Mohon tunggu...
Aa RuslanSutisna (Mata Sosial)
Aa RuslanSutisna (Mata Sosial) Mohon Tunggu... Wiraswasta - Simple

Simple dan enjoy

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Analisis 'Toksikologi' Pada 'Patalogi' Birokrasi di Tengah Digitalisasi

5 April 2022   11:01 Diperbarui: 5 April 2022   11:03 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisis 'Toksikologi' Pada 'Patalogi' Birokrasi di Tengah Digitalisasi

Birokrasi yang sehat adalah birokrasi yang cerdas dalam memberikan pelayanan dan sarat etika serta suport system yang penuh jiwa pengabdian kepada publik, hal itu harus lahir dari kesadaran personal yang fundamental sebagai pengabdi pelayanan dalam fungsinya yang profesional.

Lebih jauh lagi, sangat otomatis jika birokrasi sehat maka pembangunan secara general pun akan sehat dan berjalan dengan baik, begitupun tatanan kehidupan sosial di wilayah administratif masing-masingnya.

Namun, jika birokrasi buruk, maka akan sangat berpengaruh pula banyak hambatan dan menjadi sangat tidak sehat, lingkungan sosial pun akan menjadi rusak dan ini akan sangat berpengaruh dalam pelayanan publik, sehingga semua hal hanya akan jadi permasalahan yang liar.

Di era digital ini, adalah kesempatan untuk menciptakan birokrasi agar lebih energik dan sehat dengan efesien dan terbuka, sehingga mampu memberi pelayanan yang prima dan penuh kesadaran yang absolut sebagai pelayan publik yang profesional.

Jika berbicara sehat dan tidak sehat, maka dalam sesuatu itu terindikasi ada sebuah penyebab dan yang sangat kursial sekali sehingga perlu analisa dan penanganan secara metodelogi yang teruji dan terukur.

Begitu pun dalam tubuh birokrasi, bisa terjadi patalogi yang sangat akut.

Dengan langkah strategis analisis, 'racun' atau bakteri dan penyebab lainnya yang menyebabkan tubuh birokrasi tersebut dikatakan sehat tau tidak sehat akan tertangani sejak dini.

Analisis ini bisa diaplikasikan dalam berbagai tempat dan objek dengan makna yang sesuai konteksnya yanga akan di analisa secara detail dengan metodelogi tertentu.

Analisis menurut KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).

Sedangkan menurut Gorys Keraf, bahwa analisa adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Berarti secara umum bahwa bisa diawali dengan Analisis Logika yang meliputi Analisis universal, Analisis dikotomi. Ada juga Analisis Realis yang meliputi Analisis esensial, Analisis aksidential dalam dunia birokrasi itu sendiri.

Secara sederhana, kita bisa merasakan langsung, atau berhadapan langsung, bahkan bersentuhan langsung dengan sistem birokrasi yang sehat atau pun tidak sehat berdasarkan apa yang dirasakan dialami saat kita membutuhkan pelayanan.

Semisal, karena situasi Pandemi Covid-19 kita tentunya mematuhi anjuran pemerintah untuk jaga jarak dan PPKM serta lainnya.

Nah dalam hal ini misalkan kita juga mensinkronkan teknologi dengan situasi pandemi ini, artinya sangat sederhana untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan teknologi seperti medsos atau email, whats aap dan lainnya.

Semisal, ketika kita membutuhkan informasi terkait sesuatu dan informasi itu adalah bersifat publik artinya hak publik untuk mengetahui informasi tersebut, kita menghubungi ASN atau pejabat pemerintah di suatu lingkup pekerjaan, kita dengan penuh etika dan tatak rama dalam mengunakan kebijakan teknologi informasi, sebut saja Whatsapp misalnya.

Kita hubungi dengan etika dan budaya bangsa yang luhur ini, di awali dengan ucapan salam, serta doa kebajikan, dan lainnya layaknya seorang warga NKRI yang patuh pada norma dan adat istiadat, namun pejabat atau (Pelayanan Publik) tidak merespon apa-apa dan hanya membacanya saja, tidak ada tanggapan apapun dan tidak ada arahan apapun, dingin saja, dan dia memposisikan dirinya sebag raja yang harus dihormati atau di perlakukan khusus oleh rakyatnya, ini adalah patalogi birokrasi yang sudah menggerogoti setiap urat syaraf dan sendi pelayanan dalam tugas birokrasi.

Menjawab salam saja sudah tidak mampu, apalagi melayani warga masyarakat sesuai tugas dan fungsinya. Sistemnya baik tapi personalnya tidak baik, inilah birokrasi tidak sehat, birokrasi yang penuh dengan racun dan penyakit.

Misalkan kita ambil contoh, ini misalkan atau umpamanya, Bupati Sukabumi menegaskan agar pejabat di Pemerintahannya mengaktifkan HP (Handphone) 24 untuk bisa menampung aspirasi warga Sukabumi, namun misalkan kenyataanya tidak seperti itu para pejabat lainnya malah abai dan tidak mengindahkan, seperti kasus perumpamaan tadi untuk menjawab salam saja sudah tidak mampu apalagi melayani masyarakat, sesungguhnya ini lah yang "menampar" dengan biadab wajah Bupati.

Hal ini merupakan Patalogi Birokrasi yang sangat akut terpelihara dan terus berkembang biak secara masif jika tidak diobati atau di terapi. Seharusnya di era Digital ini komunikasi akan sangat mudah dan lebih hidup lagi, sehingga semua berjalan dengan sehat dan tidak ada saling curiga.

Jika itu dinamakan oknum birokrat atau birokrasi, maka tidak bisa disamakan semuanya, masih banyak personal birokrat yang menjalankan birokrasinya berdasarkan nilai agama, adat dan budaya serta peraturan dalam bekerjanya.

Dalam hal ini, saya sangat mengapresiasi setinggi-tingginya orang-orang yang berpikir maju dan berfikir positif serta berhati terbuka dan berhati luas, karena menandakan dalam hidupnya orang ini atau birokrat ini adalah orang yang sehat lahir batin dalam kehidupannya.

Disini negara harus hadir untuk menyelamatkan birokrat-birokrat yang sehat dalam menjalankan birokrasinya agar melahirkan generasi-generasinya dengan bibit unggul dan maju.

Bersambung lain kali dilanjut lagi

Catatan Mata Sosial
Sukabumi, Selasa 05 April 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun