk bagi Nadya dan semua orang yang membacanya.

Jika rupa fisiknya dianggap oleh beberapa pihak sebagai "kelihatan lebih tua dari usianya" atau "kurang cantik", tentu akan berpotensi menurunkan kepercayaan diri banyak orang yang membacanya.

Menurut saya, hal itu tidak ada bedanya dengan kalimat body shaming yang lazim didengar seperti "wah, kamu tambah mekar ya," atau "kamu kok jerawatan gitu?"

Ada satu hal penting yang kita sering lupakan ketika bergiat di media sosial. Setiap orang punya pengalaman berbeda dalam hidupnya. Sebelum komentar tentang "badan yang mekar" atau "banyak jerawat" itu terlontar, tentu si komentator tidak punya bayangan tentang hidup si mekar atau si jerawat. Si komentator hanya punya daya untuk melihat dengan matanya, tidak dengan hatinya. Bisa jadi, "si mekar" atau "si jerawat" adalah seorang penderita binge eating disorder yang sedang mengalami fase sulit dalam hidupnya. (Sumber) Terdapat ribuan macam kemungkinan dalam pengalaman hidup seseorang -- buruk dan baik, sakit dan senang, stress dan bahagia -- sebelum akhirnya kita menyaksikan kemunculannya di media sosial.

Sekali lagi, ghosting merupakan perkara perilaku. Pun halnya dengan istilah lain yang muncul pada isu Kaesang Pangarep, Felicia Tissue, dan Nadya Arifta ini, yaitu pelakor atau orang ketiga. Maka komentar atau kritik yang tepat adalah pada ranah perilaku pula, bukan fisik.

Kritik terhadap perilaku seseorang yang sudah terbukti kurang baik dan merugikan bisa dijadikan pembelajaran bersama, supaya relasi dengan orang lain menjadi lebih menguntungkan satu sama lain, nyaman, dan membahagiakan. Dan kritik terhadap perilaku akan lebih baik jika dibandingkan dengan komentar singkat nan serampangan yang dampaknya bisa fatal bagi kesehatan mental orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun