Peristiwa September: Seringlah Membaca Supaya Tak Dibodohi
Di bulan ini, bulan September, bulan hari jadi saya pula berdasarkan tarikh Masihi. Dah heboh ehwal adanya dua kutub yang mulai saling mencerca. Memanfaatkan momentum menjelang 30 S, yang popular dengan peristiwa "pemberontakan" gagal PKI. Taimlain fesbuk dan medsos lainnya bukan lagi penuh dengan inpo-inpo, meme-meme, status-status, dan sebagainya, tapi "betugong" dah.
Hmmm... Saya menduga, sepertinya konten-konten itu, entah itu yang diceritakan ada benarnya atau ada faktanya, entah banyak maupun sikit, ataupun hoax sepenuhnya. Agaknya genk-genk yang memproduksi dan menyebarkannya bukanlaah tanpa rencana, tentu ada barisannya terstruktur, terorganisir, dan memang tahu ini lagi musimnya. Begitupun genk-genk yang berlawanan, berusaha menangkis dan menyerang balik juga.
Sedangkan para pengguna medsos yang mudah "dimainkan" rasa dan sentimennya, inilaah yang entah dengan kesadaran ataukah terbawa arus, ikut riuh menjadi pengkonsumsi dan tukang sebar gratisan, free. Terkadang, saya melihat, di sinilaah letak entah "lugu" atau "polosnya" pengguna medsos. Entah mereka itu, kadangkala kehilangan kekritisan terhadap informasi, semua dipungut dan ditelan, yang penting ngikuti sensi hati. Padahal kunun kelas menengah dan generasi milenial katanya.
Apa untungnya ikut hanyut dalam permainan dua kutub yang berbeda dan bertarung wacana atau paham atau kepentingan di medsos itu? Kalau bagi saya tak ada...
Beginilaah... Yang saya tangkap sih, mainannya begini, dengan isu PKI, dengan memanfaatkan sentimen PKI, diharapkan "Kaum Muslim" terutamanya, kerna menjadi musuh berat PKI masa lalu, diharapkan juga berujung sensi dengan Orde Lama yang "diakui atau tidak" barangkali terbabit dengan itu. Harapannya juga untuk membangkitkan lagi "kesukaan" terhadap Orde Baru agaknya. Sebaliknya, yang kutub sebelahnya, memanfaatkan isu "Awas Kebangkitan Orde Baru."
Laaah, Orde Lama dan Orde Baru pun sama sajalaah... Orde Lama di awal-awalnya sudah memberangus Kesultanan-Kesultanan Melayu Islam, ada peristiwa komunisnya, penangkapan terhadap ulama, pembubaran partai, dan sebagainya. Tapi jangan lupa pula, terutama Ummat Islam, bahwa Orde Barupun bukannya baik sangat dan ramah terhadap Ummat Islam dan gerakan Islam. Baca saja cerita tentang asas tunggal, peristiwa Talang Sari, Tanjung Priok, dan seterusnya. Samalaah represif dan rezim otoriterian juga. Belum lagi kalau diperluas pada penindasan ala DOM misalkan pada Aceh yang notebene kawasan Muslim.
Ertinya, jangan "banduk" betul seolah-seolah dan seakan-akan... Akhirnya selalu ikut gendang orang dan dimanfaatkan. Entah kerna kepolosan atau kebungulan. Maka dari itu, "Seringlah membaca, supaya tak dibodohi."
[Tok Angah]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H