Di negeri binatang, di tengah rimba yang tersisa. Konon, harimau tua masih bertahta. Sudah sejak sekian lama berkuasa, belum ada tanda-tanda kan turun statusnya. Pun ini jawatan kuasa yang dah dipegangnya turun temurun, sejak zaman datok dari ayahnya, sampai diwarisinya. Bukannya tiada kasak-kusuk mengenai tahta harimau itu. Tapi siapa berani coba?
Alkisah, untuk alasan demokratisasi penghuni seisi rimba, sejak zaman ayahnya dari ayahnya harimau itu, terbentuk sudah suatu lembaga perwakilan, sebutlah bernama Dewan Perwakilan Rimba Binatang (DPRB). Aaah, inipun lebih tepatnya semacam dewan pemberi saran belaka, toh kerjanya hanya memberi saran, itupun belum tentu diterima oleh raja harimau.
DPRB ini mewakili setiap segenap suku binatang, dan tentu saja yang paling power yakni kaum binatang bertaring dan berkuku tajam. Dari anggota DPRB inipun kunun dipilih oleh raja harimau para menterinya. Lagi-lagi kebanyakan menteri juga berasal dari kaum binatang bertaring dan berkuku tajam. Untuk jabatan menteri pertahanan dan keamanan misalnya, diangkatlah serigala yang culas, sedangkan menteri hukum terpilihlah beruang yang pandir. Demikian juga para hulubalang dan kakitangan negeri binatang lainnya, sebagian besar ditunjuk dari kaum binatang buas ini. Mungkin ini kongkalikong atau konspirasi? Aaahh, mana mungkin... Harimau dan serigala saja beda nenek moyang, suku kucing dan anjing yang tak pernah "akur." Yang bilang kongkalikong itu pasti "pemberontak" dan subversif.
Makin hari, sudahlah culas berkawan pandir dan sebagainya. Fi'il kelakuan para pejabat negeri binatang semakin melampau dan kelewatan batas. Bahkan soal makanan, sebagian besar jatah dipungut dikutip oleh para pemangku kuasa ini. Sedangkan para penghuni rimba yang lain, dahlah dapat sisa yang tiada seberapa, diminta berhemat dan mengurangi jatah makan pula.
"Aaaah, kalau tak kongkalikong, apalagi itu namanya? Biarpun moyang mereka beda dan tak akur, kalau kepentingannya sama, boleh jadi mereka sama berpakat. Tak ada kawan abadi dan musuh sejati, yang ada adalah kepentingan. Dan kepentingan mereka sama, yakni menindas kita!" Ungkap kambing pada lembu.
"Huusss, jangan nyaring-nyaring. Nanti kau kedengaran pula. Kunun, di rimba kita ini, para intel raja sudah berkeliaran. Jangan-jangan setiap sudut pokok kayu pun dah dipasangi CCTV. Mampus kita nanti kena pasal hatespeech pada raja."
Salah satu perwakilan suku kancil di DPRB yang gerah dengan keadaan ini, pernah menasihati raja harimau, "Tuanku Raja Alam Di Rimba, mohonlah Tuanku menimbang kembali penunjukkan para menteri, kerna menimbulkan ketidakstabilan politik di negeri kita ini."
Mau tahu apa jawab raja harimau, "Siapa yang bikin kasak-kusuk yang mengganggu ketenteraman raja dan tak suka dengan kebijakanku, silakan hadir ke balairung ini, sampaikan secara langsung face to face denganku, biar kujamu secara pribadi!" Demikian titahnya.
Tahulah semua penghuni rimba, jika sudah begitu maka alamat tak selamat. Siapa yang pernah selamat setelah "perjamuan pribadi" dengan raja harimau itu. Namun, kasak-kusuk tetaplah kasak-kusuk yang tak mungkin reda begitu saja. Semakin hari semakin seru saja bahkan menjurus panasss.
Singkat cerita, akhirnya ketidakpuasan yang semakin parah itu sampai ke kuping raja harimau. Bergerak-gerak misainya, berdiri kupingnya, bergerak-gerak ekornya dan menyeringai taringnya gemeretuk menahan amarah. "Hmmm, para bedebah yang menyebarkan kasak-kusuk ini agaknya perlu diberi pelajaran!" Gumamnya manas.
Berkumpullah segenap ahli pejabat negeri binatang, rapat mendadak guna membahas perihal kasak-kusuk yang memanas tersebut. Akhirnya diputuskanlah bulat mufakat oleh raja harimau, keluarga besar harimau, para tetua-tetua kaum binatang bertaring dan berkuku tajam. Terbitlah maklumat raja...
"Wahai para rakyat, segenap seisi penghuni rimba tanpa terkecuali. Ingatlah kalian selalu akan hukumnya di dunia kita, yakni hukum rimba di dunia binatang. Bahwa yang kuat yang berkuasa, yang kuat mengalahkan yang lemah, yang kuat boleh memakan yang lemah. Demikianlah termaktub adanya. Sesiapa yang berani melanggar titah dan tidak mena'ati kebijakan raja, maka akan dijamu secara pribadi di kediaman raja, tanpa terkecuali. Harap maklum!"
Terdengarlah kabar angin, bahwa suatu pagi, kambing yang selalu kritis akan kebijakan raja harimau, telah raib dari kediamannya. Sampai sekarang belum diketahui keberadaannya. So, senyaplaah seisi rimba. :-)
"Kekuasaan yang zalim itu mempunyai hukum sendiri, yakni hukum rimba." [Tok Angah]