Yang tadinya muntah melihat kotoran kucing, Allah Subhanhu wa ta'ala balik sekarang, dia menjadi Babu, ya babu untuk anak itu, tiap hari harus bersihkan kotoran kucing, jemur pasir tempat pup kucing, bahkan mengepel dan membersihkan serta memberikan makan kucing dari salah satunya anak yang disultankan olehnya.
Sontak saja perubahan sikap itu menjadi headline news di lingkungan, tetangga-tetangga merasa kasihan atas sikap pilih kasih dari seorang nahkoda kapal keluarga.
Bukan dapat pujian dari tetangga, melainkan cibiran atas sikapnya yang tidak profesional dan cenderung pilih kasih dengan landasan materi.
Tetanggapun hanya memaklumi dan menyangkan sikap yang tak terpuji itu.
Ini lah kuasa Allah'l Subhanhu wa ta'ala, jika hatinya bersih dari fitnah dan hasut maka mereka akan menyadari Allah Subhanhu wa ta'ala telah memberikan pelajaran berharga.
Tapi sayang Pelajaran Allah itu adalah untuk orang-orang yang beriman bukan untuk yang pendengki, dendam hasut dan fitnah.
Biadab dan sadis serta kejam memang yang menghembuskan fitnah dan hasut Hasad yang dahsyat kepada orangtuanya.
Hingga orang tua terjebak dan tertutup Hidaya-NYA. Nauzubillah Min Zdalik.
Padahal kalau mereka sadar, orang tua anak perempuan yang balita itu lah yang telah mengangkat martabat keluarga.
Namun Fitnah dan hasut dari anak-anak lainnya lebih menguasai hati orang tua yang tertutup Hidaya-NYA, maka dunia akan terbalik.
Ikuti terus kisah Fiksi selanjutnya.
Ini bagian kedua dari kisah fiksi yang pertama.