Mohon tunggu...
Guntur T Haryaji
Guntur T Haryaji Mohon Tunggu... -

Saya seorang manusia biasa, berasal dari setetes air. Apalah arti ilmu jika tidak bisa mendatangkan manfaat?? Apalah arti jabatan jika tidak bisa memberi maslahat bagi ummat?? Kita berasal dari ketiadaan, dan kelak akan kembali tiada untuk berjumpa dengan-Nya dan mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita, yang baik maupun yang buruk, yang rahasia maupun secara terang-terangan. Dan kelak semua yang kita miliki dan kita bangga-banggakan di dunia, tak kan bermanfaat apa-apa ketika di akhirat, kecuali amal sholeh yang ikhlas.\r\n\r\nAku bukan siapa-siapa. Hanya hamba Allah, yang kebetulan pernah dikasih kesempatan belajar di sebuah Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Depok yang tidak begitu terkenal ( Karena tidak masuk 10 besar rangking dunia ). Apalagi kalau sudah dikubur, juga tidak akan ditanyakan oleh Malaikat Munkar dan Nakir. Terima kasih sudah mampir dan membaca serta berkenan memberikan komentar pada coretan-coretan saya yang "belum" berkualitas ini. Setiap masukan akan mendapatkan apresiasi yang setimpal. ;)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahkan Bakteri Pengurai Pun Enggan Pada Mayat Perokok

22 Juli 2011   14:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


summary_noimg = 400;
summary_img = 280;
img_thumb_height = 150;
img_thumb_width = 200;

Di dalam kubur, mayat perokok akan lebih lama menyatu dengan tanah ketimbang mayat orang yang tidak merokok. Begitulah simpulan para ahli forensik dari University of Wolverhampton, Inggris, yang mengadakan serangkaian penelitian untuk menentukan secara pasti waktu kematian dalam kasus-kasus mencurigakan.

Menghitung interval post-mortem (PMI) – waktu yang telah berlalu sejak seseorang telah meninggal – merupakan salah satu bagian terpenting dari informasi yang akan didirikan dari TKP, dan ini adalah salah satu yang paling sulit untuk mencari tahu. Karena semakin lama mayat ditemukan, metode yang selama ini digunakan semakin tidak akurat.

Terlebih lagi, saat tubuh dimakamkan di kuburan rahasia, metode untuk menentukan PMI bisa menjadi tidak dapat diandalkan untuk berbagai alasan: aktivitas serangga membuahkan tanda yang menjadi kurang dari yang diharapkan, atau akan sulit untuk mengatakan apakah tubuh dipindahkan dari lokasi lain.

Christopher Rogers dari University of Wolverhampton, Inggris, yang memimpin penelitian menyebut tiap bagian tubuh ternyata memiliki “masa hancur” yang beragam. Dia mencontohkan tulang rawan, karena tidak mendapatkan pasokan darah, maka akan rusak lebih lambat dari jaringan lain.

Untuk menguji teori ini, Rogers dan koleganya mengubur kaki babi dalam tanah untuk mensimulasikan penguburan manusia di kuburan dangkal. Mereka meninggalkan kaki untuk menguraikan berbagai panjang waktu hingga sampai 13 minggu.

Hasil penelitiannya disajikan dalam Konferensi Penelitian Forensik dan Pengajaran di Coventry, Inggris, menunjukkan bahwa tulang rawan terurai dalam beberapa tahap yang berbeda. Yang penting, kristal mineral yang terbentuk pada tulang rawan setelah tiga minggu dan menghilang setelah enam minggu, memberikan cap “waktu yang jelas”.

Rogers yakin bahwa kristal bisa membuat tulang rawan alat analisis yang berguna dalam menentukan PMI, namun menekankan bahwa studi yang sama perlu dilakukan dalam kondisi yang berbeda, seperti temperatur yang berbeda dan jenis tanah, untuk memeriksa apakah hasil yang konsisten.

Dalam studi terpisah di Nottingham Trent University, Inggris, Andrew Chick meneliti apakah merokok mempengaruhi perhitungan PMI. Ilmuwan forensik sering melihat serangga memakan mayat, tetapi nikotin dalam tubuh perokok bisa mempengaruhi perilaku serangga “dan mengacaukan waktu perkiraan kematian”.

Untuk mengetahui lebih lanjut, Chick dan rekan-rekannya telah meletakkan tiga babi mati di hutan. Dua dari babi telah disuntik dengan nikotin pada tenggorokannya, untuk meniru daerah mana yang terbesar mengandung nikotin dalam tubuh manusia dan satu lagi tanpa disuntik nikotin.

Penelitian akan dilaksanakan selama lima tahun, tetapi tim telah menemukan beberapa hasil awal yang menarik. Ternyata, lalat menghindari daerah nikotin, dan ketika mereka bertelur di sana, telur-telur itu tidak bergerombol seperti pada bagian yang lain. Bila belatung menetas, mereka juga menghindari makan di daerah yang kaya nikotin. “Bahkan kumbang pun menjauh,” ujarnya, seraya menambahkan hasil ini berarti bahwa tubuh perokok mungkin lebih lambat membusuk dibandingkan non-perokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun