Setelah kegagalan pernikahannya dengan anak-anak Yehuda (Er, Onan) yang mati karena kejahatan mereka kepada Tuhan, Tamar telah menempuh keputusan paling dramatis dalam sekali perjalanan hidupnya, sekalipun masih ada anak paling bungsu dari Yehuda, Syela yang masih kanak-kanak, karenanya Yehuda lebih memilih untuk menetapkan status janda pada Tamar, dan menyuruhnya untuk kembali ke rumah orang tuanya (Kejadian 38:11), seraya berharap dalam kecemasan karena pikirnya, jangan-jangan Syela-pun akan mengalami kematian seperti ke 2 kakaknya. Sebaliknya dipihak Allah, janji-Nya kepada Abraham (leluhur Yehuda) tetap harus terlaksana, sekalipun spirit dari janji tersebut, dipihak Tamar dia ungkapkan dalam bentuk kerinduannya untuk segera memiliki keturunan.
Selang beberapa lama kemudian, matilah istri Yehuda (Syua), Ada 2 hal yang menarik perhatian saya pasca kematian Syua istri Yehuda, yang pertama adalah, Yehuda berkabung atas kematian istrinya, kemudian dia memutuskan untuk berpergian ke Timna, yang kedua, sesaat setelah berita ini terdengar oleh Tamar, dia segera memutuskan menanggalkan jubah kejandaannya, karena pikirnya, dia (Tamar) oleh Yehuda tidak juga diserahkan kepada Syela yang kala itu sudah beranjak dewasa, sementara dorongan untuk segera memiliki keturunan adalah hal lain yang sedang berkecamuk dalam diri Tamar berbentuk Asa (harapan), bisa jadi dia sendiri hanya sebatas menganggapnya sebagai sesuatu yang mulia, menyangkut masa depannya.
Kemudian Tamar memutuskan untuk pergi bertelekung dan berselubung, duduk di pintu masuk di jalan Timna, jalan yang akan dilalui oleh Yehuda, ditempat itulah terjadi sebuah perjanjian Imanen yang tidak enak didengar ditelinga kita sebagai pembaca, jika tidak mencermati nilai-nilai luhur dalam bentuk Asa (harapan akan tanggung jawab dan masa depan yang lebih jelas), diantara Yehuda sebagai keturunan Abraham si pewaris janji Allah, dan Tamar.
Dipihak Yehuda, dia sama sekali tidak mengetahui bahwa perempuan yang akan dihampirinya adalah Tamar, tapi yang jelas pada diri Yehuda ada sebuah Nilai terkait dengan keberadaannya sebagai keturunan Abraham. Sebagai seorang laki-laki yang akan menghampiri Tamar, Yehuda benar-benar serius dan bertangung jawab terhadap pilihan sikapnya sendiri, dia (Yehuda) sepakat, kelak akan mengirimkan seekor anak kambing dari kambing domba piaraannya, sementara dipihak Tamar percayanya kepada janji Yehuda tersebut, diwujudkannya dalam bentuk meminta sebuah jaminan, berupa Cap Meterai, Kalung dan Tongkat milik Yehuda. Pada giliran berikutnya, 3 bulan pasca perjumpaannya dengan Yehuda, ketika Tamar mengandung, ke 3 (tanda) jaminan itulah, yang menyelamatkan Tamar dari ancaman dibakar hidup-hidup, atas tuduhan dianggap telah bersundal dengan pria lain, tetapi kata Yehuda setelah mengetahui bahwa meterai, kalung dan tongkatnya ada pada Tamar, berkatalah ia tentang Tamar dan dirinya: "Bukan aku, tetapi perempuan itulah yang benar, karena memang aku tidak memberikan dia kepada Syela, anakku." Dan ia tidak bersetubuh lagi dengan perempuan itu"
Sekali lagi, bahwa hal-hal yang mulia menyangkut Kebenaran Tuhan, hanya ada pada Tuhan, sekalipun ketika hal itu DIA anugerahkan kepada Manusia, tidak seorang manusiapun yang dapat memahaminya, selain menjadi percaya, dan mewujudkannya kedalam bentuk sebuah pertarungan Spiritualitas berdasarkan apa yang telah didengarnya, bersambung ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H