Hari raya Galungan merupakan hari besar bagi seluruh umat Hindu. Hari raya Galungan dirayakan setiap 6 bulan dalam perhitungan kalender Bali (210 hari) yang jatuh pada Budha Kliwon Dungulan sebagai hari peringatan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kebatilan). Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan didirikannya penjor (Penjor adalah bambu yang dihias menggunakan janur,kelapa dan lain sebagainya sesuai tradisi masyarakat Bali) yang dipasang di tepi jalan (di depan setiap rumah), menghiasi jalan raya yang bernuansa alami. Di zaman modern seperti sekarang ditambah lagi Bali merupakan salah satu dinasti wisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yang indah sekaligus religius.
Beberapa dari kita mungkin ada yang belum tahu pasti apa makna dari perayaan hari raya Galungan ini. Pada paragraf selanjutnya akan dipaparkan secara umum makna dari perayaan  hari raya Galungan.
Hari raya Galungan memiliki makna memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma, secara rohani, manusia mengendalikan hawa nafsu yang sifatnya mengganggu ketentraman dalam kegiatan sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok. Hawa nafsu dalam diri manusia sering disebut dengan nama Kalatiga yakni tiga macam kala, yang bermula sejak hari Minggu sehari sebelum Penyajaan, hari Senin (penyajaan), dan berakhir hari Selasa (Penampahan Galungan). Yang dimaksud Kalatiga yakni:
- Kala Amangkurat yakni nafsu yang selalu ingin berkuasa, ingin menguasai segala keinginan secara batiniah dan nafsu ingin memerintah bila tidak terkendali tumbuh menjadi nafsu serakah untuk mempertahankan kekuasaan sekalipun menyimpang dari kebenaran.
- Kala Dungulan yang berarti segala nafsu untuk mengalahkan semua yang dikuasai oleh orang lain.
- Kala Galungan yaitu nafsu untuk menang dengan berbagai cara yang tidak sesuai dengan norma maupun etika agama.
Hari raya Galungan, selain bermakana untuk memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma, bagi umat Hindu hari raya Galungan juga bermakna sebagai peringatan terciptanya alam semesta beserta isinya . Sebagai wujud syukur, pada hari inilah umat Hindu melakukan persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan seluruh manifestasinya. Penjor yang terpasang di tepi jalan (setiap rumah) merupakan simbol dari Naga Basuki yang memiliki arti kesejahteraan.
Perayaan hari raya Galungan di Desa Sidan, Kec. Gianyar, Kab. Gianyar, sama seperti perayaan di setiap desa pada umumnya. Masyarakat akan membentuk kelompok untuk melakukan kegiatan mepatung (menyembelih babi), sanak saudara yang telah menikah atau tinggal di luar desa akan pulang ke rumah orang tua mereka dan berkumpul bersama, masyarakat juga melaksanakan sembahyang bersama di pura-pura desa. Semenjak pandemi COVID-19 merebak, semua hal tersebut masi bisa dirasakan setiap hari raya Galungan, hanya saja setiap kegiatan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Ada satu tradisi yang pada masa modern dan dalam keadaan pandemi ini yang sudah mulai hilang yaitu, tradisi ngelawang. Ngelawang adalah ritual tolak bala yang biasanya dilakukan anak-anak di Bali. Anak-anak ini biasanya akan membentuk sebuah kelompok, kemudian berkeliling menyusuri jalan sembari diiringi dengan gambelan khas Bali. Tradisi ini dilakukan dua kali dalam setahun setiap perayaan Galungan dan Kuningan. Dalam Bahasa Bali, istilah 'lawang' berarti pintu, sebutan ini bermakna menggambarkan tradisi Ngelawang yang dilakukan dari pintu ke pintu atau dari satu tempat ke tempat lain. Dalam tradisi Ngelawang, barong yang dipakai adalah Barong Bangkung. Barong Bangkung memiliki kepala yang berbentuk mirip babi. Anak-anak yang mementaskan tradisi ini biasanya akan menerima imbalan berupa uang dalam jumlah tertentu dari pemilik rumah atau penonton. Hal tersebut sebagai imbalan jasa atas upaya mereka mengusir roh jahat.
Pandemi COVID-19 bukanlah penghalang bagi umat Hindu dalam memperingati hari raya Galungan dan melaksanakan Yadnya, justru pandemi ini merupakan ujian bagi umat Hindu karena secara tidak langsung pandemi menguji seberapa kuat keyakinan umat Hindu dalam melaksanakan Yadnya walaupun pada kondisi yang sedang tidak baik sekalipun, namun sayangnya karena pandemi ada beberapa tradisi yang mungkin sudah mulai hilang.
Sumber :
https://dispar.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/hari-raya-galungan-dan-kuningan-84