Kritik (critics) berasal dari krites, sebuah istilah Yunani kuno yang bermakna "hakim". Jenis kritik pertama terjadi dalam proses penciptaan puisi. Puisi disusun, penyair membuat penilaian tertentu tentang tema dan teknik yang hendak digunakan dalam syairnya, respon para pendengarnya---baik setuju maupun tidak, serta dalam kaitannya dengan pendahulunya dalam tradisi lisan atau teks. Ya, tindakan kreatif juga sebetulnya merupakan tindakan kritis yang melibatkan inspirasi, penilaian diri, refleksi, dan penilaian.
Jenis kesenian yang sifatnya penuh kesadaran mencakup pula rhapsode atau penyanyi profesional. Rhapsode melibatkan elemen penafsiran. Ia biasanya menampilkan syair-syair yang belum diciptakan dan merupakan seni yang sangat sadar diri dan interpretatif.
Beberapa gubahan terkenal seperti The Merchant of Venice (Shakespeare) dan Iliad atau Odyssey (Homer) dapat ditafsirkan dengan berbagai macam gaya---tergantung persepsi kita tentang watak dan situasi.
Hal tersebut juga berlaku bagi pertunjukan puisi liris. Syair-syair dipertunjukan dengan berbagai cara, dengan beragam efek. Dalam setiap pertunjukan diutamakan kesadaran penuh dan penilaian kritis.
Dalam pengertian luas, kritik sastra dimulai sekitar 800 tahun sebelum kelahiran Kristus. Di era itu tersebutlah penyair epik Homer dan Hesiod, penyair lirik Arkhilokhos, Ibykos, Alkaios, dan Psapfo. Periode klasik muncul sekitar 500 SM, ketika dramawan dan filsuf besar seperti Euripides, Aiskhulos, dan Sofokles; Sokrates, Platon, dan Aristoteles, the school of rhetoric, dan terbitnya fajar demokrasi dan kekuatan Athena.
Setelahnya, ada periode Helenistik yang di bawah naungannya penyebaran budaya Yunani berlangsung sangat cepat lewat sebagian besar Mediterania dan Timur Tengah.
Penyebaran ini dipercepat oleh penaklukan Alexander Agung, dan berbagai dinasti yang didirikan oleh para jenderalnya setelah kematiannya pada 323 SM. Di wilayah yang dihuni para Helenis, terdapat budaya kelas penguasa---yang menggunakan dialek sastra umum dan sistem pendidikan umum.
Kota Aleksandria di Mesir---didirikan oleh Alexander pada 331 SM---menjadi pusat ilmu pengetahuan. Aleksandria memiliki perpustakaan, museum besar, dan menjadi tuan rumah bagi penyair dan ahli tata bahasa terkenal seperti Kallimakhos, Apollonios Rhodios, Aristarkhos, serta Zenodotus.
Kita dapat mengetahui figur-figur itu melalui karya Suetonius (sekitar 69--140 AD), yang menulis sejarah awal sastra dan kritik.
Periode Helenistik dalam catatan sejarah pada umumnya dikatakan berakhir dengan pertempuran Aktion pada 31 SM. Ketika itu, Mesir sebagai sisa kekaisaran Alexander dianeksasi oleh republik Romawi yang semakin kuat dan berkembang.
Setelah kemenangan di Aktion, seantero Romawi berada di bawah tampuk pemerintahan tunggal keponakan Julius Caesar, Oktavianus---yang beberapa tahun kemudian dianugerahi gelar Augustus oleh Senat Romawi.