Ajaran Agama Hindu umumnya bersifat spiritual, bahkan dalam kitab sucinya pun tidak mengatur terkait perayaan hari besar keagamaan. Hari-hari besar perayaan umat Hindu dilaksanakan sebagai perayaan yang bersifat lokal. Hari-hari raya lokal umat Hindu di antaranya hari raya Galungan, Kuningan, Saraswati (Bali), dan Nyepi (Nusantara).
Saat ini Umat Hindu masih diselimuti oleh semarak perayaan hari raya Galungan. Hiruk pikuk hari raya Galungan masih sangat terasa, mengingat hari ini,tepatnya Sabtu, 20 November 2021. Umat Hindu memperingati hari raya Kuningan, yang masih termasuk kedalam runtutan hari raya Galungan.
Hari Raya Kuningan merupakan hari besar untuk memperingati kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa. Sang Hyang Parama Wisesa adalah roh-roh suci (pahlawan dharma) yang berjasa membentuk akhlak manusia menjadi luhur. Hari Raya Kuningan jatuh setiap hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau Sepuluh hari setelah peringatan hari raya Galungan.
Hari Raya Kuningan sangat identik dengan warna kuning, semua sesajen atau persembahan yang ditujukan pada para leluhur dibuat menggunakan nasi yang berwarna kuning. Warna kuning dari nasi ini dibuat menggunakan pewarna alami yaitu kunyit. Sama halnya dengan hari raya Galungan, sehari sebelum hari raya Kuningan juga diperingati sebagai hari penampahan, pada hari inilah semua persembahan untuk perayaan hari raya Kuningan disiapkan. Penampahan Kuningan dilakasanakan setiap Sukra Wage Wuku Kuningan. Persiapan penyambutan dilakukan dengan menyembelih hewan ternak dan membuat sesajen untuk persiapan sembahyangan pada Hari Raya Kuningan di esok hari.
Hari Raya Kuningan diperingati dengan cara memasang tamiang (simbol senjata Dewa Wisnu), kolem (simbol senjata Dewa Mahadewa), dan endong (simbol kantong perbekalan yang dipakai oleh Para Dewata dan Leluhur kita saat berperang melawan adharma). Tamiang kolem dipasang pada semua palinggih, bale, dan pelangkiran, Â sedangkan endong dipasang hanya pada palinggih dan pelangkiran. Selain persembahan yang disiapkan menggunakan warna kuning, keunikan lain dari peringatan Hari Raya Kuningan yaitu persembahyangan harus sudah selesai sebelum jam 12 siang (tengai tepet), karena menurut kepercayaan umat Hindu, persembahyangan yang dilakukan setelah jam 12 siang hanya akan diterima oleh para Bhuta Kala karena pada saat itu para Dewata (leluhur) sudah kembali ke Khayangan. Kepercayaan ini sebenarnya mengandung makna tentang disiplin waktu. Warna kuning yang identik dengan hari raya Kuningan memiliki makna kebahagiaan,keberhasilan, dan kesejahteraan.
Sumber :
https://dispar.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/hari-raya-galungan-dan-kuningan-84
Keterangan penulis :
Nama        : Anak Agung Gede Aditya Januarta
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 2112011038
Jurusan      : Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Prodi         : S1 Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Instansi      : Universitas Pendidikan Ganesha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H