Mohon tunggu...
AAA^NhuzQ
AAA^NhuzQ Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

HUAHAHAHAHAH, GARA2 NULIS ARTIKEL KOMPASIANA KLIKNYA DIBAWAH 200 KLIK AKUN GUA DISUSPENDED, HAHAHAHAHAHAHAHA \n\n\n\n\n\n\n\n\n Untuk melihat profile, klik disini : \n\n\n https://www.orang-gantenk.co.id \n\n\n\n\n\n\n\n\n \n\n\n\n\n\n\n\n\n Atau, klik disini : \n\n\n https://www.orang-koplax.co.id \n\n\n\n\n\n\n\n\n \n\n\n\n\n\n\n\n\n Atau, klik disini : \n\n\n https://www.orang-ndlahom.co.id \n\n\n\n\n\n\n\n\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kalau Polisi Tidak Berani Nembak, Pakai Rok Saja

28 Oktober 2016   15:52 Diperbarui: 30 Oktober 2016   09:40 3650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau Polisi Tidak Berani Nembak, Pakai Rok Saja

***

"Saya sudah perintahkan pelaku kejahatan yang macam-macam tembak saja. Kita punya prosedurnya. Kalau kapolres tidak berani tegas, saya minta istrinya untuk mengukur lingkar pinggangnya dan celananya diganti pakai rok," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Mochamad Iriawan dalam acara silaturahim dengan pimpinan partai politik dan tim sukses cagub-cawagub DKI di Main Hall, Polda Metro Jaya, Kamis (27/10/2016).

"Bagi yang mengacaukan Ibu Kota akan kami lakukan itu (tembak di tempat)," ujar Iriawan.

Itu adalah cuplikan berita di media  KOMPAS.com  dan   TRIBUNJABAR.CO.ID  hari kemarin.

*

Sebuah berita yang menarik, karena ucapan bapak Kapolda yang tentunya menggelitik anak buahnya.

Dimana letak menggelitiknya ?

Ya, tentu saja pada kalimat “celananya diganti pakai rok”.

Ini sebuah kalimat unik menggelitik karena mengandung sebuah makna “tantangan” yang ngeri-ngeri sedap bagi anak buah beliau.

Ngeri-ngeri sedapnya dimana ?

Ngeri-ngerinya disuruh pakai rok, jika ndak bisa bertindak tegas terhadap pembuat kerusuhan menjelang Pilkada ini.

Sedapnya polisi diberi hak untuk menembak bagi siapa saja yang nekat membuat kerusuhan dan menolak ditangkap, meski hanya diperbolehkan menembak ke arah batas pinggang ke bawah. Sedapnya juga, para si pak Polisi itu punya kesempatan mengaplikasikan keahliannya menembak pada sasaran yang dianggap musuh (orang nekat rusuh), dan bukan hanya sekedar sasaran tembak pada latihan-latihan di lapangan tembak saja. Yang tentu sekaligus bisa menggunakan pelor-pelor tajam pula, peluru yang selama ini hanya disimpan di magazen doang.  

Dan semua itu hanya berlaku jika ada yang nekat membuat kerusuhan saja, jika tidak ada ya aman-aman sentosa sejahtera bahagia gembira ria saja. Tidak perlu menembak maupun tidak harus jadi lelaki pakai rok.

*

Seperti kita ketahui menjelang perhelatan pilkada DKI 2017 ini, suhu dan hawanya provokasi, nada ancam-mengancam sudah mulai terlihat liar dan norak tingkah polah lakunya.

Seolah negara ini negara yang berlaku sistem bar-barian dan negara ini milik nenek moyang sekelompok kecil yang merasa diri “berani bersuara keras, lantang dan berlagak bak preman kampung”.

Dan mereka ini seakan menganggap negara ini tidak memiliki aturan dan tidak memiliki hukum, sehingga kelakuan-kelakuan mereka ini menganggap Polisi dan Tentara yang berhak menjaga kedamaian dan ketentraman masyarakat dianggapnya tidak ada.

Siapa-siapa mereka ini ?

Tidak usah malu-malu dan sungkang-sungkan untuk menyebutnya.

Kelompok FPI wahabian, kelompok HTI, FUI dan IM lah mereka-mereka itu.

Tidak suka disebut-sebut ?!

Mau marah ?!

Silahkan saja kalau mau marah, emang gue pikirin!

Siapa yang beberapa hari lalu melakukan demo masa dengan teriakan-teriakan yel-yel “bunuh Ahok” kalau Polisi ndak mau nangkap Ahok, “seret Ahok” ke sel penjara, dst, dst, dst…

Siapa itu? adakah kelompok-kelompok selain yang saya sebut itu melakukannya ?

Apakah itu bukan kelakuan bar-barian  dan melecehkan aparat yang berwenang ?

Kalau saya nyebutnya sih malah lebih nyadis, itu sebuah kelakuan biadab dan tidak memiliki norma dan martabat sebagai warga masyarakat yang normal.

Saya bukan pendukung Ahok, dan saya tidak membela Ahok, jika memang dia dianggap bersalah, kenapa tidak diserahkan pada aturan negara yang berlaku ?!

Bukannya kayak manusia-manusia kutub yang hidup dijaman dinosaurus dan tidak mengenal peradaban umat manusia saja.

Bahkan kelakuan-kelakuan biadab yang menebar provokasi juga dicoba ditebar di media Komopasiana ini, dengan mengunggah tulisan-tulisan provokatif  “akan terjadi demo dan kerusuhan besar di Jakarta pada 4 November nanti”,  yang cenderung ingin menciptakan  suasana intimidasi psikologi media agar tertular virus keresahan dan ketakutan di media viral.

Emange semua pengguna medsos anak kemarin sore ?! sehingga mudah ditakut-takuti dan diintimidasi provokatif ?!

Kalau yang di Kompasiana ini, artikel pendukung kelompok-kelompok ini, saya tanggapi sambil leyeh-leyeh  ngopi  dan udud-udud ngerokok, dan aku lempari komentar berikut ini :

-------

Aku hanya nunggu kaum WAHABI HTI IM FPI FUI sekalian PKS, membuat gerakan dan aksi kerusuhan, supaya legalitas untuk menumpasnya lebih beralasan sesuai dg UU yg berlaku, meski harus mengulang tragedi pembantaian macam kasus tragedi PKI pun ndak masalah.

aku ora pernah moco artikel2 sampah pendukung kelompok itu

komen ini hanya pesan buat kaum kalian itu untuk segera mengeluarkan nyalinya membuat aksi kerusuhan.

dan aku selalu ada, setiap saat kapan pun kalian beraksi aku sangat siap untuk menyambut aksi kalian. sekalipun harus ada ceceran darah dan gelimpangan regangan nyawa.

silahkan lakukan, aku tunggu.

-------

Simpel kan menghadapi mereka pendukung-pendukung kelompok itu yang sudah masuk di Kompasiana ini ?!

Toh mereka hanya mampu keras dan gedhe di omongan doang, selebihnya, mereka hanyalah para lelaki pemakai rok istrinya dan takut melihat ceperan darah di lengannya ketika tergores oleh tajamnya silet, setajaaaam siiiiiletzzzzz.

Getthooh  Sadjah  Koh  Revolt.

Selamat Hari Sumpah Pemuda !

***

Salam Ganteng Selalu

AAA^^^NhuzQ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun